Sebenarnya aku tidak ingin meninggalkan Beomgyu di rumah seorang diri.
Tapi dia sangat keras kepala.
Aku tau dia mengkhawatirkanku, tapi kenapa harus datang ke apartemen si brengsek itu segala?
Malah akan memperburuk suasana.
Dengan berbekal sebotol wine, aku duduk di depan minimarket kota, menikmati udara sejuk malam hari yang menusuk dingin kulitku.
Walaupun kurasa kesadaranku sudah agak sedikit hilang, yang terpenting kehangatan yang dihasilkan oleh minuman yang kutenggak bisa sedikit menghilangkan rasa cemasku pada Beomgyu di rumah.
"Hey, sendirian saja?"
Aku menoleh pada suara perempuan yang terdengar serak.
"Hey," balasku, dan aku tak tau siapa perempuan berambut pirang yang tiba-tiba duduk dan menemaniku disini.
Ia mengenakan gaun ketat berwarna hitam yang hampir memperlihatkan belahan pantatnya, dengan tangan kanannya memegang rokok, terus-menerus ia hisap dan hembuskan.
"Smoke?" tawarnya memberikan bungkus rokok padaku.
"No, thanks," tolakku halus, namun mataku sudah berkunang-kunang.
"Apa yang dilakukan oleh orang setampan kau disini?" tanyanya yang saat ini beralih memajukan badannya ke arahku. Membuatku bisa melihat belahan dadanya dari kemben gaun yang hampir melorot itu.
Ia meraih daguku untuk menatapnya. Namun aku hanya bisa menatapnya sayu.
"Siapa namamu nona?" tanyaku dengan suara yang sudah sangat-sangat berat.
"Juliet,"
Setelah gadis itu mengatakan namanya, tak ku rasa dia menciumku dengan bibirnya. Ciumannya lembut, mengingatkanku pada roti tawar buatan Beomgyu dengan selai kacang di dalamnya.
Aku membalas ciumannya, dan kemudian kami saling memagut dengan tanganku yang maju ke depan untuk meremas pantatnya.
"Ahhh—" desah Juliet di sela-sela ciuman kami.
Aku melepaskan ciuman kami. "Ku rasa kita butuh kamar, Juliet," usulku dan kemudian merangkulnya untuk berjalan dan memasuki mobilnya, ia berada di kursi kemudi untuk membawaku ke apartemennya.
Kuhempaskan tubuhku dengan bebas di atas ranjang mewahnya, kurasa dia adalah orang kaya.
"Apa pekerjaanmu Juliet?" tanyaku saat gadis itu mematut diri di depan cerminnya, menyisir rambut dan melepaskan helaian-helaian pakaiannya satu per satu.
"Aku mantan penyanyi, setelah karirku meredup, hidupku hancur," ucapnya seraya berjalan menuju ke arahku yang sedang berbaring menunggunya.
"Sekarang aku bekerja sebagai pelacur," ucapnya di depanku, ia mengacak rambutnya dan meremas kedua payudaranya di depanku.
Gadis itu sudah telanjang sepenuhnya, membuatku tersenyum saat ia mendudukkan dirinya di atas kedua pahaku.
"Aku tidak punya uang, Juliet," kataku saat gadis itu mulai membuka celana jeans hitam yang kupakai.
"Tidak masalah, aku hanya tertarik denganmu," ucapnya kemudian benar-benar melepaskan celanaku.
Tangan Juliet kemudian melepaskan bokserku, ia mengelus kemaluanku yang belum menegang sama sekali. "Gimme a blow job," suruhku.
Dengan terampil, Juliet mengurut batang penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Ia mengulumnya dengan lincah, lidahnya menari-nari menjilati ujung pangkal penisku.
Dapat kurasakan atas ulahnya itu, penisku menegang dan libidoku mulai muncul karena ulahnya.
Aku segera mendudukkan diriku dan meraihnya ke dalam pelukan. Ku arahkan kepalaku untuk langsung melahap kedua payudaranya dan mengulumnya kasar.
"Aaahhh—siapa namamu?" desahnya meremas rambut unguku dengan tangan kanannya dan lenganku yang masih terbungkus jumper dengan tangan kirinya.
"Soobin," ucapku kemudian kembali mengulum payudaranya, menyesap putingnya keras seolah menyusu.
"Aaaahh—I know you, kau leader Tomorrow by Together." Ia kemudian membawa kepalaku dari payudaranya untuk menatapnya.
"Tidak lagi," jawabku yang langsung menyerang bibirnya, aku menciumnya kasar, mendesakkan lidahku masuk untuk bisa mengabsen rentetan giginya.
Tangan Juliet melepaskan jumper yang kupakai sehingga menyisakan aku yang hanya memakai kaos tanpa lenganku. Ia mendorongku terhempas di atas ranjang empuknya kemudian merayap naik menuju ke atasku.
"Kau siap Soobin?" godanya berbisik di daun telingaku dan menjilatnya.
"Ahhh—yeah baby," jawabku seraya meremas pantatnya yang kini ada di atasku.
Juliet berlutut di atasku, menyiapkan penisku untuk memasuki lubangnya. "A—aahhh," desahnya saat penisku sudah masuk seluruhnya ke dalam Juliet.
"Twerk me," perintahku, dan dengan itu Juliet menggoyangkan pinggangnya maju mundur membuat penisku keenakan. "Ahh—yeahh—teruskan sayang." Tanganku tak lupa menggerayangi kedua payudaranya yang terekspos bebas karena Juliet membusungkan dadanya seraya menggoyangkan pinggungnya maju mundur.
"Soobin—aahh—sedikit lagi aku keluar—ahhh." Ia semakin mengerang tak karuan dan mempercepat gerakannya, bahkan menggoyangkan pinggulnya memutar membuatku mendesah dan mengerang seiring suaranya yang memenuhi ruangan.
"Uuhh—ahhh—yeahh—" Dan entah berapa lama waktu berlalu hingga aku mengeluarkan cairanku di dalamnya bersamaan dengan miliknya.
Juliet ambruk di atas tubuhku dengan aku yang memeluknya. "That was great," ucap Juliet kemudian mencium bibirku sekilas.
"Yeah, you are great." Aku mencium bibirnya balik. "Thanks for tonight, Beomgyu-ya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Props & Mayhem ✦ Soogyu
Fiksi PenggemarPulanglah, Soobin. Dengarkanlah Beomgyu, dia istrimu. [inspired by: Pierce The Veil - Props & Mayhem] REPUBLISHED July 2020 Copyright © 2016