Bagian 6

12.6K 1.3K 44
                                    

13

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

13.07.2020


Sepanjang jalan, Jinan menyandarkan kepalanya di punggung Iman saat kakak laki-lakinya itu sedang mengantarkan dia ke sekolah.

"Bangun woy!" Sentak Iman sambil memajukan badannya ke depan hingga membuat adiknya itu hampir terjungkal.

"Abang apaan, sih!? Tega banget sama adek sendiri!" Sungutnya setengah terkejut.

Dia turun dengan kasar dari atas sepeda motor matic milik kakak laki-lakinya itu hingga membuat Iman hampir tidak bisa mengimbangi sepeda motornya.

"Dasar adek bar-bar." Ketus Iman.

Jinan menirukan ucapan Iman dengan gerakan mulutnya lalu menjulurkan tangannya pada Iman.

"Apaan? Mau minta duit?"

Jinan berdecak kesal. Padahal tiap kali Iman mengantarkan dirinya ke sekolah dia selalu menyalami kakak petakilannya tersebut. Sekarang laki-laki itu malah berlagak dimintai duit.

"Jangan becanda deh, Bang. Jiji buru-buru, nih."

Akhirnya Iman mematuhi adiknya. Setelah itu dia langsung pulang untuk meneruskan tidurnya yang sempat terganggu karena rengekan Jinan yang ingin diantar olehnya.

***

Jinan berjalan menuju ke dalam ruangannya dengan mulut yang berkomat kamit.

"Urutannya udah bener nggak, ya?" Gumamnya sembari mengingat materi yang mungkin akan diujiankan hari ini.

Dengan hembusan napas yang berat dia masuk ke dalam kelasnya.

Selesai ujian, mereka tidak langsung pulang. Karena ini merupakan hari terakhir sebelum besoknya minggu tenang sebelum pembagian raport.

Semua siswa dan siswi terlihat bercengkrama atau bermain dengan seru untuk merayakan selesainya ujian yang membuat kepala pusing. Ada yang berniat berlibur bersama, ada yang akan pergi ke luar kota dan bahkan ke luar negeri.

"Mai!" Jinan langsung menoleh ke arah suara yang memang sudah dihafalnya.

Di depan pintu kelas sana, Kaif berdiri memanggilnya untuk keluar.

"Ada apa, Kai?"

Kaif tersenyum tipis lalu mengajak Jinan ke taman samping yang ada di dekat kantin.

"Ngapain ke sini, Kai?" tanya Jinan sambil duduk di samping Kaif dengan jarak yang tidak terlalu dekat.

Kaif tidak menjawab pertanyaan Jinan. Dia malah menunduk sesaat sebelum memiringkan badannya ke arah Jinan.

"Mai, kita temenan udah berapa lama, ya?"

"4 bulanan, mungkin." Jawab Jinan dengan sedikit ragu.

Kaif menganggukkan kepalanya. Sudah selama itu mereka dekat, namun tidak terlihat sama sekali jika Jinan mencoba mencari perhatiannya. Dia jadi ragu apa Jinan nantinya akan menatapnya aneh jika dia mengungkapkan perasaannya.

See You In The Next Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang