15. I'm ready? Really?!

6.4K 614 75
                                    

Lisa Pov.

Tes.

Sakit, sangat sakit.

Jadi seperti ini rasanya jatuh cinta?

Jadi seperti ini cinta yang sering di banggakan oleh banyak orang?

Jadi seperti ini rasanya mencintai tanpa di cintai?

Aku perlahan mundur, hatiku tak kuasa melihat semua ini. Hatiku terlalu rapuh untuk menerima kenyataan ini. Aku tak bisa berkata apapun, hanya air mataku yang mengungkapkan semuanya.

Hatiku sakit.

Hatiku hancur, melihat semua ini.

Tuhan, tolong. Jika aku bisa memohon padamu, aku ingin melupakan ini semua, aku ingin semuanya tidak pernah terjadi, apakah bisa? Bantu diriku, kumohon.

Author pov.

Lisa perlahan mundur dan menyeka air matanya yang terus berlomba - lomba. Senyum manisnya terbit melihat mereka berdua, meski hatinya benar - benar hancur saat ini.

Hancur berkeping - keping.

Pyar!

“Lisa?!”

Dengan cepat Lisa dan tanpa sengaaj dia menyenggol vas kristal yang berharga sangat fantastis. Pecahan vas itu membuat Jungkook melepaskan ciumannya dan melihat kearah suaranya berasal.

“Lisa tunggu.”

Jungkook lari mengejar Lisa, dia melihat jelas Lisa sangat kecewa padanya. Ini semua kesalah pahaman, benar - benar kesalah pahaman.

Lisa lari sangat cepat, dia tidak memperdulikan teriakan Jungkook di belakangnya. Tujuannya saat ini adalah pergi sejauh mungkin dari Jungkook.

Dia kecewa.

Dia marah.

Dia benci.

Namun apa daya dirinya? Semua sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur.

Lisa menyetop taksi di hadapannya dengan cepat dia naik untuk meninggalkan Jungkook.

Dor dor dor.

“LISA TUNGGU! INI SEMUA SALAH PAHAM! KITA PERLI BICARA, LISA KELUAR LISA.”

Jungkook mengetuk kaca belakang mobil taksi ini dengan brutal. Lisa mengabaikanya, air matanya terus membasahi pipi putihnya.

“Ahjussi jalan cepat.”

“Baik Nona.”

“LISA?!”

“LISA?!”

—♡—

“Sayang? Kenapa menangis? Ada apa?”

“Daddy.”

Lisa berhamburan memeluk daddynya. Marco sungguh terkejut mendengar ketukan pintu secara brutal dan melihat anak kesayanganya di depan pintu, dengan keadaan sedang menangis.

Dengan cepat dia meraih anak kesayanganya itu dan memelukanya erat, mengusap punggungnya perlahan untuk membuat dia tenang.

Marco membawa Lisa masuk kedalam rumah dan menutup pintu utamanya.

“Daddy... Hiks.”

“Sayang, kenapa menangis? Kau sakit? Jangan menangis sayang, nanti Mommy kau sedih melihatmu menangis.”

Lisa semakin menangis deras mendengar ucapan Marconya.

“Daddy maafkan Lisa....hiks.”

Marco mengusap air mata Lisa. “Ya daddy akan selalu memaafkan dirimu. Ayo bercerita.”

[END] Marriage Contract  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang