Matahari lembut membuka hari ini, musim dingin nampak mulai menguasai sebagian permukaan bumi. Sedangkan di belahan dunia yang lain, beberapa negara tengah kalut menghadapi musim penghujan yang biasanya datang membawa serdadu.
Suhu akan semakin dingin mendekati puncak musim keempat, langit juga akan semakin gelap jika awan hujan salju sudah datang. Kini selama matahari masih secerah ini, mungkin salju akan turun dengan terlambat.
Setidaknya tidak untuk kehidupan yang masih harus berjalan, meski dengan pembaruan yang masih awam bagi Joohyun.
Berita pernikahannya seharusnya tersampaikan dengan baik ke dalam penjara, tepatnya di dalam sel Ayahnya berada. Namun mengingat hukumannya seumur hidup dan Ayah tidak bisa seenaknya keluar masuk penjara seolah tempat pembusukan itu rumah neneknya, maka Joohyun tidak merasakan kasih satu-satunya dari orang yang sedarah dengannya.
Namun meskipun begitu, di dalam kehidupan yang baru, sebagai seorang istri dan calon ibu, Joohyun tak merasakan apapun. Kebahagian yang orang rasakan, itu hanyalah khayalan.
Kebahagian yang terjadi setiap pagi kala Kyuhyun membuka mata dan menemukan sarapan ada di hadapannya, meski rasanya tidak seenak buatannya sendiri, namun Joohyun tahu betapa pandai lelaki itu mengunci mulutnya.
"Aku akan mencari pekerjaan, kalau ada perlu apa-apa kau bisa meneleponku atau menghubungi Hyemi. Kau ingat bukan? Wanita yang datang bersama Deok Man Hyung kemarin."
Joohyun mengangguk masih dengan apron merah mudanya. Kyuhyun paham, tak mudah menerima kehidupannya yang sekarang. Yang semua karena bayi kecil yang kini bersemayam dalam rahim gadis itu.
"Kalau begitu aku pamit. Jangan lupa kunci pintu rumah jika keluar."
Baru saja kakinya melangkah hendak membuka pintu, ketika suara beledu itu menghentikannya. Kyuhyun masih tak biasa. Mendengar suara Joohyun menyapanya.
"Kyuhyun.."
"Ya?"
Joohyun menunduk. "Aku tidak punya nomormu."
Sesaat hening. Dan setelahnya Kyuhyun baru menyadari kebodohannya. Meminta Joohyun menghubunginya namun sayang dia tak memberi nomor telepon. Mengingat sepanjang sisa Joohyun sekolah mereka tak bicara banyak.
"Ah ini. Aku pamit."
Setelahnya Joohyun hanya menyadari keheningan di tempat ini. Rumah kecil peninggalan ibunya Kyuhyun. Tak ada sesuatu yang menunjukan kehidupan lelaki itu. Apa yang sebelumnya terjadi, atau apa yang membuat lelaki itu berhak menolongnya dan kini menjadi walinya.
Rumah kecil yang bahkan begitu tentram hanya meninggalkan sedikit kesan muram di penjuru ruanganya. Termasuk kamar Kyuhyun yang selalu terkunci.
Sejak pernikahan, mereka tak pernah sekamar. Joohyun menempati kamar kedua yang agaknya dihuni oleh orang dewasa sebelum dirinya. Aroma tubuh orang tua begitu tercium bahkan dari kayunya yang kini Joohyun jejaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrite - END
Fanfic[Romance Dark 18+] Dikeluarkan dari sekolah bukanlah akhir dari segalanya. Joohyun masih bisa bertahan hidup apapun yang terjadi. Dan menjadi baik bukanlah tujuan hidup yang utama. Karena siapa yang berdusta, maka dia yang mendapatkan dunia. Joohyun...