Disinilah Irene berada, didepan meja rias. Menatap kaca yang memantulkan wajahnya yang masih berpoles make up.
Entah mengapa, suasana malam ini seolah kompak menyayat hati dingin seorang Irene.
Entah karena topik pembicaraannya dengan teman-temannya tadi, atau Taehyung tadi.
Yeonsu, Ryu-Qi, atau bahkan Yoora bercerita tentang indahnya kehidupan pernikahan. Bahkan, Yoora yang menikah karena dijodohkan pun menceritakan kisahnya yang mirip drama yang setiap hari tayang. Tapi Irene, pernikahannya hanya diatas selembar kertas. Semua terjadi atas persetujuan dan dibayar dengan nominal.
Tanpa sadar, satu tetesan bening dati matanya mengalir dipipinya, kemudian disusul oleh tetesan berikutnya, lama-kelamaan menjadi semakin deras, dan senggukan yang menyayat semakin kelas tercipta.
Memang sesakit itu hati Irene malam ini.
Tetapi, ia segera menghapus air matanya karena pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dan Taehyung muncul setelahnya. Pria itu sepertinya habis mandi, aroma sampo dan sabunnya sudah familiar di hidung Irene.
"Irene, belum tidur? "
"B-belum"
"Kau menangis? Suaramu seperti habis menangis" Taehyung curiga.
"Aku hanya rindu ibi dan ayahku" jawab Irene seadanya.
"Oooh" Taehyung menganggukkan kepalanya berkali-kali , ia teringat bahwa Irene akan menangis ketika ia merimdukan orang tuanya. Dulu, Tarhyung akan memeluk Irene hingga wanita itu tenang, tetapi sekarang, Taehyung hanya cukup tahu sebab Irene menangis..
"Kau, kesini ada apa?" Tanya Irene sembari berbalik badan setelah mengusap air matanya sampai kering.
"Aku kesini untuuk, ah tidak ada, aku lupa. Aku akan bilang besok jika ingat" sebenarnya itu adalah kebohongan. Taehyung sebenarnya ingat apa yang ingin ia katakan, tetapi karena Irene mungkin sedang bersedih, dan dia tidak lagi bisa memberi pelukan yang menenangkan. Jadi, diam adalah hal yang terbaik.
Tapi Irene bukan anak kecil yang mudah untuk dibohongi, Irene tahu betul apa tujuan Taehyung kesini. Jadi Irene terkekeh, lalu membalikkan kursinya hingga pas berhadapan dengan Taehyung yang duduk disudut kasur.
"Aku tahu apa yang ingin kau tkatakan Tae" Irene tersenyum getir memandang Taehyung yang mrngangkat kedua alisnya.
"......menyerah, aku juga ingin menyerah Tae, kita sama" lanjut Irene
Meski Irene berkata, mereka berdua sama ingin menyerah, Taehyung tidak sama sekali menunjukkan bahagia. Karena, menyerah bisa ditujukan untuk hal lain.
" Irene-ah, maksudku... " Penjelasan Taehyung terpotong karena Irene menyela ,
"Aku menyerah, aku ingin berpisah darimu, Taehyung " ucapnya dengan tenang. Bahkan terlihat seperti tanpa penyesalan.
"Percuma Tae, kau pasti akan mengulangi kesalahanmu lagi. Kau merendahkanku tanpa aku tahu sebenarnya aku salah apa. Lalu kau dengan mudahnya menilaiku dengan uang" Irene menjeda dengan mendongak, menahan air matanya yang hampir saja menetes, lalu terkekeh sebelum melanjutkannya "...aku tahu, dunia memanglah kejam. Semua memang ada harganya, tetapi aku heran, kau yang memiliki banyak uang, bisa membeli apapun dengan harga berapapun, tetapi tidak memiliki harga diri? Bukankah itu lucu? . Kau bahkan sama sekali tk memiliki harga diri. Kau juga tak punya malu. Kau bahkan juga egois. Dan aku, aku membencimu. Sangat membencimu!!. Ayo kita berpisah saja"
Taehyung tercengang. Semua melenceng dari angannya. Ia tak mengira akan hal ini. Karena sebelumnya Irene merupakan orang yang ceria, bahkan Irene bisa baik-baik saja atas kejamnya perkataannya. Tanpa ia sadari, tumpukan goresan itu menjadi dkak mat untuknya hari ini.
"Irene?..."
"Sudahlah Taehyung, percuma"
"..pergilah dari kamarku"
"..dan ayo, mulai siapkan berkas perpisahan besok pagi"
"..uangku sudah cukupkan untuk membayar denda tuntutanmu? "
"..jadi, tidak ada lagi alasanku untuk tetap bertahan"
Taehyung sebenarnya masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan Irene tadi. Tetapi, ia tetap menahan harga dirinya untuk tidak terlihat menyesal. Jadi, ia hanya mengangguk dan segera keluar dari kamar Irene
Meski pada akhirnya, Taehyung rapuh setelah pintu kamar Irene ditutupnya kembali. Meski kakinya sudah seperti kehilangan tulang, dan jiwanya seolah lolos dari raganya.
Begitipun dengan Irene, ia juga memangis lagi. Lebih keras dari sebelumnya. Seharusnya ia lega, tetapi ia merasa bersalah pada sesuatu yang sedang tumbuh dalam dirinya.
"Maafkan ibu nak, ibu memilih untuk pergi dari ayahmu tanpa memberi tahunya akan keberadaanmi didalam rahim ibu"
-END-
Tapi boong 😂😂😂
Masih banyak ide dalam otakku. Mungkin ini masih panjang banget ceritanya.Terima kasih sudah membaca hasil renunganku sore ini guys.
Selamat malam.