Blind

3.7K 378 81
                                    

Entah kenapa aku mendadak emosional, salah satu kenangan bersama someone membuatku bergegas mengetik cerita ini.

*
*
*






" Kau tau bagaimana aku sangat-sangat membencimu?!" Jaemin dengan mata memerah menatap Renjun dengan luapan amarah yang sedari tadi tak dapat di tahannya.


Mendengar seluruh amukan yang tiada henti itu tidak menyurutkan keinginan Renjun untuk tetap diam. Dan diamnya Renjun itu membuat Jaemin berkali lipat lebih emosi.



" Renjun-ah-- Ingat? Kau dulu bahkan menamparku ketika seorang adik kelas mengatakan jika aku tampan. Kau menghajarku ketika mantanku mengatakan jika ia masih memiliki rasa padaku dan masih banyak hal-hal lainnya yang sudah lelah untuk ku ceritakan. Lalu mengapa? Mengapa kau menyakitiku sedalam ini!" Jaemin terus berteriak. Mengabaikan jika penghuni unit lain akan merasa terganggu.




Tak puas hanya dengan berteriak, Jaemin juga mengguncang erat tubuh Renjun dengan cengkraman yang kuat di kedua lengannya. Tapi pemuda mungil itu masih memilih diam dengan tatapan datar. Sama sekali tidak berniat membela dirinya. Lagipula membela diri untuk apa? Dia sepenuhnya sadar jika ia benar-benar salah. Tapi bukan Renjun namanya jika harus mengakui kesalahannya.




Jaemin lelah, frustasi. Ia merasa bisa gila detik ini juga.





" Tak cukupkah dengan kau bertunangan dengan oranglain?! Lalu sekarang kau berpacaran dengan bedebah itu dan---" Jaemin merasakan dadanya sesak. Sangat sesak hingga membuat Jaemin seakan-akan ingin meledak dan mati, melupakan semua rasa sakit yang sekarang ia derita.



" --- Dan kau membawanya ke hadapanku." Jaemin menggigit bibirnya sekuat tenaga. Amarahnya begitu memuncak, mengabaikan fakta jika tadi ia hampir menangis melihat Renjun pulang di antar seorang mahasiswa olahraga bernama Lee Jeno yang diam-diam ia ketahui sudah resmi berstatus sebagai pacar dari Renjun, pemuda yang masih berstatus sebagai pacarnya  Jaemin dan tunangan dari seorang yang bernama Mark( Rumit? Ya memang seperti itu)



Jaemin melepas cengkramannya dan meremat kuat kaos tipis yang ia kenakan di bagian dada. Dadanya sakit( Dan sakitnya masih terasa hingga sekarang saat aku mengetik ini)



Jaemin benar-benar masih tidak bisa menerima jika Renjunnya yang dulu sangat mencintainya dan melakukan seluruh hal bodoh hingga menyakitkan hanya untuknya tega melakukan semua ini. Jaemin benar-benar tidak pernah membayangkan jika ia berada di posisi sesulit ini.

" Pergi. Pergilah. Aku sangat-sangat membencimu. Jangan pernah muncul lagi di hadapanku." Jaemin memejamkan matanya erat, usiran yang entah keberapa kalinya kembali ia lontarkan.




" Jaemin?" Renjun mengeluarkan suaranya untuk pertama kali. Pemuda mungil itu menatap Jaemin dengan tatapan entah apa itu.




" Keluar! Pergi!" Jaemin sekuat tenaga berteriak agar pemuda tidak tau diri ini segera menyingkir dari hadapannya.




" Jaem----"



" Pergi! Pergi!" Jaemin mengambil bagpack pemuda itu lalu menarik pemuda yang bertubuh mungil itu ke arah pintu.





" Pergi! Jangan pernah kembali!" Jaemin kembali berteriak. Ia benar-benar tidak peduli jika beberapa orang kini telah keluar dari unitnya masing-masing dan menyaksikan pertengkaran mereka.





" Baiklah jika itu yang kamu mau." Ujar Renjun akhirnya dengan tatapan menantang. Melihat itu membuat Jaemin semakin murka.




" Gurrae! Ini yang aku mau dasar jalang!" Jaemin tak kuat lagi menahan sakit di hatinya. Pintu unitnya di banting dengan sangat kuat, meninggalkan Renjun yang masih di luar dengan menatapnya tanpa ekspresi. Terlalu biasa menghadapi kemarahan Jaemin semenjak pertunangannya dengan Mark. Pertunangan yang dipaksakan oleh orangtua Renjun karna tidak menyukai Jaemin.



Jaemren Oneshoot CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang