[06] Rasa Sayang

1K 223 70
                                    

"Abang mau ke mana?" tanya Una ketika melihat Jinan memakai pakaian rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Abang mau ke mana?" tanya Una ketika melihat Jinan memakai pakaian rapi.

"Abang mau ambil hasil pemeriksaan kamu di dokter kemarin," sahut Jinan sembari mengambil kunci motor yang dia letakan di atas meja. "Kamu jaga rumah, ya? Nanti pacar abang mau dateng, kenalan sekalian temenin kamu."

"Kok Una gak ikut ambil? Kan yang diperiksa Una."

"Gak apa-apa, kata dokter abang aja," balas Jinan, lagi-lagi dia berbohong.

Una yang percaya begitu saja, langsung menganggukan kepalanya. Jinan mengacak rambut sang adik kemudian mengecup pucuk kepala Una, lalu dia berpamitan pergi.







"Penyakit adik anda kambuh lagi," kata dokter, sembari membaca hasil pemeriksaan Una kemarin. "Saya dengar ... beberapa tahun terakhir penyakitnya tidak pernah dirasakan lagi, apa benar?"

Jinan mengangguk. "Mungkin karena adik saya sering melakukan kegiatan sampai lelah, kadang dia telat makan. Saya juga lalai dalam menjaganya, karena akhir-akhir ini agak sibuk."

"Sayang sekali, tapi ... penyakit ini tidak bisa disembuhkan," jelas sang dokter, membuat Jinan refleks melebarkan kedua mata. "Walau begitu, anda masih dapat mencegahnya. Saya memberikan beberapa obat dan vitamin, bisa ditebus saat melakukan pembayaran nanti. Anda juga harus sering mengawasi adik anda, jangan sampai melakukan aktivitas berat yang berpengaruh pada jantung."

"Baik, Dok. Terima kasih banyak."

Sembari menunggu giliran membayar, Jinan mengusap wajahnya dengan kasar. Kenapa ... kenapa dia gak bisa menjaga Una dengan baik, sampai-sampai penyakitnya kembali kambuh?

Maafin abang karena harus bohongin kamu, Na, batin Jinan. Kalau abang jujur ... abang takut penyakit kamu bakal semakin parah.

***

"Kamu akhir-akhir ini sering pulang malam, Rin. Ada apaan?" tanya Daniel, sembari ngelus rambut adiknya yang sekarang lagi tiduran di paha dia.

"Iya, Kak," jawab Rina, tanpa menatap sang kakak. "Paling aku kerjain tugas, atau jalan-jalan sama temenku."

"Tapi kok sampai malam? Kamu pulang sekolah sore, kan?"

"Iya ... aku gak enak sama temenku, Kak," balas Rina lagi, tentunya berbohong. Dia gak mungkin bilang ke kakaknya kalau kerja di kafe, bisa-bisa Kak Daniel marah besar. "Kadang-kadang kalau lagi kerjain tugas, temen aku sering nawarin sekalian makan malam di rumahnya. Habis itu kita main, sampai lupa waktu."

Daniel mengangguk, dia percaya dengan penjelasan sang adik. "Bagus deh, setidaknya kakak senang karena kamu punya teman."

Daniel ingat, sewaktu Rina dibully oleh teman-teman di sekolah lamanya, gadis itu jadi anak yang tertutup. Papa sengaja memindahkan Rina ke sekolah lain, papa juga memutuskan untuk memberikan sekolah itu kepada adiknya---paman dari Daniel dan Rina---kemudian membangun perusahaan baru; Bookmarks.

Secret Story Of Her [Eunkook & Taerin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang