10. Sebuah Keputusan

5 1 0
                                    

Auriga menghempaskan badannya dikasur. Akhirnya setelah melakukan serangkaian tes, ia diperbolehkan pulang kerumah. Ada sedikit perasaan rindu dengan rumahnya.

Yamato masuk ke kamar Auriga yang pintunya memang terbuka lebar, ia membawa box besar yang berwarna hitam. Diletakkan box itu disamping meja Auriga.

"Apa itu?" tanya Auriga.

Yamato melirik box itu sekilas. "Barang-barangmu sewaktu kecelakaan. Pakaianmu dan ponselmu yang rusak."

Pria yang lebih tua darinya itu hendak keluar sebelum Auriga kembali membuka mulutnya. "Aku tidak melihat nenek ada di rumah."

Deg! Jantung Yamato berbedar. Ia belum memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan-pertanyaan ini. Jika Yamato jujur, ia takut Auriga akan merasa tertekan dan kembali drop. Bagaimanapun, dokter sudah memperingatkan akan hal-hal buruk yang harus dihindari.

"Nenek sudah kembali ke rumahnya ya?"

"Iya benar!" Yamato menyadari ia terlalu cepat menjawab. "Nenek tidak bisa kembali ke Sapporo dalam waktu dekat. Beliau sudah tua."

Sebenarnya Yamato tidak perlu memberitahu Auriga. Anak itu cucunya, tentu saja ia tahu kalau neneknya sudah tua! Tetapi Auriga mengerti maksud Yamato, ia hanya menanggapi dengan anggukan.

"Auriga, teman-temanmu datang!" teriak Oba yang entah sedang berada dimana.

Auriga berjalan bersama Yamato, ia pergi menemui temannya yang berada di ruang tamu, sedangkan Yamato pergi ke ruang kerja yang memang disediakan untuknya. Yamato sengaja tidak menutup pintu ruang kerjanya, karena kebetulan dari ruang kerjanya dapat langsung melihat ke ruang tamu.

"Oh, hai Ken!" Auriga merasa senang saat melihat Ken datang, ia melebarkan langkahnya dan langsung memeluk Ken sebentar. Melihat perlakuan Auriga yang berbeda dari biasanya sebenarnya membuat Ken sedikit merinding.

Percayalah bahwa Auriga dan Ken tidak bersahabat, hubungan mereka juga tidak sedekat itu. Selama tiga tahun kenal, Ken hanya pernah berbicara beberapa kali dengan Auriga, itupun terkadang Auriga tidak menanggapinya.

"Bagaimana denganku? Seharusnya aku juga mendapatkan pelukan," suara Sakura terdengar dibelakang Ken.

Tentu saja, Auriga tersenyum sembari memeluk Sakura, setelahnya ia mengintrupsikan kepada kedua tamunya untuk duduk. Sakura memilih duduk disamping Auriga.

Oba menghidangkan beberapa cemilan dan minuman untuk tamu Auriga, mereka juga sempat mengucapkan terimakasih dengan sopan sebelum Oba pergi.

"Jadi kalian baru saja pulang dari upacara mahasiswa baru?" tanya Auriga.

Ken mengangguk, sedangkan Sakura yang sengaja memilih duduk disamping Auriga langsung menggenggam tangan Auriga. "Sayang sekali kamu tidak datang, sayang."

Ken tersedak melihat pemandangan dihadapannya, ia terbatuk-batuk yang membuat wajahnya memerah. Apa-apaan itu? Auriga bahkan tidak menepis tangan Sakura.

"Hati-hati! Apa kau ingin mati konyol karena tersedak?!" Sakura mengomel sambil menatap sinis Ken.

"Sudah-sudah," Auriga melihat Ken, anak itu terlihat sudah baik-baik saja sekarang. "Jadi, bagaimana upacaranya? Menyenangkan?"

Senyum Sakura kembali terlihat, ia baru saja ingin membuka mulutnya saat Ken mengatakan sesuatu.

"Tentu saja menyenangkan! Sakura mempermalukan dirinya sendiri," Ken tersenyum jahil.

Auriga menatap Ken penasaran. "Bagaimana?"

Ken menceritakan apa yang terjadi, bagaimana Sakura terjatuh didepan para senior dan mahasiswa baru lainnya karena tidak sengaja menginjak roknya sendiri. Tidak hanya itu, Sakura juga tidak sengaja menumpahkan minumnya kebajunya sendiri. Untung saja Sakura sedang minum air mineral, coba bayangkan jika ia sedang minum jus atau minuman berwarna lainnya.

Setelah mendengar cerita Ken, Auriga dan Ken tertawa. Apalagi saat Ken memperagakan cara Sakura jatuh dan ekspresi Sakura saat menumpahkan minumannya. Mereka berdua tertawa lepas, sedangkan yang menjadi bahan pembicaraan mereka hanya diam merengut.

Yamato berdiri mematung memperhatikan Auriga dari ruang kerjanya, sebelum akhirnya ditutupnya pintu ruang kerjanya. Suara mengobrol dan suara tawa yang tadinya dapat didengarnya dengan jelas, kini sedikitpun tidak terdengar lagi, ruang kerjanya memang kedap suara.

Melihat bagaimana Auriga berinteraksi dengan Ken dan Sakura, ini adalah sesuatu yang langkah. Bahkan selama ia bekerja untuk Auriga, ini tidak pernah terjadi. Auriga bahkan tidak punya teman dekat! Tidak ada seorang teman yang datang bertamu, oh maksudnya Sakura dulu pernah bertamu, namun Auriga berpura-pura tidak dirumah, hal itu dilakukan karena Auriga mengatakan bahwa Sakura bukan temannya.

Meskipun Auriga memang tertutup, tapi tidak saat anak itu sedang bersama Yamato. Selama ini, setiap hari Auriga pasti menceritakan apapun kepada Yamato. Hal itu membuat Yamato mengenali bagaimana Auriga. Apapun tentang adik kecilnya itu, Yamato pasti tahu! Tidak ada yang disembunyikan Auriga darinya.

Seingat Yamato, terakhir kali Auriga bercerita tentang Ken dan Sakura adalah saat upacara kelulusan mereka di SMA Minami. Itupun Auriga mengisyaratkan bahwa ia tidak berteman dengan Ken dan Sakura, bahkan Auriga tidak menuruti permintaan Sakura untuk berlibur bersama dan memilih berlibur sendiri ke Biei.

Tetapi yang tadi dilihatnya adalah Auriga menerima Ken dan Sakura, bahkan Auriga memeluk mereka, tertawa bersama mereka, dan saling melontarkan candaan.

Apa kecelakaan itu membuat Auriga berubah?  Bagaimanapun perubahan Auriga adalah perubahan yang baik. Yamato tidak perlu khawatir lagi, sekarang Auriga sudah memiliki teman, sepertinya Auriga sudah membuka diri dengan orang-orang sekitar. Syukurlah.

Fakta tentang kematian nenek dan Itzumi tiba-tiba terlintas dibenaknya. Ada sedikit keraguan dihati Yamato. Selain takut Auriga ngedrop kembali, sekarang Yamato menjadi sangat takut jika Auriga mengetahui kematian nenek dan Itzumi malah akan membuat Auriga kembali menutup diri.

Ia tidak mau, Auriga yang dulu kembali. Ia ingin Auriga mendapatkan banyak teman, agar anak itu tidak kesepian. Yamato berjalan kearah kursi kerjanya, lalu duduk disana. Ia telah memutuskan sesuatu.

Sepertinya takdir telah melakukan sesuatu yang benar. Auriga lebih baik tidak mengetahui kematian nenek dan Itzumi. Lebih baik Auriga tidak perlu mengingat apa yang telah dilupakannya.

Auriga: Ingatan dalam CincinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang