BAGIAN EMPAT | KEDIAMAN USTADZ HANAN

37 1 0
                                    

Rumah yang sangat besar nan indah milik Ustadz Hanan, yang di penghuni oleh 10 orang. Banyak yah? Iya karena ada dua asisten rumah tangga, dua tukang kebun, dan dua sopir. Sisanya adalah keluarga dari Ustadz Hanan.

Keluarga Ustadz Hanan sedang makan malam. Ustadz Hanan yang dari tadi di tunggu belum sampai di rumah. Kemana? Tahu kan tadinya Ustadz Hanan ada di masjid. Ustadz Hanan orang yang mendirikan masjid itu. Masjid yang besar nan cantik.

Assalamualaikum” salam Ustadz Hanan sembari membuka pintu rumahnya

Waalaikumsalam” serempak Umi Nura, Safa dan Sifa menjawab

“Abi kok lama pulangnya? Sifa dari tadi nungguin Abi. Perut Sifa udah lapar” gerutu Sifa, gadis kecil yang memiliki wajah imut ia adalah adik Safa.

“Yaudah makan ayo! Kan Abi sekarang sudah disini.” ucap Ustadz Hanan dengan mengusap rambut putrinya yang lucu itu

“Sebelum kita makan, kita berdoa dulu.” imbuh Umi Nura. Sifa menganggukkan kepala dengan mantap.

Tak ada suara bercengkerama, hanyalah suara sendok dan piring yang terdengar di telinga mereka masing-masing. Karena adabnya waktu makan tidaklah boleh ada yang berbicara, setelah selesai makan bolehlah kalian berbicara sepuasnya.

Usai makan Safa dan Umi Nura mengangkat piring-piring yang kotor dan menyucinya. Sifa dan Abi Hanan pergi ke ruang keluarga menonton TV. Usai menyuci piring, mereka menghampiri Abi Hanan dan Sifa.

“Tadi gimana kuliahnya kak?” tanya Umi Nura


Alhamdulillah Umi lancar. Oh iya tadi saat Safa Shalat jamaah di masjid, imam yang melantunkan ayat suci itu suaranya merdu sekali. Seperti suara Abi.” Ujar Safa dengan membayangkan.

“Suara Abi tidak ada yang bisa nandingin.” ucap Abi Hanan dengan nada lirihnya

“Abi kok gitu?” sinis Umi Nura

“Tauk ih Abi jadi sombong.” celetuk Sifa
Abi Hanan mengangkat alisnya, padahal Abi Hanan hanya bercanda. Kenapa bisa di tanggapi dengan serius. “Abi bicara cuman bercanda, jangan di masukan ke hati.”

Umi Nura, Safa dan Sifa yang mendengar perkataan Abi hanya menggeleng-gelengkan kepala. Di balasnya Abi Hanan dengan senyuman kecil.

Hari sudah semakin malam. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Waktunya keluarga Abi Hanan istirahat. “Sifa? Tidur nak! Sudah malam besok sekolah, besok juga upacara.” pinta Umi Nura

“Baik Umi” Sifa pun berdiri dan menghampiri Umi dan Abi nya. Tak lupa Sifa mencium punggung tangan milik Abi dan Uminya sembari mencium pipi kedua orang tua tersebut.

“Selamat malam Abi, Umi, Kak Safa”

“Selamat malam juga Sifa cantik.” balas Safa

“Mau di anter nggak ke kamar?” sambung Safa

“Enggak usah Kak, Sifa bisa sendiri. Sifa nggak penakut sekarang.” ucap Sifa sembari melangkah menaiki anak tangga.

Sifa adalah salah satu adik Safa yang sangat menggemaskan. Kalau pun tidak ada Sifa rumah ini mungkin tidak akan ramai seperti ini.
Gadis yang memakai piama dan berjilbab warna hitam itu pamit juga untuk pergi ke kamar.

“Abi, Umi Safa juga mau tidur. Selamat malam.”
Safa menaiki anak tangga untuk menuju ke kamarnya. Kamar yang ada di atas sandingan dengan kamar Sifa.

Safa membaringkan badannya di kasur dan menatap langit-langit kamar. Memejamkan matanya sampai ia tidur dengan terlelap.

Hai orang yang berselimut, bangunlah pada sebagian malam untuk Shalat, separuhnya atau kurangi atau lebih sedikit dari itu.” [QS. Muzammil : 1-3]

Perlahan matanya terbuka. Melihat jam pukul tiga pagi. Setengah sadar, Safa bangkit dari tempat tidur, berdoa dan secepat kilat menggosok kedua tangan, mengais kehangatan. Memulainya untuk Shalat Tahajud. Selesai salam gadis itu menyeka wajah dengan ujung mukena. 25 menit Tahajud tidak terasa. Netranya menatap wajah sembabnya.

Safa bangkit berdiri, ia menarik nafas dalam. Memusatkan pikiran untuk menenangkan hati. Tahajud adalah kebiasaan orang-orang Shaleh terdahulu. ibadah yang menjadi penutup kesalahan dan penghapus dosa. Ibadah yang diberi ganjaran surga. Ibadah yang istimewa.

Usai melaksanakan Shalat Tahajud Safa hendak meraih Al-Quran yang ada di atas meja. Sambil menunggu waktu subuh, ia bacakan ayat suci Al-Quran dengan lantunan suara yang merdu.

Ditegah membaca ayat dari surat yang dibaca, ia masih terngiang oleh suara indah tadi pagi. Ia masih penasaran dengan suara pemilik lantunan itu? Gadis itu terdiam dan tercengang saat tersadar bahwa ia lagi memikirkan seseorang yang mempunyai suara ajaib itu.

Damn!

Astagfirullah” ucap Safa sembari mendekatkan tangannya ke dada.

Allahu akbar Allahu akbar

Suara adzan terdengar dari telinga Safa. Ia bangkit berdiri, dan meletakkan Al-Quran ke tempat semula. Menuruni tangga satu persatu dan menuju ke ruang keluarga. Di sana sudah ada Abi Hanan, Umi Nura dan Sifa yang sedang menanti putri bungsunya.

“Ayok berangkat!” ucap Abi Hanan dengan melangkahkan kakinya keluar rumah.

Masjid yang letaknya lumayan jauh dari rumah Abi Hanan, mereka mengenakan mobil tanpa sopir. Tiba di masjid Abi Hanan memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang sudah disediakan. Umi Nura, Safa dan Sifa keluar dari mobil dan menuju tempat Shalat khusus perempuan. Abi Hanan pun pergi seorang diri menuju tempat Shalat khusus laki-laki.

Yang menjadi Imam Shalat subuh saat ini adalah Abi Hanan. Dimana orang-orang disitu semua menyerahkan kewajiban itu kepada beliau. Abi Hanan tak pernah menolak. Suara lantunan yang dibawakan oleh nya Sangatlah merdu. Karena itu mereka menyuruh Abi Hanan untuk menjadi Imam, agar mereka selalu mendengarkan suara merdu milik beliau.


..ooOoo..


“Selamat pagi Abi Umi” kata Safa sembari menduduki kursi di meja makan

“Selamat pagi juga sayang” jawab Umi Nura

Keluarga Abi Hanan sedang berkumpul di ruang makan untuk sarapan pagi. Sarapan dengan roti yang usai Umi Nura bakar tadi. Kedua asisten rumah tangga di rumah ini sedang pergi ke kampung halamannya untuk menjenguk keluarganya yang sakit. Jadi Umi Nura yang menggantikan mereka dan melaksanakan tugas seorang ibu rumah tangga.

“Safa dan Sifa mau selai apa?” tanya Umi Nura sembari mengambil selai yang ada di dalam almari dapur.

“Safa strawberry aja Umi”

“Sifa coklat Umi”

Kedua putrinya yang Umi Nura sayangi, mereka tak pernah bertengkar. Meskipun Sifa terkadang menjengkelkan Safa. Namun gadis itu tak pernah membalasnya ataupun memarahi sang adik.

“Umi?” panggil Abi Hanan

“Iya Abi”

“Kemarin di masjid Abi bertemu dengan seorang laki-laki.” ungkap Abi Hanan

“Siapa Bi?” tanya Umi Nura meletakkan selai-selai ke dalam almari.

“Namanya Azka. Ia baru saja ditinggal kedua orang tuannya. Dia anak yatim piatu. Dia juga kuliah dengan membiayai sendiri.” jelas Abi Hanan, lalu menyeruput segelas teh hangat.

“Siapa itu Azka Abi?” tanya Safa penasaran

“Murid Abi. Ia sekarang mengaji di masjid bersama Abi setiap selesai Shalat magrib.” ujar Abi Hanan kembali menyeruput tehnya

“Kok bisa bertemu Abi? Terus kok bisa juga jadi murid Abi?” beruntun Safa bertanya

“Iya kemarin itu Abi selesai Shalat isya’ kan masih mengaji. Tiba-tiba ada orang yang memberi salam, Abi rasa sih dia bukan orang sini. Jadi Azka mendengar Abi sedang mengaji, katanya suara Abi merdu dan khidmat. Azka meminta Abi untuk jadi guru mengajinya.” jelas Abi Hanan

Umi Nura, Safa dan Sifa hanya mengangguk paham.
“Yaudah Umi, Abi Safa berangkat kuliah dulu.” pamit Safa

“Ya sudah hati-hati”

Safa dan Sifa berdiri dari tempat makan, tak lupa mencium punggung tangan milik Abi Hanan dan Umi Nura. Langkah demi langkah keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil.

TETRA CINTA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang