Chapter 5 : Tangisan Malam

738 81 9
                                    

بسماللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ

AWAS‼️ Typo Bertebaran ‼️
Happy Reading!

“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” 
(QS At Taubah : 82)

” (QS At Taubah : 82)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fauzan's POV

Hari ini aku harus berbelanja untuk keperluan sehari-hari. Oh iya, perkenalkan namaku Arhan Fauzan Musthofa. Aku bekerja sebagai seorang penghulu di daerah tempat tinggalku. Jika kalian beranggapan aku sudah berkeluarga, itu benar. Setidaknya lebih tepatnya sempat berkeluarga.
Iyap benar, aku adalah seorang duda yang belum memiliki anak. Aku ditinggal pergi oleh istriku tanpa alasan yang jelas. Sebenarnya aku menikah baru dua tahun lamanya, tapi pernikahan itu harus kandas begitu istriku menggugat diriku.

Semua itu bermula ketika istriku secara tiba-tiba memberiku surat cerai. Padahal kami tak sedikitpun memiliki masalah kala itu. Ia berdalih tak bahagia hidup bersamaku. Hingga saat itu istriku berkata kepadaku bahwa ia sudah menyukai laki-laki lain. Sungguh aku sangat terpukul mendengar kalimat itu keluar dari mulut istriku yang sangat lemah lembut kepadaku selama ini.

Aku pun sempat tak percaya, namun akhirnya aku menyanggupi perceraian itu begitu ia membawa seorang pria tampan di depanku. Ia pun sempat mengancam apabila aku tak menandatangani surat itu, ia akan bunuh diri.
Disitulah akhir cerita rumah tanggaku.

"Emm gula sudah, teh sudah, emm kopi?"
Akupun berjalan mencari keberadaan rak kopi.

"Kenapa tidak ada, apa sudah habis?" gumamku menyadari rak yang seharusnya banyak kopi yang terpajang justru kosong melompong.

Aku melihat ada pegawai yang sedang merapikan barang dengan tatapan tak fokus.
"Permisi, Mbak."

Pegawai itu tak mendengar seruanku. Ia masih mengelap beberapa barang ditangannya dengan tatapan kosong.

"Mbak?" tanyaku menepuk pundak.

Pegawai itu sedikit tersentak dan menoleh ke arahku. Sepertinya ia sedang tak konsen, bukannya menjawab justru ia menatapku lama.

"Mbak?" panggilku mencoba menyadarkan pegawai yang bernama "Eldira" pada name tag-nya.

***

Nania's Pov

Aku berjalan dengan gontai memasuki rumah. Sinar matahari telah sirna digantikan cahaya rembulan yang setia menemani langkah beratku.
Hari ini tak seperti biasanya yang selalu semangat ketika telah sampai di rumah. Justru aku malah sangat letih memasuki rumah kali ini.
"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."
Terdengar jawaban samar yang sudah kau pastikan itu adalah bapak.

Setelah aku mencuci kaki dan tangan, aku segera mendekat ke arah bapak.
"Bapak bagaimana hari ini?" tanyaku dengan riang.
Aku tidak mau terlihat letih di hadapan bapak. Aku hanya mau memberikan wajah berseri untuk bapak.

 Assalamualaikum, Pak Penghulu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang