Hari telah berganti, banyak sekali hal - hal yang terjadi di hari kemarin. Mulai dari daddy Lisa datang, temen - teman Lisa, bahkan di hari kemarin wartawan memenuhi pintu gedung rumah sakit utama Seoul ini. Mungkin sampai saat ini, jika orang - orang Jungkook tidak mengusirnya.
Wartawan sangat ingin mengetahui bagaimana keadaan Lisa. Apakah dia baik - baik saja. Tentu tidak hanya wartawan saja yang menginginkan berita ini, tapi hampir seluruh penggemar dari seorang Lalisa Manoban.
Berita tentang Lisa terjebak di salah satu lift di sebuah pusat pembelajaan menjadi trending no 1 di dunia. Bahkan akun sosial media Lisa di penuhi ucapan duka dan ucapan agar cepat sembuh. Tak hanya itu, bahkan ada orang yang mengaku penggemar Lisa memberikan buket bunga dan ucapan semoga cepat sembuh di depan pintu gedung utama rumah sakit.
“Jungkook?!”
“Tidak, Lisa. Kau harus tetap diam di atas tempat tidur itu.”
“Aku baik - baik saja. Lihat.”
“Tidak! Aku bilang tidak, ya tidak Lisa! ” Lisa mendelik tak suka pada Jungkook yang fokus dengan buku novel di tangannya.
Beberapa menit kebelakang, Lisa merengek pada Jungkook untuk keluar dari ruangan VVIP nya ini. Lisa sangat pengap dan kesal hanya berbaring di atas tempat tidur, tanpa melakukan apa pun. Lisa berkali - kali membujuk pada Jungkook dan berakhir dengan kata ‘Tidak’.
“Setidaknya temani aku mengobrol! Kau terus fokus pada deretan huruf - huruf itu. ”
Jungkook melihat kearah Lisa dan tanpa menutup buku novel ditangannya. “Membaca lebih bermaanfaat daripada mengobrol. ” Jungkook melanjutkan kembali kegiatan membacanya, dan itu semakin membuat Lisa kesal pada Jungkook. Andai saja teman - temannya datang hari ini, mungkin dia tidak akan merasa kesepian.
“Dasar gila! ”
“Aku mendengarnya.” Lisa tidak memperdulikan Jungkook. Dia lupa bahwa Jungkook itu bisa mendengar gerutuannya di dalam hati. Mungkin dia seorang cenayan atau dukun? Entahlah Lisa tak tau dan tak ingin tau.
Mata Lisa membinar saat ingat sesuatu, yang mungkin bisa membuat dirinya tidak kesepian. Lisa mencarinya kearah nakas di sampingnya, dia mengernyit.
“Dimana benda itu? ”
Lisa melihat kembali kearah Jungkook. “Jung? ”
Jungkook mendongak. “Apa? ”
“Kau melihat handphoneku? ” ya, Lisa sedang mencari benda persegi panjang mililnya. Mungkin dengan itu, dia bisa meringankan rasa kesal atau bosannya.
“Untuk apa handphone? ”
“Tentu saja untuk dimainkan! Dasar bodoh! ”
“Tidak! Kau sedang sakit. Radiasi handphone berbahaya pada orang sakit. ”
“Jungkook?! Ayolah aku benar - benar bosan. Setidaknya berikan handphoneku, aku ingin melihat sesuatu. ”
“Tidak Lisa! ” Lisa mempoutkan bibirnya kedepan. Dia kesal, bosan, marah saat ini. Jungkook egois, dia tidak mementingkan dirinya. Lisa benci rumah sakit, karna semua terasa sangat bosan. Sangat, sangat, dan sangat.
“Jung temani aku, aku bosan. ” Lisa kembali merengek. Jungkook menghela nafas dan menutup buku novelnya. “Kau tak lihat? Aku sedari tadi ada disini? Bukankah itu menemani.”
“Tidak! Kau ada tapi seperti tidak ada.” Lisa melipatkan kedua tangannya di depan dadanya. “Aku merasa sendiri dari pagi hingga siang ini. Aku tak merasa kehadiranmu. ”
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Marriage Contract [TERBIT]
Fanfiction[Versi E-book tersedia] Bagaimana jika 2 orang manusia tidak saling mencintai tapi harus di satukan oleh kesepakatan bodoh yang di sebut "Marriage Contract. " [SEIRING BERJALANNYA WAKTU, CERITA AKAN MENJADI ALUR DEWASA, MOHON UNTUK BERPIKIR KEMBALI...