13. Diary

2.1K 170 59
                                    

     " Hari ini,  untuk pertama kalinya aku menulis disebuah buku diary. Rasanya aneh karena aku tidak biasa melakukannya. 
     Hari ini aku masih mengingat segalanya. Namaku Taehyung, orang yang kucintai yang merupakan istriku bernama Irene.
     Aku masih bisa pergi dan pulang bekerja dengan aman. Aku diam, tapi sebenarnya aku juga takut untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan besar yang akan terjadi. Tetapi,  selama aku masih bersamamu, kurasa aku akan baik-baik saja "

***

     "Istriku sayang, maafkan aku. Aku berubah fikiran tentang aku akan baik-baik saja selama bersamamu. Itu tidak benar. Sama sekali tidak.
     Aku hanya akan menyusahkanmu. Aku hanya akan membuat hidupnu menderita. Aku tidak bisa membayangkan jika nanti disetiap harinya kau terbangun dari tidurmu disamping orang bodoh yang bahkan tidak mengingat dirinya sendiri.
    Maafkan aku yang membuatmu bingung. Maafkan aku yang sengaja berkata kasar dan melukai hatimu. Kuharap dengan itu, kau tidak lagi menaruh hati padaku. Karena sebentar lagi aku mungkin aku akan melupakanmu"

***

     "Malam ini aku benar-benar tersiksa.  Kau terlihat begitu cantik seperti biasanya. Aku menahan senuanya, termasuk untuk menyentuhmu.
     Tanpa kusadari, ada sedikit penyesalan atas jarak yang telah kubuat. Hingga tanpa malu aku menyerah atas egoku, dan memintamu untuk kembali padaku.
     Aku benar-benar menertawakan diriku yang tak tahu malu ini. Aku tak berpikir betapa sakitnya hatimu atas perbuatanku.
     Harusnya aku bangga karena kau benar-benar menyerah bersamaku, karena memang itu tujuanku, tetapi entah mengapa duniaku terasa berhenti ketika kau mengucapkan perpisahan. Hatiku seolah koyak,  dan hancur tak tersisa. Tetapi sama sepertimu, aku juga menyembunyikannya dibalik wajah tenangku."

***

     "Pagi ini aku melihat wajahmu begitu pucat, tanpa sengaja aku juga melihatmu memuntahkan sesuatu dikamar mandi.
     Kau kenapa?
     Apakah ada yang sakit?
 

  Hanya pertanyaan itu yang inginku tanyakan, tetapi sesuatu dalam diriku seolah menahanku untuk bertanya. Seolah ada yang mengingatkanku bahwa aku memang tidak pantas untuk mengkhawatirkanmu lagi.
     Lalu, hari ini kau juga mengumpulkan berkas untuk mengurus surat perceraian kita, dan memutuskan pergi dariku.  Aku hanya memandang berkas tersebut tanpa melakukan apapun selain menyimpannya lalu pergi kekantor seperti biasa.
     Sesampainya dikantor, ribuan umpatan keluar dari mulut Nam-Shin hyung menyerangku. Hampir seperti rapp. Aku hanya diam dan mendengarkannya karena aku pantas mendapatkannya.
     Benar-benar kusadari bahwa aku adalah pria paling bodoh didunia yang membiarkan wanita yang dicintainya pergi tanpa menahannya sesikitpun."

***

     "Pagi pertamaku tanpamu. Rasanya sepi sekali. Tidak ada aroma sup kesukaanku , aku jadi malas untuk bangun. Tetapi sialnya,  Nam-Shin hyung menelfonku berulang-ulang  dan berkata bahwa ia tahu keberadaanmu.
     Aku tidak menyuruhnya, sama sekali tidak. Bahkan terpikirkan sebelumnya. Aku jadi terharu, sepeduli itu Nam-Shin hyubg terhadapku. Aku jadi bisa melihatmu lagi, meski dari kejauhan"

***

    "Seperti mendapatkan setetes air dipadang pasir, aku melihatmu lagi sayangku.
     Kau masih terlihat cantik seperti biasanya. Hanya berbalut dress longgar navy itu kau tetap terlihat menawan dan sempurna.
     Aku menatapmu dengan sangat bahagia sekarang, karena kau juga menjalani hidupmu dengan semangat, itu terlihat jelas dimatamu.
     Aku sama sekali tidak kecewa ataupun merasa kau begitu mudah bagiku. Jujur saja,  sampai saat ini aku masih percaya,  bahwa sejauh apapun raga kita terpisah,  hati kita selalu bersama dan menyatu"

***

     "Semalam kepalaku terasa begitu pusing. Denyutan demi denyutan seolah kompak membuatku tak berdaya untuk mengangkat kepalaku sendiri. Lalu aku tidak ingat apa yang terjadi, intinya saat aku terbangun, aku menemukan diriku terbaring didepan kamar mandi. Tubuhku lemas, aku juga sulit untuk bangun. Disaat seperti inilah aku bertanya,  apakah sudah saatnya? "

***

     "Pagi ini, aku menghabiskan beberapa menit untuk membaca lembaran2 yang pernah kutulis. Ada beberapa hal yang aku lupa. Maafkan aku.
     Tetapi, siang ini aku juga dibuat terkejut oleh kabar yang dibawa Nam-Shin hyung. Ia memberikan infornasi bahwa kau hamil. Anakku.
     Aku senang, tetapi sedih lebih dominan saat ini.
     Anakku, maafkan ayah"

    
***

     "Sudah beberapa hari aku tidak menulis apapun. Aku menghabiskan banyak waktu unyuk merenung dan merenung. Aku terus memikirkan tentang anak kita yang sedang tumbuh dalam rahimmu.
     Kadang juga aku suka membayangkan akan mirip siapa jika ia lahir kelak.
     Tetapi aku segera menghentikannya,  aku takut."

***

    "Seluruh badanku terasa sangat nyeri sampai aku merasa tak sanggup lagi bangun dan berjalan. Bahkan sekarang kamarku sudah persis seperti rumah sakit. Ada beberapa perawat yang menjagaku disini. Sedangkan Nam-Shin hyung menggantikan orang tuaku yang sibuk dengan bisnisnya diluar negeri.
     Aku tidak tahu lagi apakah aku masih bisa menulis lagi besok, tetapi intinya aku hanya ingin menyampaikan pesan ini.
     Anakku sayang, jika kau terlahir sebagai lelaki, jadilah laki-laki yang kuat,  laki-laki yang bertanggung jawab, jangan seperti ayah. Jika kau terlahir sebagai perempuan, ayah yakin,  kau pasti akan mirip seperti ibumu.  Kau pasti cantik, dan sifatmu tak akan jauh dari ibumu.
     Anakku, ayah menyayangimu. "

******

Berbalut dress hitam panjang ditubuhnya,  Irene tersimpuh rapuh membaca tiap lembar dari buku ditangannya.

Entah sudah berapa kali Irene mengusap air mata yang jatuh dipipinya kala ia membaca tiap lembar yang menyakitkan itu.

Seolah Irene ikut merasakan sakit yang diderita Taehyung saat itu.

Bisa-bisanya Taehyung melakukan ini semua. Membiarkan dirinya sendiri menerima neban seberat ini.

Hingga ajal menemuinya.

Hancur, itulah yang dirasakan Irene saat ini. Dunianya seolah berhenti berputar,

Taehyung telah menyerah akan penyakitnya. Ia memilih pergi untuk selamanya tanpa menunggu buah hatinya terlahir didunia ini.

Irene memang bersedih, ia juga hancur, tetapi sesuatu dalam dirinya seolah menguatkannya untuk tidak terlalu terpuruk atas semua ini. Ada janin yang harus dijaganya.

Taehyung pergi atas pilihannya sendiri.

Irene sudah memaafkan semua kesalahan Taehyung, Irene juga mengikhlaskan kepergian belahan jiwanya itu.

Taehyung sudah tidak sakit lagi. Dia akan segera berdamai dialam sana.

Dihadapan raga yang sudah terbujur kaku tersebut, dengan sekuat tenaga Irene bergumam dalam batin "Selamat jalan sayangku, tenanglah dialam sana. Aku akan menjaga anak kita seperti yang kau inginkan dulu. Seperti yang kau percaya, kita memang jauh, tetapi hati kita akan selamanya bersama. Pergilah dengan tenang, berdamailah dialam sana, aku mencintaimu "

END

    

WANNABETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang