The End

75 4 0
                                    

Kini seorang pria sedang gelisah menunggu orang yang ia cintai di dalam UGD , kenapa kisah cintanya begini, baru kemarin ia menjalin sebuah komitmen dengan wanita itu tapi kenapa sekarang jadi begini.

Tak lama terdengar suara pintu ruangan itu di buka menampilkan seorang dokter yang memakai jas kebanggaan nya.

Albar langsung berdiri dan bertanya kepada dokter itu.

"bagaimana keadaan teman saya dok" tanya albar cepat

"pasien koma karena benturan di kepalanya sangat kuat" ujar dokter itu

"tolong lakuin apa aja dok biar temen saya bisa sembuh"

"anda tenang saja, sebaiknya anda hubungi orang tua nya"

"iya dok"

Setelah dokter itu pergi albar langsung menelpon kedua orang tua rani, karena sangat khawatir dengan rani ia tak ingat untuk menghubungi orang tua rani.

Tak lama riska dan aldaris sampai di rumah sakit.

"bagaiman keadaan rani albar"tanya riska dengan mata yang sudah berkaca-kaca

"maaf tante rani koma ini karena albar" lirih albar
Riska langsung menangis dan memeluk aldaris

"maaf om tante albar ngak bisa jaga rani" ujar albar

"ini bukan salah kamu nak, ini sudah takdir kita berdoa saja semoga rani baik-baik saja" ucap aldaris

"iya om"

                            ***

Sudah 1 bulan lebih seorang gadis itu masih setia berbaring di atas kasur di ruangan ICU itu.

"ran kapan lo bangun, gue rindu sama lo, gue rindu lo yg cerewat ngak bisa diem, lo yang selalu mintak ini itu sama gue,ayo ran lo harus bangun jangan tinggalin gue, gue mohon" ujar albar

"ran ayo bangun biar lo bisa kuliah, oh iya kalo lo bangun jangan marah ya gue langsung kerja di perusahaan papa buat gantiin papa, nanti gue janji deh bakalan anter jemput lo kuliah, tapi lo harus janji sama gue ya lo ngak bakal ninggalin gue"

"oh iya ran lo inget kan diana yang sempet buat kita musuhan dia kena penyakit leukemia, kasihan ya ran"

Ia masih memandangi wajah rani, muka yang pucat tapi masih terlihat cantik baginya.

"gue ke kantor dulu ya sayang, cepat sembuh ya" ujar albar seraya mencium puncak kepala rani.

                           ***
Lima bulan sudah rani berada di rumah sakit dan gadis itu tidak sama sekali menunjukan  perkembangan yang signifikan.
Walau begitu albar tetap setia menunggu rani, bahkan ia tak bosan-bosan mengunjungi rani setelah pulang bekerja.

Albar memandangi rani lekat, wanita yang dulu selalu menemaninya kemana pun kini terbaring lemah di atas kasur rumah sakit ini.

"gue mohon bangun ran" lirih albar

Lama ia terdiam memandangi wajah rani, sampai suara asing membuat albar seketika menatap patient monitor yang ada di dekatnya, garis lurus itu mampu membuat albar panik.

Ia mengguncang-guncang tubuh rani
"ran bangun ran, gue tau lo wanita kuat"  teriak albar kencang

Merasa usahanya tak ada gunanya segera pria itu memanggil dokter dan menghubungi orang tua rani.

Tak lama orang tua rani datang dan bertetapan dengan dokter keluar dari ruangan itu.

Pintu putih itu terbuka kemudian menampilkan seorang pria berjas putih yang sontak membuat mereka semua melihat kearah dokter dan menghampirinya

"bagaimana kondisi anak saya dok" tanya riska cepat

Dokter itu menghembuskan napasnya pelan

"saya berat mengatakanya, tapi mungkin tuhan sudah berkehendak lain,putri anda tidak bisa kami selamatkan"

Tubuh riska melemas, sedangkan aldaris berusaha menopang tubuh istrinya itu,  di detik berikutnya riska kehilangan kesadaran.

Sedangkan albar langsung menerobos masuk ke dalam ruangan itu.

"ran lo ngak mungkin ninggalin gue kan,ran ayo bangun" ujar albar seraya memeluk rani

"AYO RAN BANGUN GUE MOHON BANGUN"

tak lama ada putri dan angkasa menyusul ke dalam ruangan itu, sedangkan aldaris membawa riska untuk di tidurkan di ruangan lain.

"albar kamu harus sabar sayang" ucap putri menenangkan anaknya itu

"ma rani cuman tidur kan ma, dia ngak mungkin ninggalin kita"

"kamu harus sabar sayang, ini sudah takdir, kalau kamu gitu terus kasihan rani bakalan sedih juga liat kamu sedih"

"ngak ma rani tu cuman tidur" ujar albar tak terima

"albar kamu harus terima semua ini " ujar angkasa tegas

Albar terus saja menciumi dahi rani dan memeluknya erat.

"ran plis bangun, bangun sayang"lirih albar







Terkadang cinta memang berakhir menyedihkan tapi mau gimana lagi, ini semua sudah takdir, semua kebahagiaan kini sudah berubah menjadi kesedihan.

Mengapa akhirnya harus begini, sungguh menyakitkan, orang yang kita cintai pergi untuk selamanya.
Dan benar saja ternyata setiap pertemuan pasti ada perpisahan

                             The end

Hulla gais jangan lupa vote and komen ya.

Ending nya sad ya?, hehe nanti aku buat epilognya deh siapa tau bakalan jadi happy ending wkwk, tunggu aja ya ges

See u♡

Follow ig ak gais,  @ntsya_nm

Friendzone(Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang