Part 5

1.1K 81 2
                                    

Tin tak bisa lagi menahan amarahnya. Guide tidak mendengarkan peringatannya untuk menjauhi Can.
Dengan amarah yang memuncak Tin menghampiri mereka dan langsung meninju wajah Guide berkali-kali. Can berusaha menahannya tapi Tin mengabaikannya. Tin terlalu marah karena Guide berani menyentuh miliknya. Wajah Guide sudah mulai babak belur, beruntung Ae da Pete datang. Mereka langsung menarik Tin menjauh.

"Tin hentikan," ucap Pete.

"Ada apa denganmu Tin? Kenapa kau memukulnya. Aku kecewa padamu." Can pergi dan membawa Guide ke ruang ganti.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Can.

"Aku baik-baik saja Can, tak usah khawatir."

"Tunggu sebentar, aku akan mengambil obat untukmu."

Can membantu membersihkan luka di sudut bibir Guide, membuat pria tampan itu sedikit meringis. Can meniup luka yang tadi dia bersihkan membuat Guide terdiam. Wajah mereka begitu dekat, dan tiupan Can pada lukanya terasa hangat.
Ini pertama kalinya ada seseorang yang peduli padanya, apalagi hanya karena luka kecil seperti ini. Kedua orang tuanya sama sibuknya seperti orangtua kaya pada umumnya. Pekerjaan jauh lebih penting dari anaknya.
Guide sekarang mengerti kenapa Tin bisa jatuh hati pada pria mungil ini. Can pria sederhana tapi punya ketulusan dan kebaikan yang luar biasa.
Setelah selesai Can membereskan kotak obatnya dan tersenyum. Senyum tulus pertama yang Guide lihat untuk pertama kalinya, karena biasanya dia selalu bertemu dengan orang yang suka tersenyum palsu. Berpura-pura baik di depan, tapi penuh kebencian dibelakangnya.

"Sudah selesai. Maaf ya, aku tidak tahu kenapa Tin memukulmu seperti ini."

"Dia yang salah kenapa kau yang minta maaf?"

"Entahlah, aku hanya terbiasa minta maaf saja."

Guide tersenyum.

"Sekarang aku mengerti kenapa Tin yang begitu keras dan tertutup bisa jatuh cinta padamu. Sepertinya aku juga merasakan hal yang sama padamu Can."

Can terkejut dan menpoutkan bibirnya.

"Aihh kenapa aku di sukai laki-laki lagi, padahal aku ingin di cintai gadis cantik, sexy, dan berdada besar. Bukan sama-sama pria sepertiku."

"Kau terlalu manis untuk di sukai wanita  Can, bahkan kau cukup cantik dan tubuhmu sangat ramping."

"Ckk menyebalkan."

"Sudah jangan pasang wajah seperti itu, aku tidak tahan ingin menciummu," canda Guide.

Can reflex menutup mulutnya, membuat Guide tertawa.

"Kenapa kau malah tertawa?"

"Tidak, ayo pergi, aku traktir kau makan."

Can langsung semangat saat mendengar kata traktir. Karena itu artinya dia bisa kenyang tanpa mengeluarkan uangnya.

Di tempat lain Pete dan Ae mengantar Tin ke parkiran.

"Kau pulanglah dulu dan dinginkan kepalamu, baru kau coba bicara dengan Can. Ingat jangan menggunakan amarahmu saat bicara dengan Can."

Tin hanya mengangguk dan masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya.

"Pete, apa dia benar-benar menyukai Can? Karena jika dia hanya main-main, aku tidak akan tinggal diam."

"Tenang Ae, aku yakin Tin benar-benar menyukai Can, lebih tepatnya jatuh cinta."

"Baiklah, aku percaya padamu, ayo kita pulang."

"Khrab Ae."

~~
Tin sampai di apartementnya, dia melemparkan tasnya ke sofa dan menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur. Tin mencoba memejamkan matanya, dia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia kembali teringat ucapan Can yang merasa kecewa padanya. Entah kenapa hatinya terasa sakit saat kata itu terucap dari mulut Can. Tapi sungguh Tin tak bisa menahan emosinya tadi, dia mencintai Can, sangat. Dan saat ini Can belum membalas perasaannya, dan sejujurnya Tin takut jika Can menjauhinya, Tin tak mau itu terjadi. Lebih baik baginya kehilangan semua harta yang di milikinya dari pada jauh dari Can. Baginya Can adalah segalanya, nafasnya dan hidupnya. Tak ada hal apapun yang lebih berharga dari ketulusan yang di berikan Can padanya.
Tin kembali bangun dan berniat untuk mandi, semoga saja dengan mandi air dingin bisa membuatnya lebih baik.

TinCan LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang