part 22

1.2K 85 18
                                    

Warning!!

Tin mengecup bibir Can dengan lembut dan semakin lama semakin cepat, mereka sudah terbiasa berciuman dan membuat mereka ahli dalam hal itu. Tin beralih ke leher jenjang Can dan mengecup titik-titik sensitif Can, membuat si mungil tak bisa menahan erangannya.

Tin dan Can melepas kaos mereka dan Tin dengan perlahan membaringkan tubuh Can ke tempat tidur. Tin menatap wajah Can yang memerah akibat perbuatannya, membuat Tin semakin bersemangat.

Tin beralih ke dua tonjolan kecil di dada Can, membuat Can menggeliat antara geli dan nikmat. Dan terkadang bermain-main sedikit di sekitar perut dan pusar Can.

"Can, kau yakin akan melakukannya? Kita bisa berhenti sekarang." Tin kembali menatap Can.

"Lanjutkan Tin, aku sudah siap."

Dan dengan segera Tin membuka celana Can hingga Can tak memakai sehelai benangpun. Dia mulai bermain-main di area sensitif Can. Membuat erangan Can semakin sering terdengar.

Tin melakukan penetrasi ke bagian hole Can dengan lube dan mencoba melonggarkan hole Can yang masih begitu ketat dan belum tersentuh. Can tersentak saat jari Tin mencoba masuk menerobos dinding dalamnya. Tin kembali mencium Can untuk mengalihkan rasa sakit. Dan perlahan dua jarinya ikut masuk dan membuat holenya longgar.

Tin bersiap untuk memasukan miliknya ke dalam Can, dengan perlahan dia mulai memasukanya. Can terlihat kesakitan saat milik Tin mulai masuk ke dalam dirinya, dan Tin kembali menciumnya untuk mengalihkan rasa sakit yang di rasakan Can. Dan saat semua miliknya masuk, Tin diam sejenak.

Tin mulai bergerak perlahan. Dan semakin lama semakin cepat di barengi desahan dan erangan dari ke duanya. Sampai akhirnya mereka sampai puncaknya bersama, dan merasa lemas.

Tin perlahan mengeluarkan miliknya dan tidur di samping Can sambil memeluknya. Dan karena kelelahan mereka mulai tertidur.

(Ampun dah aku bikin apaan ini, buat yang udah ahli maaf ya gak bagus sama sekali ya. Aku udah berusaha ini ya, dan aku gak bikin desahan uh ah dan nyebutin anunya ya, aku gak suka bikin suara desahan gitu. Maaf ya gak hot nc nya, aku tuh gak bisa bikin nc kaya gini, aku lebih ahli praktek langsung karena udah nikah. 😂🙊)

~~
Paginya, Can tak bisa bangun. Rasanya seluruh badannya pegal dan bagian bawahnya sakit luar biasa.
Tin yang baru keluar dari kamar mandi menghampirinya.

"Tin , aku tidak bisa bergerak. Semuanya terasa sakit."

"Janga khawatir, aku sudah oleskan salep dan aku akan membantu mengelap badanmu. Cukup diam di sini dan aku akan melakukan semuanya untukmu. Maaf ya, aku sudah membuatmu seperti ini. Tapi semalam sangat hebat, aku tidak akan melupakan malam pertama kita." Wajah Can langsung memerah. Dan Tin tersenyum senang, dia mengecup singkat bibir Can sebelum pergi ke kamar mandi untuk mengambil handuk dan air hangat.

Sorenya keadaan Can sudah membaik, dia sudah bisa bergerak dan hanya tersisa sakit sedikit.

"Setelah makan aku antar pulang, aku tidak enak pada bibi jika kau menginap lagi di sini."

"Terserah kau saja Tin, tapi aku akan habiskan makananku dulu. Bercinta denganmu membuat aku semakin lapar dan ingin terus makan."

Tin hanya tersenyum melihat Can nya yang polos, dia akan selalu menyukai Can yang apa adanya.

Can pulang dan masuk ke rumahnya. Tin hanya mampir dan langsung pulang. Baru saja duduk di sofa ruang tamu, Ley datang menghampirinya.

"Kalian sudah melakukannya?" Tanya Ley antusias. Can hany mengangguk malu.

"Ku dengar jika itu pertama kali akan terasa sakit, apa iya?"

Can yang polos kembali hanya mengangguk.

"Ceritakan padaku."

"Tidak mau." Sepolos-polosnya Can, dia tidak mungkin menceritakan malam pertamanya dengan Tin pada adiknya.

"Dasar pelit." Ley pergi ke kamarnya.

Can juga pergi ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Can kembali teringat kejadian semalam, dan wajahnya langsung memerah.

"Aku tak percaya akhirnya aku melakukannya dengan Tin."

Besoknya seperti biasa Can bangun pagi dan bersiap untuk pergi kuliah, tak lupa Can membawa serta bola kesayangannya. Can berjalan dengan riang menuju halte bus, saat mobil Tin berhenti di depannya.
Tin keluar dari mobil dan menarik Can ke dalam mobil.

"Kenapa tidak menungguku?"

"Kau kan tidak perlu setiap hari menujemputku Tin, aku bisa berangkat menggunakan bus."

"Apa gunanya kau punya pacar yang punya mobil jika kau masih harus menaiki bus menuju universitas."

"Aku kan hanya tidak mau merepotkanmu Tin."

"Aku tidak merasa direpotkan, aku justru merasa senang karena merasa di butuhkan. Aku juga khawatir dengan keadaanmu, kemarin kau begitu kesakitan. Apa sekarang masih sakit?"

"Hanya tinggal sedikit terasa perih, tapi aku baik-baik saja."

"Kalau begitu kau absen saja dulu untuk latihan."

"Lalu aku harus bilang pada mereka jika kita baru saja bercinta dan bagian belakangku masih sakit begitu. Tidak mau! Itu memalukan. Jangan khawatir Tin, aku baik-baik saja sekarang."

"Baiklah terserah kau saja, pacarku ini sangat keras kepala."

"Tapi kau cinta padaku."

"Ya benar, aku sangat mencintaimu." Tin melajukan mobilnya dengan tersenyum lebar.

~~
Sorenya, Can baru saja selesai latihan bola dengan teman-temannya. Dan untuk hari ini Can harus pulang sendiri karena Tin ada urusan dengan sang ayah dan harus pulang duluan. Can tidak keberatan, toh dia sudah terbiasa untuk pulang sendiri.

Can sedang menunggu bus di halte saat sebuah mobil mewah berhenti tepat di depannya. Can tidak mengenali mobil itu karena berbeda dengan milik Tin. Seorang pria paruh baya keluar dan meminta Can masuk ke dalam mobil, Can masuk dan melihat nyonya Rose di dalam mobil. Dan seperti yang Can duga, nyonya Rose menawarkan sejumlah uang dengan nominal besar pada Can. Can marah dan menolak cek yang di berikan dan menyobeknya di depan nyonya Rose.

"Aku tidak akan meninggalkan Tin sampai kapanpun. Dia membutuhkan aku dan aku juga membutuhkannya. Jadi jangan pernah melakukan hal ini lagi karena aku tak butuh uangmu. Can segera keluar dari mobil dan berjalan pergi. Tapi belum jauh dia berjalan, Can terkejut saat mendengar nyonya Rose menjerit. Can melihat dua orang pria datang dan melumpuhkan supir nyonya Rose dan sedang mencoba membawa nyonya Rose pergi.
Can menendang bolanya dan berhasil mengenai kepala salah satu pria hingga pria itu kesakitan. Can berlari dan menginjak kaki pria satunya dan menarik tangan nyonya Rose dan mengajaknya pergi dari sana.

"Bibi, kita harus pergi." Can menarik tangan nyonya Rose dan membawanya berlari.

Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TinCan LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang