Gadis itu berlari kecil menghampiri Auriga yang menunggu di depan Biei Station.
Auriga melirik jam tangannya. "Sepuluh lewat lima belas menit. Kau masih punya banyak waktu, seharusnya tidak perlu berlari."
Gadis itu terlihat mengatur napasnya. Memang benar, ia tidak seharusnya berlari. Tapi entahlah, ia hanya mengikuti keinginan kakinya saja.
Auriga menatap gadis itu, hari ini gadis itu memakai rok pendek floral, kaos putih yang dipadukan dengan jaket denim, sneakers serta tas kecil. Rambut yang bergaya messy up-bun membuatnya benar-benar terlihat cute.
Mereka masuk kedalam mobil. Entah mengapa Itzumi selalu saja tersenyum jika melihat Auriga bersama gadis itu, ia merasa melihat Auriga yang tidak seperti biasanya. Auriga seperti hidup saat bersama gadis itu.
"Jadi? Kemana kita hari ini?" tanya Itzumi.
"Blue Pond!" Auriga dan gadis itu menjawab serentak. Mereka saling memandang sebelum akhirnya tertawa bersama.
Lokasi Blue Pond sebenarnya lumayan jauh dari Biei, memerlukan waktu tempuh kurang lebih tiga jam. Namun siapa peduli? Rasanya jika mereka memiliki waktu yang benar-benar banyak, mereka ingin mengelilingi setiap sudut Hokkaido.
Selama diperjalanan, ponsel Auriga terus berdering, namun entah apa yang dilakukan pria itu sampai akhirnya ponselnya tidak berdering lagi.
Panggilan itu dari Sakura, sejak kemarin Sakura masih saja terus berusaha menghubungi Auriga. Mengiriminya banyak pesan, padahal Auriga tidak pernah membalas satu kalipun. Benar-benar tidak mudah menyerah. Sesaat Auriga memahami dan menyetujui apa yang dilakukan gadis disampingnya ini, liburan tanpa membawa ponsel sepertinya akan lebih menyenangkan.
Itzumi membesarkan volume radio mobil mereka yang saat itu sedang memutar lagu Black Swan dari BTS.
Gadis itu menggerakkan tangannya mengikuti alunan lagu, sedangkan Auriga hanya menatapnya aneh. "Kau menyukai BTS?"
Gadis itu menggeleng. "Tidak terlalu. Aku punya sahabat yang umurnya dua tahun lebih muda dariku. Dia beberapa kali pernah menyanyikan lagu-lagu BTS. Terkadang dia juga menarikannya."
Gadis itu menatap Auriga. "Dibagian ini, tariannya seperti ini," gadis itu memperlihatkan gerakan tangan, Auriga berpikir, jika saat ini mereka tidak sedang berada didalam mobil, mungkin gadis itu akan menari dengan bebas.
"Kau seperti badut yang sedang menari."
Gerakan gadis itu terhenti mendengar lelucon Auriga, gadis itu tidak sakit hati, ia benar-benar menganggap perkataan Auriga sebagai lelucon yang tidak lucu. Humor pria itu mengerikan. "Kau harus tahu kalau aku pintar menari," ia memanyunkan bibirnya. Tidak bertahan lama, gadis itu kembali menari. Itzumi yang sesekali memperhatikan mereka hanya bisa tertawa gemas. Perjalanan ke Blue Pond terasa lebih happy karena gadis itu.
Gadis itu merenggangkan tubuhnya setelah keluar dari mobil, mereka telah sampai ke tempat parkir Blue Pond. Sekarang mereka harus berjalan kaki karena untuk sampai ke Blue Pond hanya bisa diakses dengan berjalan kaki.
"Kemarin kau menungguku?" tanya gadis itu memulai percakapan.
Auriga mengangguk.
"Maaf, kemarin aku ada urusan lain. Jadi kemarin kau pergi kemana?"
"Tidak kemana-mana."
Gadis itu menautkan alisnya. "Kenapa?"
Auriga memasukkan kedua tangannya pada saku celananya. "Teman berliburku tidak datang, jadi aku memutuskan untuk tidak pergi."
Apa yang dipikirkannya? Pria itu seharusnya tetap berlibur meskipun ia tidak datang. Siapa pula yang rela membatalkan hari liburnya hanya karena temannya tidak datang? Bukankah sewaktu di Bukit Shikisai pria itu juga berlibur sendiri --sebelum akhirnya mereka bertemu--.
"Wah!" gadis itu menatap takjub keindahan Blue Pond saat mereka sudah sampai.
Sekarang jam dua lewat sepuluh, pada musim panas, pengunjung sudah tidak terlalu banyak jadi mereka bisa menikmati Blue Pond dengan santai.
Blue Pond, sesuai dengan namanya, kolam air yang benar-benar berwarna biru. Banyaknya larch jepang yang layu tetapi tetap berdiri tegak menambah keindahannya. Gadis itu tidak henti-hentinya mengagumi apa yang saat ini sedang dilihatnya.
"Hey, teman! Foto aku!" mata Auriga membulat saat gadis itu sedikit berteriak memanggilnya. Gadis itu baru saja memanggil Auriga 'teman' karena ia tidak tahu namanya. Lucu sekali. Batin Auriga.
Auriga melihat hasil fotonya saat tangan gadis itu menggandeng lengannya. "Ayo foto berdua."
Mereka meminta tolong pada salah satu pengunjung untuk mengambil gambar mereka berdua. Sadar atau tidak gadis itu masih menggandeng lengan Auriga, sedangkan Auriga membiarkannya. Ia menikmatinya.
"Kalian benar-benar pasangan serasi," pengunjung yang mengambil gambar mereka mengatakan itu sembari mengacungkan jempolnya dan pergi berlalu. Sedangkan gadis itu dan Auriga masih terdiam berusaha mencerna ucapan pengunjung itu.
Sampai saat Auriga menyadari sesuatu. Hari ini, mereka sama-sama memakai jaket denim dengan warna yang juga sama. Siapapun yang melihat mereka pasti berpikir kalau mereka adalah sepasang kekasih.
"Apa yang dikatakan orang tadi? Serasi? Kita?"
Auriga melirik gadis itu. "Kau masih memikirkannya? Lupakan saja," entah gadis itu juga menyadari pakaian mereka serasi atau tidak, namun Auriga merasa senang. Kebetulan yang benar-benar membuatnya bahagia.
![](https://img.wattpad.com/cover/231811879-288-k844939.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Auriga: Ingatan dalam Cincin
Romance"Bagaimana kalau kita melakukan sesuatu yang berbeda?" Gadis itu menautkan alisnya pertanda ia sedang bingung, ia hanya diam menunggu pria dihadapannya melanjutkan kalimatnya. "Mari berteman tanpa harus berkenalan," Pria itu tersenyum penuh arti, me...