(END)
Dia ada, bersembunyi dibalik celah yang menatap penuh damba pada sosok tampan di depan sana. Tanpa mampu berkata, dia hanya diam bersembunyi di balik rasa suka yang membara.
Dia ingin, namun sadar bahwa dia tidak akan mampu. Namun saat rasa me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
15.10.2020
Kaif berjalan lurus menyusuri koridor demi koridor rumah sakit menuju ke ruangannya. Di dalam pikirannya saat ini masih terlintas tentang mimpi yang seharusnya tidak lagi datang padanya beberapa hari yang lalu. Kini, dia bukan lagi seorang laki-laki yang hidup dalam rasa bersalah, karena nyatanya dia sudah melihat sendiri jika perempuan yang pernah dia lukai hatinya sudah hidup dengan baik. Terlebih, perempuan tersebut sekarang sudah menjadi istrinya, miliknya yang akan dia jaga sampai akhir hayat.
"Apa aku harus curhat lagi sama Tante Mira, ya?" Gumam Kaif sambil melangkah maju.
"Kai?"
Kaif segera mendongkakkan kepalanya saat suara ibu Ambar terdengar sedang memanggilnya.
"Sini." Ajak ibu Ambar yang sedang berdiri bersama Bara di depan ruang rawat inap Oliv.
Kaif berjalan menghampiri ibunya lalu melirik sejenak ke arah Bara.
"Kenapa, Ma?" Tanya Kaif.
"Temani Bara sarapan dulu, ya. Ini anak dari kemarin nggak nafsu makan. Padahal Oliv udah siuman."
Kaif menoleh ke arah Bara yang tampak tidak semangat. Dengan perasaan canggung, Kaif mengikuti suruhan ibunya untuk menemani Bara. Lagi pula dia masih memiliki satu jam lagi untuk memulai pekerjaannya.
"Ayo ke kantin. Nggak lucu kalo lo juga harus di rawat karena nahan lapar." Ucap Kaif yang tidak ada santai-santainya.
Dengan langkah gontai Bara mengikuti Kaif yang berjalan menuju kantin. Sepanjang perjalanan, mereka berdua terlihat seperti orang yang tidak sedang berjalan bersama. Karena Kaif berjalan di depan dan Bara sedikit jauh tertinggal di belakang.
"Pasti udah ada masalah besar yang terjadi." Batin Kaif sambil memperhatikan Bara yang duduk dengan bahu merosot.
Kaif sengaja tidak mengajak Bara berbicara. Dia hanya memesan makanan yang setaunya disukai oleh Bara dan cukup menonton saat Bara hanya memakan makanannya beberapa suapan lalu meminum teh hangat pesanan Kaif untuknya sampai tandas.
"Berat banget hidup lo, Bar." Gumamnya Kaif yang ternyata masih bisa didengar dengan baik oleh Bara.
"Lebih berat dari yang lo pikirin. Gue bener-bener hilang akal buat keluar dari permasalahan ini semua." Terang Bara.
Kaif menghela napasnya. Jika dipikir kembali, memang tidak ada jalan keluar yang bisa membuat semua sisi menjadi bahagia. Nantinya, pasti akan pihak yang terluka apapun jalan yang dipilih oleh Bara.