part 21

737 68 21
                                    

Tin dan Can gugup menunggu jawaban ibu Can yang terlihat terkejut dengan pengakuan mereka. Nyonya Kirakorn masih menatap mereka tanpa kata, membuat Can dan Tin semakin khawatir.

"Ma, ke kamar dulu." Nyonya Kirakorn pergi ke kamarnya tanpa menatap mereka. Can menatap sendu punggung ibunya yang menjauh, dan perlahan ke dua matanya mulai berkaca-kaca. Tak lama terdengar suara isakan dari mulut Can. Tin memeluk Can mencoba menenangkan   kekasihnya itu.

Ley melihat mereka dan pergi ke kamar ibunya. Ley melihat sang ibu yang sedang terdiam sambil duduk di atas tempat tidurnya. Ley tahu ibunya pasti syok mendengar pengakuan Tin dan Can tadi.

"Ma." Ley menghampiri ibunya dan duduk di sampingnya.

"Apa kau sudah tahu tentang mereka?" Ley mengangguk perlahan. Ibunya menghela nafas perlahan.
"Ma merasa kaget saat mendengarnya, bagaimana bisa mereka." Nyonya Kirakorn tak sanggup untuk melanjutkan ucapannya. Dia mulai berkaca-kaca.

"Ma, phi Tin menyukai phi Can karena sebuah alasan. Phi Tin tak percaya pada teman yang tulus padanya, semua orang yang mencoba mendekatinya semuanya hanya memanfaatkannya. Hanya phi Can yang tulus padanya, dan hanya phi Can yang bisa menyentuh hati phi Tin ma. Dan mungkin sejak saat itu perasaan phi Tin mulai berbeda pada phi Can. Tapi Ley bisa jamin jika phi Tin tulus mencintai phi Can. Sampai membuat phi Can juga bisa jatuh cinta padanya ma. Tak ada yang salah dengan cinta, dan ma pasti tahu itu. Ley mengerti ma terkejut, tapi tolong pikirkan lagi apa yang akan ma lakukan. Apapun keputusan ma, phi Can akan tetap menyayangi ma." Nyonya Kirakorn menatap putrinya dalam.
"Putri ma sudah dewasa rupanya, dan kakakmu juga. Ma hanya terkejut, ma tidak tahu harus mengatakan apa, ma khawatir jika mereka mendapatkan gunjingan dari orang lain Ley. Terutama dari keluarga Tin."

"Ma tidak perlu khawatir, ayah dan kakak phi Tin sudah merestui mereka. Hanya ibunya saja yang belum dan juga ma."

"Tolong biarkan ma berpikir dulu, nanti ma akan menemui mereka lagi."

"Baiklah ma, aku keluar dulu." Ley keluar dari kamar ibunya dan menghampiri Tin dan Can.

"Phi, ma butuh berpikir dulu. Sebaiknya phi Tin membawa phi Can ke kamarnya dulu. Aku akan siapkan makan malam."

Tin mengerti dan membawa Can ke kamarnya. Can masih terisak di pelukan Tin sampai Can tertidur. Tin menatap wajah Can dan mengusap bekas airmata nya.

"Maafkan aku, jika saja aku tidak jatuh cinta padamu. Kau tidak akan menangis seperti ini."

~~
Malamnya Ley sudah menyiapkan makan malam. Nyonya Kirakorn juga sudah ada di meja makan. Dia meminta Ley untuk memanggil Tin dan Can.

Tin dan Can datang dan duduk di meja makan.

"Can, ma awalnya terkejut dengan pengakuan kalian pada ma. Tapi ma sadar, kau sudah dewasa dan bisa memutuskan apa yang benar untukmu. Ma hanya berharap kau selalu bahagia nak. Dan untukmu Tin, tolong jaga Can."

Tin dan Can menatap nyonya Kirakorn yang tersenyum.

"Terima kasih bibi, aku pasti akan menjaga Can selalu."

"Ma, terima kasih." Can menghampiri ibunya dan memeluknya erat sambil menangis.

"Euh euh, jangan menangis. Sebaiknya kita makan, dari kemarin kau menangis terus, ayo duduk."

Can mengangguk dan mereka mulai makan dengan perasaan lega di hati Tin, Can , dan Ley.

Malamnya Tin pamit pulang, dia pulang ke rumahnya dengan perasaan lega dan bahagia. Hanya tinggal ibunya yang belum merestui dia dan Can, tapi Tin tidak perduli. Dengan atau tanpa restu sang ibu, Tin akan selalu bersama Can sampai kapanpun.

Saat tiba di rumah Tin bertemu sang ibu yang sedang duduk di sofa ruang tamu dengan segelas wine di tangannya.

"Kau sudah pulang?"

"Ya," jawab Tin singkat. Dia malas berlama-lama dengan sang ibu. Tin sudah terbiasa jauh dari ibunya Rose.

"Apa hanya begitu saja jawabanmu. Tin, akhir pekan ini kau ikut dengan ibu, kita akan bertemu dengan teman rekan bisnis mae. Mungkin kau akan suka pada anak gadisnya."

"Aku tidak mau."

"Tin, apa kau akan tetap mempertahankan pacar priamu itu. Kau harusnya bersama perempuan dan menikah dan punya anak. Sedangkan dengan anak itu kau tidak akan dapat apa-apa. Ini semua demi kebaikanmu."

"Demi kebaikanku, lucu sekali. Aku tahu ini demi uang. Mae khawatirkan jika aku tidak punya keturunan mae tidak akan mendapatkan harta keluarga methanan. Aku tidak akan menikahi siapapun selai Can. Hanya Can yang aku cintai. Dan satu lagi, berhentilah pura-pura jadi seorang ibu karena itu tidak cocok untukmu." Tin pergi meninggalkan ibunya yang kesal.

"Anak itu, akan ku buat kalian berpisah bagaimanapun caranya."

Tin masuk ke kamarnya dan duduk di atas tempat tidur dengan kesal. Kenapa ibunya selalu mengganggunya, tidak bisakah dia berhenti mencampuri urusannya. Dan menjauhi Can nya. Tin tidak akan tinggal diam jika sang ibu menyakiti Can, dia akan melindungi Can dengan berbagai cara.

~~
Besoknya, Tin sudah menunggu Can di tempat parkir. Can baru saja selesai latihan bola, dan Tin dengan sabar menunggu Can sampai selesai.

"Kau sudah menunggu lama Tin?"

"Berapa lamapun aku akan tetap menunggumu."

"Aih, sejak kapan kau manis seperti ini."

"Aku seperti ini hanya untukmu Can."

"Berhenti bersikap manis seperti itu, ayo kita pulang ke apartemenmu."

"Kau tidak langsung pulang?"

"Di rumah tidak ada siapa-siapa, Ley les sampai nanti, sementara ma masih kerja, aku bosan sendirian di rumah."

"Baiklah, ayo kita pulang. Atau kau mau makan dulu."

"Ayo kita makan dulu, aku lapar."

Setelah makan mereka pergi ke apartemen Tin.

"Tin, ibumu tidak akan datang kemari kan?" Tanya Can. Dia khawatir kejadian di rumah Tin akan terjadi lagi padanya. Can tidak mau di tampar untuk ke dua kalinya.

"Tenang saja, ibuku tidak akan datang. Dia sedang sibuk dengan teman-temannya, menghamburkan uang mereka ke luar negri."

"Syukurlah, aku merasa tenang."

"Aku mandi duluan na, ada tugas yang harus ku kerjakan."

"Baiklah."

Setelah Tin mandi, giliran Can yang mandi. Dan setelah dia selesai, Tin sudah duduk tenang mengerjakan tugasnya. Dan hal itu berlangsung selama satu jam lamanya. Dan belum ada tanda-tanda Ti akan berhenti dengan tugasnya, membuat Can sangat bosan.

"Tin, apa masih belum selesai? Aku bosan."

"Sebentar lagi, nah sudah selesai."

Tin menyimpan laptopnya dan duduk di samping Can yang terlihat kesal. Tin mengecup bibir Can yang sedang manyun, dan Can menatapnya.

"Aih, hanya begitu saja?"

Tin tersenyum dan mulai mencium Can dan Can membalasnya. Mereka melakukannya cukup lama, sampai Tin melepasnya duluan.

"Sebaiknya kita hentikan atau aku akan melakukan lebih padamu."

"Tidak apa-apa, aku sudah siap jika kau mau lebih."

"Kau yakin Can, jangan menggodaku?"

"Aku tidak menggodamu, aku memang sudah siap jika kau mau. Aku sudah nonton beberapa film dari Pond."

"Aku akan mulai dan jangan paksa aku berhenti karena aku tidak akan berhenti."

"Lakukan Tin."

Tin kembali meraup bibir Can dan ...




Tbc.

😈😂😛😆

TinCan LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang