☀️dua puluh☀️

835 126 5
                                    

"Mana sih tu anak?!"

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Sekolah sudah bubar sejak 15 menit yang lalu, dan selama 15 menit itu, dia masih nunggu si Haedar.

Emang yang namanya Haedar gapernah bisa sehari engga bikin Jerel marah. Jerel melihat Haedar keluar dari arah kantin bersama dengan Rendi, Jeno, Jaemin dan.. Minju?

Oalah, Jerel capek capek berdiri 15 menit di lobby sekolah, sementara bocah dongo itu malah abis pacaran.

Lagian sejak kapan si perusak keluarga orang itu bisa masuk ke circle mereka?

Jerel memutar bola matanya, hendak berlaku dari lobby. Udah keburu males. Tapi sayangnya, rencana Jerel mau kabur gagal gara gara Haedar yang menyadari eksistensi Jerel si lobby sekolah.

"WOI JEREL! MAU KEMANA?!"

Tampak Haedar menepuk bahu Rendi, Jeno, dan Jaemin, lalu tersenyum tipis kearah Minju. Minju juga balas tersenyum dengan pipi yang merona.

Jerel lagi lagi memutar bola matanya, sok manis banget ewh.

"Sorry sorry, tadi gue dipanggil pak Eko ke ruang guru. Mau balik sekarang?" tanya Haedar.

"Engga! Besok!" sewot Jerel, menatap Haedar sinis.

"Dih sewot. Coba lembut sekali aja kenapa Je." bujuk Haedar.

Jerel memaksakan senyumannya, "ogah kalo lembut ke elo. Yang ada ngelunjak! Udah sih cepetan!"

Haedar mulai menaiki motor vespanya abu abunya, lalu memberi Jerel helm. Sebelumnya, Haedar memberi Jerel jaket juga, guna menutupi pahanya.

"Pegangan!"

"Ogah!"

"Pegangan, Jerel!"

"Engga mau!"

"Pegangan, nanti jatoh!"

"Engga!"

"Ck, ngeyel." Haedar lansung menarik tangan Jerel lalu melingkarkan dipinggangnya. "Udah tau badan lo kecil, ketiup angin ntar terbang!"

Jerel tidak memperdulikan ledekan Haedar, sekarang dia fokus untuk menenangkan jantungnya yang sialnya berdetak lebih cepat kala tangannya melingkar dipinggang Haedar. Aroma maskulin dari tubuh Haedar mulai memasuki indra penciumannya, membuat pipi Jerel memanas.

Sialan.

Motor vespa Haedar membawa tubuh dua sejoli itu ke perkarangan rumah yang bernuansa putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Motor vespa Haedar membawa tubuh dua sejoli itu ke perkarangan rumah yang bernuansa putih. Jerel berusaha turun dengan tangannya bertumpu di bahu Haedar.

Jerel mulai melepas helmnya, "Nih, makasih!" Jerel memberi helm dan jaket milih Haedar. "Ikhlas kek bilang makasihnya." sinis Haedar.

Jerel mendatarkan mukanya, "Nih makasih ya Haedar ganteng, lo berharap gue bilang gitu? Ngarep lo!"

Jerel membalikan tubuhnya, namun tidak jadi, karena tangan Haedar menahannya lalu menariknya. Kini posisi keduanya sangat lah dekat.

Lagi lagi, detak jantung Jerel berdetak lebih cepat daripada biasanya. Jerel hanya berharap kalau Haedar tidak dapat mendengar detak jantungnya.

Detak jantungnya kian berdetak cepat ketika Bola mata Haedar menatap bola mata Jerel.
"Maaf, gu-gue waktu itu keterlaluan. Bener bener minta maaf Je. G-gue lepas kendali."

Tanpa sadar, Jerel mengangguk seolah terhipnotis oleh tatapan hangat yang Haedar berikan.

"Woi tangan tangan!" Tiba tiba Doyoung dan Taeyong keluar dari rumah. Sepertinya mereka berdua hendak membeli sesuatu. Taeyong dengan cepat menarik Jerel kebelakangnya. Kini pipi Jerel semakin memerah.

Taeyong memelototi Haedar yang kin sedang cengengesan. "Balik sana bocah!"

"I-iya bang. Mari bang, Bye je!" Haedar mendorong motornya ke rumah sebelah. Rumah milik keluarga Haedar.

"Woo! Bye bye pala lo segitiga oktahedral. Masih kecil udah deket deketan! Bukan muhrim!" omel Doyoung.

"Masuk sana!" ucap Taeyong kepada Jerel. Jerel menatap sinis abangnya, "Galak banget sih!"

"Masuk, Jerelia!"

"Iya bawel!"

Taeyong menatap punggung Jerelia. Ia kemudian tersenyum tipis.

Hahh, dulu aja kalo disuruh main berdua malah berantem. Sekarang doyan banget berdua berduaan.

"Lu liat noh. Adek lo udah gede udah pacar pacaran, abangnya yang kayak tembok ini kapan?" ledek Doyoung kepada Taeyong.

"Lo mau ribut sama gua disini Doy?"

"Lo mau ribut sama gua disini Doy?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc.
Akhirnya up juga.
Ampun jangan omelin bun😢😢
Aku bener bener engga ada ide hiksrot😢😢😢

Musuhan → Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang