part 20

694 59 8
                                    

Terdengar suara ketukan dari luar. Ibu Can membuka pintu dan melihat nyonya Rose datang.

"Maaf, ada perlu apa?"

"Saya hanya ingin memberikan ini pada Can, dia teman putra saya." Nyonya Rose memberikan sebuah anplop kepada ibu Can.

"Kalau begitu saya permisi." Nyonya Rose pergi dari sana.

'Lain kali jljika anak tak tahu diri itu menolak lagi tawaranku, aku akan langsung bicara pada ibunya," ucal nyonya Rose dalam hati.

~~

Can datang ke kelasnya dengan tidak semangat karena pertemuannya dengan nyonya Rose.

"Can ... apa ... kau ... ok?"

"Aku ok, hanya sedang badmood saja. Good temani aku ke kantin na, aku harus membuat moodku membaik dengan makan banyak." Can langsung menarik tangan Good sebelum sahabatnya itu sempat menjawab.

~~
Tin masuk ke kelas dan duduk di samping Pete. Pete bisa melihat raut wajah Tin yang sedang sedih.

"Ai Tin, kau baik-baik saja?"

"Tidak, aku sangat buruk."

"Ada apa? Kau bisa ceritakan padaku."

"Kemarin ibuku menampar Can dan bicara kasar padanya."

"Ya ampun, apa Can baik-baik saja?"

"Ya, mungkin. Tapi aku yakin dia terluka."

"Jangan khawatir, Can anak yang ceria. Dia pasti bisa melupakannya dengan cepat. Aku mengerti perasaanmu karena ayahku juga tidak suka pada Ae."

"Lalu apa yang kau lakukan?"

"Aku tetap berjuang dengan Ae, dan terus berharap pho akan menerima Ae meskipun itu tidak mudah. Kau juha harus berusaha demi Can, aku yakin jika kalian benar-benar saling mencintai kalian pasti akan bisa bersama sebesar apapun halangannya."

"Terima kasih Pete, kau teman yang selalu bisa di andalkan."

~~
Can pulang dari kampus sendiri tanpa di antar Tin, karena Tin masih ada kuliah. Can baru akan masuk ke dalam rumah saat Ley memanggilnya.

"Phi Can."

"Ada apa Ley?"

"Tadi ada seorang wanita seumuran ma yang datang mencarimu ke rumah kita."

"Seperti apa orangnya?"

"Dia sangat cantik, dan barang-barang yang dia pakai pasti mahal."

Can terdiam, dia ingat tentang nyonya Rose.

"Apa mungkin dia ibunya Tin."

"Ibunya phi Tin, untuk apa dia kemari?"

"Dia tidak suka aku bersama Tin, dan sepertinya dia akan memberitahukan tentang hubunganku dengan Tin pada ma, dia bahkan sempat ingin memberiku sejumlah uang untuk menjauhi Tin tapi aku tolak."

"Ini berbahaya Phi, ma pasti akan syok jika tahu dari orang lain tentang hubunganmu dengan phi Tin. Bisa saja nanti dia akan memberitahukan semuanya pada ma. Jadi  Sebaiknya kau bicara duluan, itu akan lebih baik phi."

"Kau benar, aku akan bicarakan nanti dengan Tin."

"Can." Nyonya Kirakorn keluar dari arah dapur.

"Ada ibu temanmu yang menitipkan  ini pada mae," ibu Can memberikan amplop pada Can.

"Terima kasih mae, aku ke atas dulu." Ca segera masuk ke dalam kamarnya dan membuka amplop itu. Dan isinya sebuah cek kosong dan juga sebuah surat berisi perintah nyonya Rose supaya Can meninggalkan Tin dan menuliskan nominal uang yang dia inginkan. Can marah di rendahkan oleh ibu Tin. Dia pikir semuanya bisa di beli olwmeh uang. Tidak semudah itu! Hati Can untuk Tin tidak akan pernah bisa di beli oleh uang. Dengan kesal Can menyobek surat dan cek itu sampai jadi serpihan dan membuangnya ke tempat sampah.

"Aku akan selalu bersama Tin, aku tidak mau jauh darinya. Bagaimana dia bisa bertahan dengan ibu seperti itu." Can teringat saat ia bertengkar dengan Tin karena Tin tidak sopan pada ibunya di telpon. Can sekarang mengerti kenapa Tin bersikap seperti itu pada sang ibu. Dan Can menyesal sudah bersikap kasar pada Tin saat itu. Can mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Tin.

"Halo."

"Tin, apa kau sibuk?"

"Aku baru saja pulang dari kampus dan pulang ke apartemen. ada apa?"

"Ah tidak, kau pasti lelah istirahatlah."

"Kau yakin tidak apa-apa? Aku akan datang ke rumahmu juka kau mau."

"Tidak perlu, aku nanti yang akan datang ke apartemenmu. Istirahatlah, bye."

Can menyimpan ponselnya dan bersiap mandi sebelum pergi ke apartemen Tin.

~~
Sorenya Can sudah bersiap untuk pergi ke rumah Tin.

"Ma aku pergi dulu ke tempat Tin na."

"Kau mau menginap?"

"Iya ma."

"Kalau begitu hati-hati." Can keluar dari rumah di ikuti Ley.

'Jangan lupa pakai pengaman phi' bisik Ley di telinga Can. Can menatap adiknya dengan bingung.

"Aku mau pergi naik bus, bukan naik mobil Tin. Di dalam bus mana ada pengamannya Ley."

Ley mendesah dan menepuk jidatnya pelan. Dia lupa kakaknya ini terlalu polos dan juga terlalu bodoh untuk mengerti perkataannya.

"Sudah lupakan saja phi, kau pergi saja. Sampaikan salamku pada phi Tin."

Can mengangguk dan pergi.

"Aku tidak tahu bagaimana phi Tin bisa tahan dengan kebodohan phi Can. Aku saja kadang selalu pusing, dia lebih mirip adikku dari pada kakak." Ley menggelengkan kepalanya dan kembali masuk ke dalam rumah.

Can tiba di apartemen Tin, dan di dalam sana Tin sudah memesan banyak makanan yang sudah tersaji di atas meja.

"Tin, apa akan ada tamu datang ke sini? Kenapa banyak sekali makannya."

"Ini semua untukmu Can, aku sengaja memesannya. Kau bisa memakan semuanya."

"Tin, kau memang yang terbaik."

Tin tersenyum. Ini yang dia sukai dari Can. Bukan harta ataupun kemewahan yang bisa membuat Can bahagia. Cukup dengan memberinya makanan enak Can sudah bisa senang. Dan Tin entah kenapa semakin mencintai pria mungil di depannya ini.

Selesai makan Tin dan Can bersantai di sofa dengan Can yang bersandar pada Tin.

"Tin, apa kita harus mengatakan pada ibuku tentang hubungan kita?"

"Jika kau mau, aku akan bicara pada bibi."

"Tapi aku khawatir ma akan marah pada kita."

"Kita akan hadapi semuanya bersama, lagipula tidak mungkin kan kita menyembunyikan hubungan kita selamanya. Besok aku akan datang ke rumahmu dan kita bicara pada bibi. Jangan khawatir, bibi berbeda dengan ibuku. Dia orang yang baik dan begitu menyayangimu. Aku yakin dia akan menerima kita cepat atau lambat."

"Ya, kau benar. Ku harap ma akan menerima kita supaya aku tidak membohonginya terus."

~~
Besoknya Can dan Tin menemui ibu Can yang kebetulan sedang libur bekerja. Can dan Tin sangat gugup memikirkan reaksi seperti apa yang akan di tunjukan oleh ibunya.

"Bibi, kami ingin bicara."

"Ada apa? Katakan saja."

"Aku dan Can berpacaran."

Nyonya Kirakorn menatap Can dan Tin.

Tbc.

TinCan LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang