Bagian 8

13K 1.5K 87
                                    

15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

15.07.2020

Suara pemberitahuan jam istirahat sudah terdengar. Namun Jinan masih terpekur di tempat duduknya. Kini, yang ada di dalam pikirannya adalah bagaimana caranya menghadapi Kaif saat mereka bertemu nanti. Dia tidak ingin terlihat menyedihkan, namun juga tidak ingin terlihat pura-pura baik. Dia hanya ingin Kaif tau bagaimana kecewanya dia karena diperlakukan seperti itu oleh orang yang sangat disukainya.

"Jinan, kata Kaif kalian di suruh ke ruang Bu Sarah." Lapor seorang teman kelasnya.

Jinan hanya menatap sejenak gadis tersebut lalu menganggukkan kepalanya. Dia tidak yakin jika Bu Sarah memang memanggilnya dan juga Kaif. Itu pasti hanya akal-akalan laki-laki itu saja untuk bertemu dengannya. Tetapi meskipun begitu, dia tetap melangkahkan kakinya keluar dari kelas lalu menuju ke arah ruang guru.

Baru saja kakinya menginjak ujung koridor ruangan kelas dua belas, dia sudah melihat Kaif menunggunya di sana.

Jinan menatap Kaif dengan perasaan sakit. Dia pikir akan mudah menjadi tegar setelah mengetahui perbuatan Kaif, namun ternyata dia salah. Karena kenyataannya saat baru melihat wajah itu saja dia sudah ingin menangis.

"Hai, Mai." Sapa Kaif dengan kaku.

Jinan hanya menatap Kaif dengan mulut yang tertutup rapat.

"Ada yang perlu aku bicarain sama kamu."

Jinan tersenyum miris lalu berjalan mendahului Kaif. Kali ini dia yang akan memutuskan dimana tempat yang cocok untuk dijadikan tempat perpisahan mereka.

Dia berhenti tepat di samping perpustakaan dan memilih untuk berdiri dari pada duduk di bangku yang tersedia di tempat tersebut.

"Mau ngomong apa?" Tanya Jinan langsung sambil membalikkan badannya agar bisa melihat Kaif.

Kaif terlihat sangat cemas dan frustasi dengan topik yang akan dijelaskannya. Laki laki itu jelas terlihat tidak nyaman berdiri di tempatnya, bahkan kedua mata yang sempat sering menatapnya beberapa bulan belakangan ini tidak berani memandanginya.

"Aku...minta maaf." Ucap Kaif lalu berhenti karena tidak mampu untuk diteruskan.

Jinan kembali tersenyum miris.

"Baiklah, kalau kamu terlalu pengecut untuk menjelaskan semua itu, biar aku yang selesaikan." Batin Jinan.

Dengan wajah yang dibuat setenang mungkin Jinan memilih untuk tidak lagi berlarut dalam kisah menyedihkan ini.

"Cinta pertama emang susah buat dilupain, ya? Selama ini aku cuma pernah baca di novel tanpa tau kebenarannya. Tapi ternyata memang benar ada." Ujar Jinan.

Kaif terlihat terkejut dengan ucapan dari gadis itu.

"Kamu nggak salah karena kembali ke Aura. Tapi hal yang membuat itu jadi salah adalah karena kamu nggak melakukan penyelesaian dengan benar." Lanjut Jinan.

See You In The Next Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang