Untuk pertama kalinya, Taehyung membawa Irene dalam sebuah pesta perusahaan.
Dengan balutan dress simple namun tetap berkesan elegan , dan wajah yang dipoles make up natural membuat wajah wanita ini terlihat begitu sempurna.
Disinilah Taehyung berusaha keras untuk tidak memandang Irene terlalu lama.
Padahal, beberapa waktu yang lalu Taehyung bebas sekali meandang sicantik itu. Padahal, beberapa waktu lalu Taehyung juga bebas untuk mengecup pipi ataupin punggung tangan mulus itu. Padahal, beberapa waktu yang lalu juga, Taehyung bebas untuk sekedar mengecup maupun menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Irene.
Tetapi secepat itu pula Taehyung menepis pikirannya yang baru saja mengarah pada penyesalan.
Gengsi? Memang.
Itulah Kim Taehyung.
"Kita sudah sampai, jangan lupa untuk tersenyum nanti" Instruksi Taehyung pada Irene yang berada disampingnya.
Irene hanya mengangguk, lalu setelahnya sedikit membenahi rambutnya yang beberapa helainya turun dikeningnya.
Didalam sana, ternyata Irene sudah ditunggu oleh istri-istrinya teman Taehyung. Irene dekat dengan mereka sejak ia menikah, jadi ia tidak merasa sendiri disini.
Begitupun dengan Taehyung yang disambut oleh teman-temannya, berkumpul entah membahas apa, yang jelas, Taehyung terlihat sangat bahagia. Tawanya keluar tanpa tertahan. Hal yang tak pernah Irene lihat beberapa waktu ini.
"Irene-ssi, kau cantik sekali, apa kabarmu? " sapa Yeonsu, istri Jey-Kha yang baru saja datang membuyarkan lamunan Irene.
"Aa-aku baik-baik saja, bagaimana denganmu? "
"Aku juga baik, apalagi setelah ada sikecil Yoonhee, bahkan hanya dengan melihatnya berceloteh lucu membuat semua penatku hilang".
"Begitulah istimewanya ketika kita menjadi seorang ibu. Dimana semua terasa seperti sihir, semua berbalik 180°" timpal Ryu-Qi yang berada satu lingkaran dengan Irene.
"Iya, memang aneh, tapi itulah faktanya. Aku dulu bahkan tidak pernah mengira bahwa aku akan bisa memasak ataupun merawat bayi. Tetapi setelah semua itu terjadi, aku bisa menyimpulkan, bahwa seseorang bisa berubah karena ya kita merasa memliki kewajiban untuk melakukannya" giliran Yoora yang enam bulan lalu melahirkan bayi laki-lakinya.
"Lalu bagaimana kau dengan Taehyung, kapan berencana memiliki anak? " Tanya Ryu-Qi tiba-tiba.
Irene terkejut, bahkan secara otomatis ia terkesan seperti kebingungan untuk menjawab.
"Ak-aku dan Taehyung sebenarnya juga ingin segera memiliki anak, tapi hanya saja ini belum waktunya. Tuhan belum memberikannya ditengah-tengah kami".
"Ooooh, maaf ya Irene, aku tidak bermaksud membuatmu bersedih atas pertanyaanmu" jawabnya menyesal.
Irene tersenyum diatas perih hatinya "Gwenchana, aku baik-baik saja" .
***
"Hyung, kapan kau berencana memiliki momongan, kita semua sudah punya, tinggal kau" pertanyaan Jey-kha yang tiba-tiba itu membuat Taehyung tersedak minumannya.
"Iya Tae, kapan kau memiliki anak? Padahal kulihat kau sudah pantas sekali menjadi ayah" Timpal Young-Gi .
'Pantas menjadi ayah? Apakah benar?. Apa aku benar-benar pantas menjadi ayah ketika aku sendiri menilai istriku dengan nominal? Jawab Taehyung dalam batinnya.
Melihat Taehyung yang sepertinya susah menjawab, Nam Shin pun menjadi peka. Jadi, ia berdehem dan menjawabnya dengan santai "Seseorang memiliki alasan masing-masing mengapa mereka tidak segera memiliki anak Jey-kha. Ada yang karena alasan kesehatan, dan masih banyak lagi. Jadi, kurasa jangan sembarang bertanya tentang hal seperti ini "
"Maaf hyung, aku hanya bercanda. Tae-hyung mianhe" Ucap Jey-kha menyesal.
Memang Nam Shin ini adalah penyelamat Taehyung, dalam keadaan apapun. Seketika Taehyung mendapat sedikit kepercayaan dirinya lagi.
Untuk kesekian kalinya, Taehyung berterima kasih kepada Nam-Shin.
***
Didalam mobil, Taehyung maupun Irene sama-sama menghabiskan perjalannya dengan menatapi jalanan yang ramai kendaraan.
Keduanya sama-sama hanyut dalam pikirannya masing-masing.
Padahal, tanpa mereka sadari, apa yang mereka pikirkan itu adalah hal yang sama. Tentang apa yang lingkup mereka bicarakan tadi.
Taehyung menghembuskan nafasnya berat, lalu mematap Irene yang berada disampingnya menatapi perjalanan.
"Irene-ah" panggilnya lembut.
Irene hanya menoleh seadanya.
"Bisakah kita? "
"Bisa apa? "
"Menyerah! "
Seperti biasa, partnya pendek.
Maaf kalau aku nggak bisa menjabarkan ceritanya lebih detail guys.
Bubayyy