Chapter 10 : Akad Pemberi Sekat

733 74 26
                                    

بسماللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيم

AWAS‼️ Typo Bertebaran ‼️
Happy Reading!

AWAS‼️ Typo Bertebaran ‼️Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nania's Pov

"Kak ... "
Sebuah suara anak kecil mengagetkanku. Aku yang tadi sedang terfokus kepada Mas Fauzan pun mengalihkan perhatianku.

Aku melihat anak kecil laki-laki yang kalau tidak salah merupakan bagian dari keluarga besar Mas Fauzan. Aku tersenyum lembut menatapnya.
"Iya, Sayang?"

Anak kecil itu ikut tersenyum. "Boleh Alel liat dedek bayinya? Alel pengen lihat," ujar anak kecil itu dengan amat menggemaskan.

"Tentu boleh, Sayang."
Aku sedikit merendah agar anak kecil itu dapat melihat anak Kak Dira yang aku gendong.

Anak itu tampak antusias melihat Husein yang tengah menggeliat.
"Dedeknya lucu," gumam anak itu sangat gemas. Bahkan beberapa kali ia mencubit pelan pipi Husein.

"Iya, lucu kayak kamu. Nama kamu siapa sayang?" tanyaku yang sebenarnya penasaran dengan anak laki-laki yang sudah sangat tampan meskipun jika aku taksir usianya masih di bawah 6 tahun.

"Nama saya Alel."

Aku mengernyit, ia cadel atau memang namanya Alel.

"Namanya arel, Mbak. Biasa mbak dia belum fasih berbicara huruf R," ujar seorang wanita yang tiba-tiba telah ada di sampingku.

"Eh, hehe iya, Mbak. Saya tadi juga sedikit bingung," balasku ikut terkekeh.

"Oh iya, ini Mbak Nania bukan?" tanyanya membuatku sedikit terheran.

"Iya, Mbak. Saya Nania adik dari Kak Dira. Oh iya-iya saya sudah tahu dari Ervan. Kenalin saya Tasya."

Siapa Ervan?

"Iya, Mbak. Salam kenal, kalau boleh tahu mbak siapanya calon mempelai prianya ya?"

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Suara MC membuat percakapan kami terhenti. Sebentar lagi akad akan di laksanakan.

Bismillah, walaupun bukan sebagai calon mempelai, setidaknya bisa hadir sebagai tamu undangan.

Aku mengernyit heran melihat sosok asing di depan bapak. Bagaimana tidak, bukankah seharusnya Mas Fauzan yang berada di sana. Dan lagi, pria itu mengenakan texudo yang berwarna hitam. Sedangkan Mas Fauzan mengenakan texudo keabu-abuan.

Ish sudah lah, jangan mencari kesalahan orang lain saat suasana hati sedang buruk.

Saat aku sedang hikmat menyaksikan akad yang sebentar lagi akan dilangsungkan. Suara tangisan bayi membuatku langsung terfokus kepada Husein. Dan benar saja, Husein menangis kencang.
Saat aku meraba bagian bawah bajuku, ternyata telah basah dan itu artinya Husein pipis.

 Assalamualaikum, Pak Penghulu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang