31. Tengah Sawah Ada?

18.8K 1K 74
                                    

*****

Setelah selesai berbelanja, dan menghabiskan hampir 100 juta, bagaimana tidak? Setelah membeli peralatan sekolah, Rachel membelikan Rizal dan pak Yudha 2 motor untuk sekolah dan berpergian.

Ia juga membelikan gerobak besar untuk bu Martini yang ingin membuka warung makan, membeli ruko dan mengisi perabotannya.

Bukan cuma disitu, Rachel membelikan kulkas, peralatan rumah tangga dan tak lupa ia juga menaikkan kapasaitas listrik.

Seperti perjanjian, pak Yudha sepakat akan membantu bu Martini berjualan diwarung makan yang cukup rame dihari pertama buka. Selain tempatnya yang strategis dekat sebuah pabrik dan sekolah menengah atas.

"Mbak keluar dulu ya, ada yang telfone," ucap Rachel melihat ponselnya ada panggilan masuk dari Arnold.

"Hallo, Ar," sapa Rachel.

"Chel, gue minta maaf banget ya, Zion udah tau lo ada dimana, dan guejuga gak pasti kapan dia bakal nyusul lo kesitu." tersedengar Arnold membalas dengan nada khawatirnya dari seberang sana.

Rachel terdiam, ia jika ini akan terjadi.

"Gak apa-apa kok, Ar. Lagian ini juga salah gue, kalo besok atau lusa dia nyusul gue bakal ikut," balas Rachel santai.

Iya santai, ia sudah menyiapkan jauh-jauh hari apa yang harus ia lakukan pada Zion.

Sedikit gamparan dan tendangan mungkin belum seberapa. Ya walau semua sama-sama salah.

"Gue tutup ya, mau lanjut main," ucap Rachel langsung mengakhiri pembicaraan dan kembali masuk kedalam kamar Aska untuk lanjut bermain.

Ya bermain, bukan permainankartu atau apa, tapi monopoli.

"Besok kalo aku udah gede mau punya hotel-hotel kek dimonopoli," ucap Aska membuat Rachel dan RizL tertawa lucu.

"Mas mau jadi abdi negara! Membela setia tanah air dan menjalankan panggilan ibu Pertiwi," balas Rizal tak mau kalah.

"Rizal mau jadi tentara?" tanya Rachel penasaran.

"Bissmillah iya, Mbak. Dari dulu Rizal pingen jadi abdi negara, Rizal-kan cinta tanah air. Tanah air aja Rizal cinta apa lagi jodoh Rizal."

"Hehehehe..."

"Helleh, Mas! Raimu bar ketiban lumpang ae kemaki," cibir Aska membuat Rizal memukul pundak Aska.

Rachel hanya tertawa melihat interaksi 2 orang didepannya.

"Lha dari pada dapuranmu! Rai koyok campuran koral ae bangga, pok pantes ngono," balas Rizal tak mau kalah.

"Udah jangan ejek-ejek an, gak baik, apa lagi kalian sodara."

"Mbak Rachel nggak dicari bundanya to?"

"Bunda udah tau kalo mbak ada disini, kayaknya."

"Lha tadi yang telfone siapa, Mbak?" tanya Aska penasaran.

"Ssstt! Gak usah ikut campur urusannya mbak Rachel, gak sopan!" tegur Rizal membuat Rachel tertawa renyah.

"Ya terserah dong, Mas! Aku yang nanya koo masnya yang sewot!"

"Tadi sepupunya mbak. Katanya tunangannya mbak bakal kesini," jawab Rachel santai.

"Wah, bukannya masih kuliah ya? Kok udah mau nikah?"

"Nikah muda," jawab Rachel terkikik geli.

Jangankan nikah, mikir bareng-bareng terus sama Zion saja ia sudah tak terbayangkan bagaimana rumitnya.

Pak Dosen Galak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang