"Minju!"
Jerel bersama Yeji memasuki kelas Minju. Pandangan mata adik kelas langsung menuju pada mereka.
Terlihat, Minju, Kyla, dan 2 adik kelas yang setau Jerel bernama Yuri dan Rina tengah berbincang di pojok kelas.
"A-ada apa ya kak?" Minju menatap Jerel ketakutan. Antara emang takut, sama sok ketakutan sih.
"Gausah sok takut, lo." ucap Yeji tajam.
Kyla pun berdiri, "Heh, Lo berdua tuh. Kakak kelas, gatau sopan santun banget sih?!" ucap Kyla.
"Ck, giliran rame berani lo. Kemaren, ciut." ucap Yeji.
Sementara, anak anak kelas Minju udah sibuk milih jagoan mereka.
Jerel yang udah jengah, langsung ambil tas Minju, terus dia buka buka tasnya.
"Jerel! Stop!"
Haechan. Dia langsung narik Jerel. Tapi engga dia bawa pergi.
"Kenapa?!" bentak Jerel. Wajahnya memerah menahan emosi.
"Lo ngapain sih?! Bikin ribut terus kerja nya?" kali ini Haechan ngebentak Jerel.
"Bukan urusan lo." ucap Jerel, dia balik ngobrak abrik tas Minju.
"Ck, kelakuan lo bener bener ngebuktiin kalo lo anak yang emang gak pantes punya ayah, tau ngga? pantes aja ayah lo—"
PLAK!
Seketika hening. Semua orang menahan nafas.
Belum sempat Haechan menyelesaikan ucapannya, Jerel sudah menamparnya.
Haechan terkejut, matanya menatap wajah Jerel yang sudah merah padam. Mulai sadar, kata katanya menyakiti musuhnya ini.
Dengan mata memerah, menahan air mata, Jerel menunjuk wajah Haechan.
"Jaga mulut lo ya. Gue bisa aja ngebunuh lo disini, Chan. Gue sama lo engga temenan, so don't you dare to bringing my dad to this problem. Shut the fuck up! Lagian, this isn't your fucking business, Haedar. Ini masalah gue sama-" Jerel melirik Minju yang menunjukan senyum kemenangannya,
"-orang gatau di untung ini," ucap Jerel melempar tas Minju pada sang empu. Telunjuk Jerel beralih pada wajah Minju, "Urusan lo, sama gue, belom selesai."
Jerel lari duluan, sambil mengusap air matanya yang jatoh.
Yeji, dia menatap Haechan tajam, lalu Minju, "Cocok sih lo berdua. Yang cowok mulutnya sampah, yang cewek kelakuannya jablay, bahagia deh lo, berdua." Setelahnya, Yeji langsung keluar dari kerumunan, mengejar sahabatnya itu.
Haechan maju, buat narik Minju. Terus dia peluk, "Gapapa, Jerel emang gitu kok." ucap Haechan. Sebenernya hati nya ga enak sama Jerel. Tapi, buat sekarang dia memutuskan buat nenangin Minju.
Tapi, siapa sangka. Jeno yang dikenal nggak pedulian, dari tadi ngeliatin Haechan. Dia maju selangkah, "Lo, sakit Chan." ucap Jeno. Lalu dia menatap Minju. Terus Jeno tersenyum sinis, lalu pergi dengan tangan yang dimasukan ke saku, sambil mengunyah permen karet.
Minju sadar,
Keberadaan Jeno, sangat mengancamnya.
Jerel dari tadi cuman duduk di sofa rooftop. Dia duduk diem.
Disaat kayak gini, ayah juga nggak ada buat gue.
Air mata Jerel kembali jatuh.
"Ayaaaah, Jerel pengen digendong kayak Minjuuu!!!" ucap Jerel kecil. Waktu itu ia masih berumur 7 tahun.
Dan yang Jerel tau, waktu itu, Minju adalah anak dari teman SMA ayahnya.
"Bentar dulu ya, ayah gendong Minju dulu. Jerel minta gendong kak irene aja dulu ya?"
"Gak mauu! Ayah dari kemaren gendong Minju mulu. Ayah gapernah gendong Jerel lagi!" ucap Jerel.
"Jerel, jangan kayak anak kecil dong." ucap Eunhyuk.
Dia meninggalkan Jerel di taman sendirian.
Dan Eunhyuk, terus terusan mengutamakan Minju dibanding anak anaknya sendiri. Bahkan, Jisung dan Yuna, mereka berdua sangat jarang yang namanya merasakan kasih sayang seorang ayah.
Hingga, Minju merasa menang. Dan dia ngga mau kemenangan itu berakhir. Minju selalu merajuk pada Eunhyuk. Pada akhirnya, Eunhyuk memutuskan menceraikan Taeyon—Bunda—dan menikah dengan Taehee—mama Minju.
Mengingat masa masa itu, hati Jerel sakit. Ia rindu sang ayah. Jerel menghentikan tangisnya, saat kaleng minuman pink bermerk olatte tersodor didepannya.
Jerel mendongakkan kepalanya.
"Ambil," ucap Jeno. Iya. Jeno. Si cowok tembok. "Ck," melihat tak ada respon dari cewek berambut sebahu itu, Jeno menarik tangan halus Jerel, lalu menaruh kaleng olatte di tangannya.
"Thanks," ucap Jerel. "Kok lo tau gue disini?" Lanjutnya bertanya.
"Jangan geer." ucap Jeno datar. Dia merebahkan dirinya di sofa yang satu lagi.
"Gausah dipikirin apa yang Haechan bilang. Lo tau mulut dia kayak cewek, 'kan?" ucap Jeno. Sementara Jerel mengangguk. Padahal, Jeno juga engga akan liat karna si cowok berahang tegas itu tengah memejamkan matanya.
"Eum, Jen," panggil Jerel. Jeno tak merespon, "Jen? Lo tidur?" tanya Jerel. Jeno membuka matanya, "Engga."
Jerel pun berdeham, berfikir. Apakah dia harus menanyakan ini pada Jeno, atau engga.
"Jen-
-Haechan sama Minju pacaran ya?" tanya Jerel ragu. Jeno menoleh padanya, "G-gausah dijawab."
"Engga." jawab Jeno. Melihat raut wajah Jerel yang seakan masih tak mengerti, Jeno melanjutkan ucapannya. "Mereka ngga pacaran. Cuman saling suka doang. Tapi ya lo tau, Haechan bego. Jadi dia anggepnya, Haechan naksir berat sama Minju," ucap Jeno,
"Lagian semua orang juga tau kali Rel, Haechan naksir sama lo. Begitupun elo, ya 'kan? Cuman lo berdua aja gengsinya sama sama tinggi. Jadi, ya gitu."
"Apaansi, lo Jen."
Meski begitu, Jerel gabisa nyembunyiin semburat merah di pipinya.
Jenonya gemoy banget elah:(
tsundere tsundere gitu
Lanjut tak?
Vote commentnya ay
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuhan → Lee Haechan
Fanfiction[Fanfiction] [BAHASA] [Harshwords] Keju • Be a good reader please❤️• Emang ya, yang namanya Haechan sama Jerel tuh gabisa banget sehari akur. Ada aja aksinya. Ntah rebutan tempat duduk, rebutan makanan, intinya apa aja tuh dibuat rebutan. Haechan y...