بسماللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ
AWAS‼️ Typo Bertebaran ‼️
Happy Reading!Sebuah senyuman yang kau berikan membuat pertahananku luluh lantah.
Bagaimana aku bisa mengikhlaskanmu?
-Agista Nania Ramadhani-Hari itu tiba, hari di mana Kak Dira akan dipersunting oleh laki-laki yang merupakan ayah dari Husein, anak Kak Dira yang baru seminggu yang lalu di lahirkan.
Iya, jarak pertunangan dan akad memang sangatlah jauh. Itu semua karena permintaan dari calon mempelai laki-laki, siapa lagi kalau bukan Mas Fauzan.Aku awalnya tak setuju dengan pengunduran prosesi akad, tetapi Mas Fauzan berdalih bahwa menikah dalam kondisi hamil itu tidak sah menurut agama. Akupun percaya-percaya saja yah itu karena ia merupakan penghulu, sudah pasti ia tahu bermacam-macam peraturan pernikahan.
"Masyaallah, kakak sangat cantik dengan gaun itu," pujiku kepada Kak Dira yang masih didandani oleh tata rias pengantin.
"Kakakmu ini memang cantik, nduk. Kamu pun pasti jauh lebih cantik jika di make up seperti ini," balas Bu Tuti-penata rias.
"Hehehe, nggak juga, Bu. Saya aja nggak bisa pakai make up," sangkalku.
"E ... E ... E ... Pantas saja kulit Mbak Nia putih bersih."
"Hemmm ... Hemmm, tolong yang mau nikah itu di sini ya bukan di ono," sindir Kak Dira yang sepertinya tak nyaman dengan perbincangan kami.
Karena takut akan menggangu mood Kak Dira, akhirnya aku memilih diam dan menonton keelokan penata rias menyulap wajah Kak Dira.
Kak Dira sebentar lagi akan pergi, pasti ia akan ikut dengan suaminya. Dan itu artinya hanya ada aku dan bapak di rumah.
Apakah aku bisa merawat bapak seorang diri?
Apakah ini artinya aku memang benar-benar harus berhenti untuk berkuliah?Aku menghela napas panjang, meminta oksigen memasuki pernafasanku yang siapa tau bisa mengurangi beban pemikiranku.
Aku melirik jam dinding yang terletak di dinding kamar kakakku.Pukul 08.23
Beberapa menit lagi prosesi akad nikah akan berlangsung. Sebentar lagi Kak Dira akan secara resmi menjadi seorang istri. Yah walaupun sudah punya bayi, tapi setidaknya ia tak akan mengurus sang anak sendirian.
Mas Fauzan, seseorang yang diam-diam bisa mengambil hatiku ternyata secara diam-diam pula meremukkan hatiku. Ini memang bukan salahnya, ini salahku. Salahku menaruh kagum menjadi rasa cinta kepada bapak penghulu muda itu.
Mas Fauzan, jika kamu mampu mendengar jeritan hatiku. Kumohon tutup rapat mulutmu. Aku hanya ingin mengungkapkan isi hatiku saja
Mas, sejenak aku bawa dirimu kembali kepada pertemuan pertama kita.
Kala itu kamu memberikan sebotol air mineral kepadaku bukan?
Disaat itulah rasa kagum menyelimutiku dikala menyaksikan tingkahmu yang sangat menarik menurutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum, Pak Penghulu [END]
Short Story[Shortstory-Spiritual] "Wanita perlu mengenyam pendidikan karena wanita adalah madrasah pertama untuk anaknya." Agista NANIA Ramadhani, wanita yang bekerja keras demi bisa melanjutkan studinya. Ia harus menyelesaikan studinya dengan cepat, kalau dal...