11.07.2020
Jinan melangkahkan kakinya menyusuri rak-rak buku yang ada di perpustakaan. Dia sudah berkeliling selama lima menit untuk melihat buku bacaan apa yang cocok baginya saat ini. Hingga pandangannya terjatuh pada sebuah buku yang berisi tentang kumpulan cuitan motivasi membuat Jinan berhenti mencari.Dia duduk di pojok dekat dengan jendela yang memperlihatkan teduhnya halaman sekolah mereka yang rindang karena ditumbuhi banyak pepohonan. Dilihatnya ada banyak murid yang sedang bermain atau bercengkrama bersama. Para remaja itu menghabiskan waktu yang berharga bersama, tidak sepertinya yang sama sekali tidak bisa berbaur hingga tidak memiliki sahabat karib di masa SMA.
Jinan memutar tubuhnya ke arah meja. dia memutuskan untuk menjalani kehidupannya seperti apa yang selama ini dia lakukan. Karena baginya, iri terhadap kehidupan orang lain hanyalah pekerjaan yang membuatnya tidak bisa bahagia.
Dia mulai membuka buku yang diambil tadi dan membaca lembar demi lembarnya.
"Ini, maaf karena aku telat bayarnya."
Jinan mengangkat kepalanya lalu melihat Kaif yang sudah berdiri di depannya dengan tangan yang sedang mengulurkan sebuah amplop.
Jinan dengan kikuk mengambil amplop tersebut lalu masukkan amplop tersebut ke dalam kantong rok miliknya.
"Nggak mau diperiksa dulu, kali aja kurang." Tanya Kaif.
Jinan menggeleng pelan pertanda dia tidak perlu melakukannya.
"Aku benar-benar minta maaf karena telat bayar hutang buku itu. Soalnya beberapa hari ini aku nggak masuk sekolah." Jelas Kaif lagi.
Jinan tersenyum tipis. Dia tau jika Kaif tidak masuk sekolah selama seminggu ini karena ayahnya meninggal tujuh hari yang lalu.
"Nggak masalah, kok. Aku tau kenapa kamu nggak masuk sekolah." Ujarnya lalu menatap Kaif dengan sendu. "Aku turut berdukacita, ya." Lanjutnya dengan suara hampir hilang karena merasa canggung.
Kaif terlihat tersenyum. Dia bingung sendiri melihat Jinan yang tampak takut terhadapnya. Padahal dia bukanlah seorang yang suka mengintimidasi lawan bicaranya.
"Terimakasih, untuk ucapan belasungkawa dan juga bantuannya." Ujar Kaif.
Jinan mengangguk. Dia pikir setelah itu masalah mereka telah selesai, namun ternyata Kaif malam duduk di hadapannya.
"Kenapa?" Tanya Jinan tiba-tiba saat Kaif mulai menyandarkan punggungnya di kursi.
"Apa?" Tanya Kaif balik.
Jinan menjadi gelagapan sendiri menyadari pertanyaan anehnya. Dia hanya meringis malu lalu kembali hanyut dalam bukunya. Meski pada kenyataannya dia sudah tidak begitu bisa berkonsentrasi untuk meresap setiap kalimat motivasi di dalam buku tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You In The Next Love Story
Romance(END) Dia ada, bersembunyi dibalik celah yang menatap penuh damba pada sosok tampan di depan sana. Tanpa mampu berkata, dia hanya diam bersembunyi di balik rasa suka yang membara. Dia ingin, namun sadar bahwa dia tidak akan mampu. Namun saat rasa me...