part 15

876 76 15
                                    

Aku fans tahan banting ya udah kuat dari jaman suka couple kpop, jadi bodo amat ya, Mean mau ama siapa aja di real life dia. Aku gak urusin. Anda yang mau mancing-mancing gak akan mempan ke saya.
Aku cuma cinta 2wish, aku sayang Mean, dan aku bucin Plan. Udah gitu aja titik.

~~
Can pulang ke rumahnya dengan perut yang kenyang. Can kembali melihat kartu nama itu dan menyimpannya di meja di dalam kamarnya, tanpa tahu siapa pemilik kartu itu.

Di ruangannya tuan Thrai melihat foto Can yang di ambil oleh salah satu kaki tangannya yang menyamar menjadi mahasiswa di sana. Tanpa di sangka tuan Thrai tersenyum kecil mengingat pertemuannya dengan Can.

"Menarik. Ini pertama kalinya aku bertemu dengan orang seperti dia. Tuan Mark, bagaimana dengan Tul?"

"Tuan Tul sedang makan siang bersama tua Hin."

"Bagitu rupanya. Suruh anak buahmu mengawasi mereka, sekarang aku mau pergi menemui cucuku."

"Baik tuan besar."

~~
Malamnya Can hanya bermalas-malasan di kamarnya sambil sesekali berkirim Line dengan Tin. Dia ingin menemui Tin, tapi kekasih tampannya itu sedang sibuk dengan tugas kuliahnya yang menumpuk. Can tidak mau mengganggu, meskipun Can sangat merindukannya.

"Phi, kau sudah tidur?" Ley berbicara di luar kamar.

"Belum, ada apa Ley?"

"Aku pinjam bolpoinmu. Punyaku habis dan tidak mungkin aku membelinya malam-malam begini."

"Masuk saja, aku tidak menguncinya."

Ley masuk ke dalam kamar dan mengambil bolpoin di meja Can. Dan tak sengaja dia melihat kartu pengenal di meja dan membacanya. Betapa terkejutnya Ley saat melihat nama di dalam kartu itu.

"Phi Can, bagaimana kartu ini ada di tanganmu?"

"Tadi siang aku membantu seseorang yang kecopetan, dia mentraktirku makan dan memberiku kartu itu padaku. Dia memintaku menghubunginya jika aku butuh sesuatu."

"Kau tahu siapa dia?"

"Tidak. Tapi nama belakangnya sama dengan Tin."

Ley menepuk dahinya, dia benar-benar pusig memiliki kakak yang bodoh seperti Can.

"Phi Can, menurutmu berapa banyak nama Methanan di Thailand?"

"Mana ku tahu, aku tidak pernah menghitungnya."

"Kau benar-benar bodoh. Dia ini Thrai Methanan. Ayah dari phi Tin."

"Benarkah? Tapi mereka tidak mirip. Tinku tampan, tapi bapak itu biasa saja. Ku pikir ayah Tin itu menyeramkan dan sangat tampan seperti Tin atau phi Tul. Aku saja sangat tampan seperti pho."

"Terserah apa katamu. Kau bisa tanyakan padanya jika kau bertemu dengan tuan Thrai lagi nanti."

"Baiklah, aku akan menanyakannya nanti."

"Ya ampun. Otakmu sekarang sepertinya jadi jauh lebih kecil dari kuaci." Ley langsung keluar dari kamar Can dengan kesal.

"Lalu otakku sekecil apa? Masa bodoh yang penting Tin tetap cinta padaku."

~~
Tul dan Hin berdiri di depan ruang kerja sang ayah. Hin terlihat sangat gugup, dia takut bertemu tuan Thrai. Tul menggenggam tangannya untuk menenangkannya. Mereka masuk ke dalam ruangan tuan Thrai.

"Jadi apa yang yang ingin kalian katakan padaku?"

"Pho, ku mohon restui hubunganku dengan Hin. Aku masih sangat mencintai Hin, aku tidak mau kehilangannya lagi."

"Lalu bagaimana denganmu Hin? Apa kau masih mencintai putraku?"

"I iya, saya masih mencintai phi Tul."

"Aku akan merestui kalian, tapi dengan satu syarat. Tul kau harus mau menggantikan pho. Pho ingin pensiun dan menikmati masa tua pho dengan tenang. Apa kau bersedia?"

"Iya pho, akan ku lakukan sebaik mungkin."

"Baiklah, beberapa hari lagi kita akan umumkan pensiunku dan kenaikan jabatanmu. Bekerjalah dengan baik dan jangan kecewakan pho."

"Tentu pho, aku akan melakukan yang terbaik yang  aku bisa untuk perusahaan."

"Pho pegang kata-katamu."

Tul dan Hin keluar dengan perasaan lega.

"Phi, kau yakin akan menggantikan ayahmu. Itu pasti akan sulit untukmu."

"Jangan khawatir. Aku pasti bisa melakukannya. Aku ini Tul, aku akan melakukan yang terbaik yang aku bisa. Yang terpenting sekarang kau dan aku kembali bersama. Tak ada yang lebih membahagiakan selain kembali bersamamu."

"Phi, aku juga bahagia bisa kembali bersamamu"

Di ruangannya tuan Thrai memandang foto mendiang istrinya yang merupakan ibu Tul.

"Sayang, maafkan aku atas rasa sakit yang kau rasakan sejak kita berpisah. Aku menyesal tidak bisa mempertahankan kebersamaan kita. Dan ku harap keputusanku merestui mereka itu benar, aku hanya ingin putra-purtaku bahagia. Semoga kau juga setuju dengan keputusanku."

Beberapa hari kemudian, Tul diangkat menjadi presiden direktur. Di hadiri semua pegawai dan keluarga besar termasuk Tin dan ibunya.

"Tin, kau harus bisa menunjukan kepada ayahmu jika kau yang lebih berhak atas jabatannya bukan kakakmu," ucap sang ibu.

"Aku senang phi Tul menggantikan ayah. Dia pantas mendapatkannya, dan untuk diriku biar aku mengatur hidupku sendiri. Mae urusi saja kehidupan mae, tidak perlu memikirkanku. Aku bisa mengurus diriku sendiri." Setelah mengatakan hal itu, Tin pergi untuk menemui kakaknya.

"Dasar anak itu, sangat keras kepala."

~~
Can duduk di sebuah cafe hampir satu jam, dan dia bosan. Tin tadi menghubunginya untuk mengajaknya makan siang bersama, tapi Tin belum juga datang.

"Kenapa lama sekali, apa dia tidak tahu jika aku lapar. Aku bisa mati kelaparan jika dia tidak datang."

"Jangan khawatir aku sudah datang."

"Tiiin, kenapa lama sekali. Aku sudah sangat lapar sampai lemas."

"Maaf, acaranya baru selesai. Pesan sebanyak apapun kau mau."

"Tentu saja itu harus. Oh ya, ada yang ingin aku bicarakan. Kemarin aku bertemu dengan ayahmu."

"Bagaimana bisa?"

"Aku menolongnya saat ada pencopet, tapi aku tidak tahu jika itu ayahmu karena aku belum pernah bertemu dengannya. Ley yang memberitahuku jika itu ayahmu."

"Apa dia melakukan sesuatu padamu?"

"Tidak, dia malah mentraktirku makanan yang lezat dan banyak. Ayahmu sangat baik."

"Lain kali jika dia menemuimu lagi segera beritahu aku ya."

"Baiklah, aku mengerti."

Selesai makan bersama Can, Tin datang ke kantor sang ayah dan masuk ke dalam ruangannya.

"Tumben sekali putraku datang menemuiku."

"Kenapa kau menemui Can?"

"Oh, pria manis itu yang kau maksud. Aku tidak menemuinya. Kami tak sengaja bertemu. Dia menolongku dan aku ingin memberinya uang tapi dia menolak. Jadi aku menawarinya makan, itu saja. Kenapa kau begitu khawatir? Aku tidak akan menyakiti pria sebaik dia."

"Jauhi Can, jangan pernah lagi temui dia." Tin pergi dari ruangan sang ayah.

Tuan Thrai hanya tersenyum saat putranya pergi.

"Tuan Park, awasi terus mereka dari jauh. Jangan sampai mereka mengetahuinya."

"Baik tuan besar, saya akan melakukannya.

"Aku semakin penasaran dengan pria mungil bernama Can itu."

Tbc.

Mocclub

jonquil_Alstroemeria
Lemopai

TinCan LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang