09.

2.1K 104 13
                                    

Kantantra p.o.v    

  Aku ditemani Magdalena Zaabeth ke Rumah Sakit siang harinya, untuk check up ke Dokter langganan keluarga kami. Wanita berdarah Prancis itu masih tampak mempesona meski usianya sudah menjelang kepala enam. Tubuh ramping, kulit bercahaya, dan rambut pendek sebahu bergelombang berwarna coklat tua. Aku dengan bangga memanggilnya sebagai Mama. 

    Mamaku saat masih muda adalah seorang model majalah ternama, juga aktris bertalenta di panggung broadway, di New York beliau bertemu dengan Hendarko Wirajaya, saat keduanya masih berusia dua puluhan. Dalam sekali pandangan, Mama mampu membuat Papaku yang dikenal sebagai seorang cassanova seketika bertekuk lutut. Menurut cerita, setelah pendekatan cukup alot selama setahun, akhirnya Papa berhasil meyakinkan Mama untuk menerima lamarannya. Papaku tak cuma gigih, almarhum juga sangat tulus hingga akhirnya Mama luluh. 

    Menurut Dokter, aku di diagnosis kelelahan, juga stres berat, kemungkinan besar sudah menumpuk sejak lama sehingga membuatku tumbang semalam. Tapi jujur, kondisiku lebih membaik siang ini setelah makan dan istirahat cukup, serta mendapatkan beberapa chat penyemangat dari Kanira. Seusai dari Rumah Sakit, dalam perjalanan pulang ke Apartemen, Mama terus menceramahiku tentang betapa cerobohnya diriku sebab tak bisa menjaga diri sendiri.

    “ Kamu pindah ke rumah saja, Tra. Lagi pula Mama sendirian di rumah segede itu, bosen Mama” Mama masih terus berceloteh seturunnya kami dari mobil, masuk ke dalam lobi dan bahkan sekarang ada di dalam lift. Astaga…

    “ Kok bisa bosen sih, kan ada Saka dan Taga di sana Mah” Aku menyebutkan nama dua adik sepupu kembarku yang sudah setahun terakhir menetap di rumah utama, julukan bagi tempat tinggal Mama dan Almarhum Papa. Mereka anak bungsu dari adik bungsu Papaku.  

    Mama mendecih. “ Yang benar saja, mahasiswa angkatan baru seperti mereka mana ada waktu di rumah, Tra” memutar badan menatapku, beliau memegang lenganku. “ Sudah balik saja ke rumah ya Nak, kamu juga biar bisa terawat, Nira juga bisa ke urus dengan benar. Lagian Mama kangen banget sama dia. Sekarang sudah jarang bisa bertemu gara-gara kamu jarang ke rumah”

    “ Nira kan sekarang kelas 3 SMU Ma, mau UAN, tugasnya juga banyak banget. Sabar ya, Tantra janji selesai dia kelar ujian negara kita jalan-jalan. Mama mau ke mana? Lombok. Kita kan punya Hotel baru di sana”

    Seketika sepasang netra berwarna hazzel milik Mama yang masih sangat jernih untuk orang tua seusianya berbinar ceria. “ Serius kamu, boleh lah. Mama juga bosan kalau berpergian sama teman-teman Mama terus. Yang ada mereka malah pamerin cucu masing-masing” kalimat terakhir ditekankan penuh makna. Mama sengaja menyindirku.

    Pintu lift terbuka, kami sudah tiba di unit Penthouse ku. Bik Sumi buru-buru menyapa Mama. 

    “ Sehat, Bik?”

    “ Alhamdullilah sehat Nyah. Tuan, anu permisi saya mau ke super market di depan dulu sebentar. Non Nira bilang malam ini mau makan ayam geprek”

    Seketika Mamaku mendelik. “Apa-apaan itu kan makanan pedes” 

    Nah, mulai deh.

    “ Tantra, kamu bagaimana sih, keponakan kamu satu itu kan punya asam lambung! Lupa ya waktu dia collapse pas masih SMP, mau kamu Kanira dirawat lagi”

    Aku segera menggaruk belakang kepala yang tak gatal. “ Tenang Mah, masakan Bik Sumi nggak sepedes orang jualan di luar kok, nggak sama kayak geprek Bantu atau sejenisnya. Makanya Tantra lebih suka Kanira makan masakan Bik Sumi, apapun macamnya Tantra izinkan dari pada dia jajan di luar nggak jelas. Dilarang juga percuma nanti yang ada diam-diam makan tanpa sepengetahuan kita malah lebih bahaya” kupegang lembut bahu kanan Mamaku.

OM KANTANTRA (The Riot Series : Spin Off)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang