CHAPTER XX ■ GEBETAN? DATING?

8 1 0
                                    


Waktu menunjukkan pukul 13.00 wib yang menandakan waktu istirahat. Dengan sempoyongan kupaksa kakiku berjalan ke tempat kantin berada. Kuliah pagi yang di bawakan oleh dosen killer telah menghabiskan seluruh tenagaku untuk hari ini.

Setelah memesan gado-gado dan es jeruk, aku mencari tempat untuk duduk. Semua tahu bahwa kantin adalah tempat teramai di kampus kami. Saat hendak duduk di bangku tiba-tiba ponsel di saku hoodie ku bergetar.

"Halo?" Jawabku kepada si penelpon

"Dimana?"

"Kampus. Kenapa?"

"Selesai kuliah jam berapa?" Bukannya menjawab dia malah mengabaikan pertanyaanku.

"Ini sudah selesai. Kenapa? Yaelah gue nanya, ya dijawab Arka" gerutuku dibalik telepon.

"Tunggu disana. Gue jemput sekarang" perintah mutlak dari seorang Arka, sesuka dan sebebasnya.

"Cih siapa lo perintah gue" balasku kesal

"Gebetan lo"

Titttttt

Bodo amat. Gue gak mau pusing sama kelakuan aneh Arka yang sangat tiba-tiba dan tidak jelas seperti ini. Aku melanjutkan acara makan siang yang sempat terhenti tadi.

Saat asik menikmati makan siang di kantin, sontak keadaan kantin menjadi heboh. Aku memandang ke seleuruh arah mencari tau ada apa gerangan yang sedang terjadi.

"Belum selesai?"

"Astagfirullah, Huk...uhuk" jawabku terkejut hingga tersendak makananku sendiri

Orang yang muncul di hadapanku tersebut lantas mengambilkan air minum di sebelahku dan mengelus punggung ku pelan agar makanan yang tersangkut di tenggorokkan dapat turun ke lambung.

"Sudah?" Tanyanya lagi

"Astaga? Ngapain lu disini?" Jawabku nge-gas.

"Bukanya sudah kubilang bakalan kesini" jelas Arka tenang

"Ya kirain nggak sampai ke kantin. Gue kira lu bakalan nunggu di depan kampus" ungkapku sambil melirik ke sekitar mendapat banyak pasang mata yang mememandang ke arah kami.

"Lo ngapain sih kesini?" Lanjutku kembali menikmati makan siang.

"Ngajak lo jalan" jawabnya terang-terangan membuatku melotot tak percaya

Aku masih dalam diam, tak berniat membalas perkataannya. Kembali fokus menyantap makananku. Selama 10 menit itu pun Arka hanya diam dan tenang menungguku.

"Ayo" ujarnya

"Kemana?" Tanyaku bingung

"Jalan" jawabnya singkat sembari menarik lenganku ke luar kantin menuju tempat parkiran mobil.

Kini mobil melaju ke arah tempat yang di tuju. Aku belum tahu kemana kami akan pergi. Aku pun tak berniat bertanya.

"Kei lo marah?" Ucap Arka memecah keheningan saat kemacetan tengah melanda kota Surabaya.

"Ha? Tidak" jawabku seadanya tanpa menatap orang di sebelahku

"Kenapa diam?" Tanyanya lagi

"Makanya jelasin ini mau kemana? Ada apa tiba-tiba lu jadi bersikap seperti ini?"

"Gue bukan cenayang tau gak?" Jelasku panjang lebar dan kini membalas tatapan Arka sambil menunggu jawabannya

"Mau ngajak kamu dating."

Tenang Kei. Jangan sampai lo salah paham.

"Gue gak tiba-tiba bersikap seperti ini, gue hanya baru dapat kesempatan aja"

"Gue tau lo bukan cenayang Kei." Balas Arkan menjawab satu persatu pertanyaan yang ku lontarkan sebelumya.

Aku menelan ludah kasar. Tidak menyangka Arka yang irit bicara menjawab pertanyaanku satu persatu. Aku bergidik ngeri melihatnya yang menjadi patuh denganku.

"Kok lu jadi begini sih?" Tanyaku kembali karena tidak terbiasa dengan Arka yang bersikap seperti ini.

5 menit berlalu, Arka tak kunjung menjawab pertanyaanku lagi. Sudah kuduga dia gak mungkin akan berubah menjadi seperti Gilang yang banyak omong.

"Menurutmu?" Kini suara Arka kembali terdengar

Tuh kan. Yang ditanya malah balik tanya. Seperti biasa Arka yang menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Beraharap lawan bicaranya mempunyai kekuatan membaca pikiran.

"Tau lah" jawabku malas tak lagi menatapnya

"Gue begini karena lo"

Ya Allah jantungku.
Dapat kurasa diriku terbang melayang sesaat.

Setelah berhasil keluar dari kemacetan. Berselang 20 menit kemudian kami sampai ke taman yang ada di bukit. Pemandangan kota Surabaya nampak seluruhnya. Terlebih lagi sunset yang berwarna jingga menyinari seluruh kota. Udaranya begitu segar walaupun di sore hari. Dapat kurasakan angin menerpa pipiku pelan. Entah mengapa kepenatan sehari ini lenyap begitu saja.

"Cantiknya, gue gak tau kalau ada tempat seperti ini" ucapku kagum masih menatap pemandangan indah di depanku

"Lu juga cantik Kei"

Netraku yang tadi masih berfokus ke arah pusat kota beralih ke arah pemilik suara. Keningku berkerut tak percaya akan kata-kata yang barusan keluar dari laki-laki di hadapanku saat ini.

"Bercanda jangan berlebihan."

"Lu bawa gue kesini buat apa? Tumben aja. Sudah hampir 5 bulan gak bicara dan ketemu tiba-tiba lo muncul" jelasku sambil menatapnya lekat berharap kali ini Arka menjawab pertanyaanku dengan benar.

"Kapan gue pernah bercanda?"

"Buat siapa lagi kalau bukan buat elu?"

"Yang menghindar dari gue tiba-tiba itu siapa?"

Tanya Arka bertubi-tubi membalas pertanyaanku.

Sial emang. Dia tidak pernah niat untuk sekali saja menjawab pertanyaan tanpa memberi pertanyaan kembali.

"Kan malas gue bicara sama lo ka. Gue gak di jawab malah di tanya balik." Protesku

Tiba-tiba saja Arka memelukku, mendekapku erat. Tangannya mengelus rambutku pelan.

"Jangan marah." Bisiknya pelan di telingaku

"Karena gue gak mau lo menjauh lagi" lanjutnya sambil melepas dekapannya dan menatapku lekat dengan mensejajarkan pandangan kami

"Sudah cukup gue biarin elo bersikap semaunya. Karena gue tidak rela lo berpindah hati dan menjadi milik seseorang"

Aku hanya tercengang mendengar setiap tutur kata yang di ucapkannya. Bertanya-tanya apakah selama ini perasaanku terbalaskan? Ah tidak... tidak. Atau sejak kapan Arka mulai menyukai diriku?

Arka terkekeh pelan, membuat jiwaku kembali kedalam ragaku.

Kutatap Arka yang tersenyum manis menatapku.

"Iya benar" ungkapnya pelan dan lembut.

"Tenang, elo bukan cinta bertepuk sebelah tangan"

Keningku kembali berkerut. Bagaimana ia tahu yang sedang kupikirkan?

"Gue suka sama elo Kei."



Hayoloh...

Maaf beut kalau ceritanya ngadi-ngadi habis authornya juga ngadi-ngadi hehe.

Jangan lupa di vote serta comment ya!

Sunflower [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang