(END)
Dia ada, bersembunyi dibalik celah yang menatap penuh damba pada sosok tampan di depan sana. Tanpa mampu berkata, dia hanya diam bersembunyi di balik rasa suka yang membara.
Dia ingin, namun sadar bahwa dia tidak akan mampu. Namun saat rasa me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
01.10.2020
Mengarungi kehidupan berumah tangga bukanlah sebuah perkara mudah. Menyatukan dua watak yang berbeda tentu memerlukan penekanan ego yang tinggi.
Beruntung bagi Jinan dan Kaif, pasangan yang baru saja tinggal bersama selama tiga hari itu bisa mengatur ego mereka dengan baik, atau lebih tepatnya Kaif lah yang kerap melakukannya.
"Nggak usah ditambah lagi, Mai. Kita nggak akan tinggal lama di sini." Ucap Kaif saat Jinan mulai menambah dekorasi ke dalam apartemen yang saat ini mereka tinggali.
"Tapi aku nggak suka sudut ruangan ini keliatan kosong."
Kaif menghela napasnya saat mendengar jawaban Jinan. Dia memperhatikan istrinya yang sibuk menyusun perabotan kecil di setiap susunan rak. Setelah itu Jinan bergerak meletakkan salah satu foto pernikahan mereka di bagian paling atas. Saat melihat Jinan sudah selesai menyusun isi dari rak kecil yang bisa dibongkar pasang hasil pencarian lewat situs belanja online itu, Kaif langsung menarik tangan Jinan untuk dibersihkannya. Dia juga mengambil kertas plastik juga kardus yang berserakan di lantai lalu dikemasnya untuk kemudian diletakkan ke dalam tong sampah.
"Sini." Perintah Kaif pada Jinan yang sedari tadi hanya asik duduk di lantai sambil memperhatikan Kaif membersihkan bekas kekacauan yang dibuat olehnya.
Jinan mengambil uluran tangan tersebut lalu duduk di sofa mengikuti Kaif.
"Capek?" Tanya Kaif.
Jinan menggeleng dengan cepat. Mana mungkin dia lelah hanya karena menyusun rak sekecil itu. Pekerjaannya hari ini hanya sekedar memasak sarapan dan makan siang, mencuci piring dan membersihkan apartemen. Baginya, itu bukanlah hal yang berat.
"Terus kenapa mukanya masam gitu?" Tanya Kaif lagi. "Ngambek karena aku tegur?" Lanjutnya.
Jinan menoleh ke arah Kaif dengan wajah cemberut. "Aku nggak ngambek, cuma kesel aja." Sungutnya.
Kaif terkekeh pelan lalu meraih bahu Jinan untuk bersandar padanya. Dia mengusap dan mengelus pelan surai Jinan. Setelah menikah, Kaif sangat suka mengusap rambut Jinan yang ternyata tebal dan halus itu.
"Maaf. Aku nggak niat ngelarang kamu untuk dekorasi tempat tinggal kita. Hanya aja, ini kan tempat tinggal sementara sampai rumah kita selesai. Jadi, dari pada nambah isi apartemen, lebih baik isi untuk rumah baru kan?" Jelas Kaif.
Jinan hanya diam sambil bersandar pada Kaif. Dia juga mulai sependapat dengan suaminya tersebut. Rumah baru mereka mungkin akan rampung dalam dua bulan lagi. Setelah itu mereka pasti akan sibuk membeli perabotan baru juga. Sepertinya dia memang sedang membuang uang untuk hal yang tidak terlalu dibutuhkan.
"Iya deh. Lain kali nggak lagi." Gumam Jinan.
Kaif tersenyum senang. "Nurut banget sih, gemes deh." Dia lalu mencubit pelan hidung Jinan yang dihadiahi balik oleh Jinan dengan satu cubitan di pinggangnya.