CHAPTER IX ■ DENDAM

29 8 2
                                    


Kenapa harus sama dia sih?

Ya, hari ini aku benar-benar frustasi berat. Dari sekian banyak siswa-siswi di kelas, kenapa aku harus berpasangan dengan Arka? Jujur aku ingin menghindarinya. Aku merasa tidak cocok saja dengannya.

"Kenapa bukan pilih pasangan dari teman sebangku saja sih?" Keluhku kepada Lena.

Saat ini kami berada di lapangan basket, Lena memintaku untuk menemaninya menonton latihan tanding Gilang dan tentunya juga Arka.

"Lu segitu sukanya ya sama gue Kei?" Balas Lena dengan tatapan fokus ke arah lapangan.

"Serius Len"

"Memangnya kenapa kalau sama Arka?" Tanya Lena yang kini mengalihkan pandangannya kepadaku.

"Pokoknya jangan sama dia" jawabku sebal

"Ada apa ini? Apa terjadi sesuatu diantara kalian?" Kini Lena menatapku dengan tatapan penuh menyelidik.

"Gak ada." Ungkapku dengan wajah datar.

"Lah terus kenapa? Perasaan kalian baik-baik aja deh"

Aku tak bisa menjawab pertanyaan Lena. Aku juga tidak tahu kenapa. Intinya aku tidak mau sekelompok dengan Arka.

"Lu suka ya sama Arka?" Tanya Lena tiba-tiba

"HAH?!" Teriakku yang berhasil membuat para siswa siswi yang sedang menonton berbalik ke arah kami.

"Apa sih? Gak lah" lanjutku sambil menunduk malu. Malu karena menjadi pusat perhatian untuk beberapa saat.

"Yaudah terima saja kan beres." Balas Lena enteng dan kembali fokus ke pertandingan. Mungkin lebih tepatnya fokus ke Gilang.

Ku kutuk habis-habisan ketua kelas kami yang ngotot untuk melakukan pemilihan kelompok secara acak. Kami mendapat tugas seni budaya yang beranggotakan 2 orang tiap kelompok. Intinya berpasangan. Tugasnya adalah mencari data tentang keindahan budaya yang dimiliki Indonesia.

◇◇◇◇◇◇◇◇◇

Hari ini adalah hari minggu. Seharusnya adalah hari hibernasiku. Tapi karena tugas seni budaya itu, mau tidak mau dengan sangat terpaksa aku harus mengerjakannya.

Jadi, kami telah setuju untuk kerja tugas tersebut di rumahku. Karena katanya ia sudah pernah berkunjung kerumah dan juga sudah mengenal kakakku, Nino. Aku tidak tahu memangnya baru satu kali bertemu itu sudah bisa disebut saling mengenal?

Kini waktu menunjukkan pukul 11.00 wib. Hanya berselang beberapa menit, bel rumahku beredering nyaring. Dengan sigap aku membuka pintu dan mempersilahkan Arka untuk masuk. Aku menuntunnya ke ruang tengah dimana yang akan menjadi tempat kerja kelompok kami. Di sofa ruang tengah, disana ada Nino yang duduk dengan asiknya menonton kartun. Kutinggalkan mereka berdua lalu beranjak menuju dapur guna membuatkan sesuatu untuk Arka.

"Eh elu ka, Kerja kelompok ya?" Tanya Nino sambil mempersilahkan Arka untuk duduk di sofa.

"Iya bang."

"Hmm, berdua aja? Yang lain mana?" Tanya Nino penasaran

"Kerjanya memang berdua bang"

"Oh gitu."

"Oiya, Bentar gue mau keluar ka. Nitip adek gue ya?" Sambung Nino.

"Boleh bang"

Aku melihat mereka sedang sibuk bercengkrama entah apa yang dibahas. Kubawa minuman dan cemilan yang sudah kubuat lalu meletakkannya di atas meja.

"Bicara apa kak?" Tanyaku penasaran

"Kepo ya?" Seperti biasa Nino menyebalkan. Harusnya aku tidak bertanya.

Aku menatap Nino sebal, namun yang ditatap hanya nyengir nda jelas dan berdiri meninggalkan kami berdua. Sepertinya dia sudah paham bahwa kami akan mengerjakan tugas disini.

Selama mengerjakan tugas kami hanya berdiam diri. Sibuk dengan pembagian tugas masing-masing. Tidak berapa lama, muncul Nino dengan berpakaian rapi.

"Mau kemana?" Tanyaku.

"Mau keluar, ada janji sama teman" jawab Nino.

"Pergi dulu ya dek. Arka gue keluar dulu, nitip Kei ya. Kalau dia apa-apain kamu telpon polisi ok?" Lanjut Nino yang langsung berlari cepat ke luar pintu sebelum mendapat amukkan dari Kei.

"Dasar" ucapku sebal. Sesaat dapat kulihat sudut bibir Arka menyimpul ke atas.

Heh? Kenapa dia senyum-senyum begitu. Gak lucu tuh.

"Kenapa lu senyum-senyum?" Tanyaku galak.

"Kenapa? Suka?" Balasnya.

Jangan dijawab Kei. Nanti makin emosi kalau dijawab.

Aku hanya menatapnya dengan sebal lalu kembali fokus dengan tugasku. Pilihan yang tepat untuk mengabaikan orang seperti Arka, karena faktanya aku selalu kalah debat dengannya.

Semua cemilan telah habis, begitu pun dengan minuman yang tadinya penuh kini sudah kosong. Tugas yang kami kerja sedari tadi pun sudah hampir selesai. Waktu menunjukkan pukul 14.00 wib. Aku benar-benar lelah duduk mengerjakan tugas. Jadi kuputuskan untuk beristirahat sebentar dengan bersandar pada sofa.

Dapat kulihat dari sudut mataku, Arka masih tengah fokus mengerjakkan tugasnya. Kutatap lekat-lekat sosoknya dari belakang. Rambutnya yang hitam dengan potongan undercut yang rapi. Lalu hidungnya yang tampak sangat mancung dari samping.

Eh? Apa yang sedang kuperhatikan?

"Puas liatin muka gue?" Tanyanya mengejutkanku.

"Hah?"

Tenanglah jantungku.

"Iya, sudah puas belum?" Ucapnya lagi sambil menoleh ke arahku.

"apa coba." Bantahku.

"Felisyah gimana? Kok jarang keliatan bareng?" Tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Penasaran?"

Aku sungguh menyesal menanyakannya.

"Yaudah" balasku.

"Apanya?"

Ini Arka kenapa sih? Ditanya malah balik tanya. Dibiarin malah mancing emosi.

"Lu sebenarnya kenapa sih ka? Gue tanya malah balik tanya. Gue biarin lu malah mancing emosi" kesalku kini sudah tak dapat terbendung.

"Jadi lu maunya gue gimana?" Balas Arka menatapku dengan tenang.

Ya Allah maafkan aku. Pisau di dapur tajam gak ya? Nino kemarin sudah asah pisau belum ya?

"Tau gelap" ucapku kesal tidak tahu lagi harus menjawab apa.

"Seriusan, lu maunya gue gimana" jawab Arka yang masih enggan untuk mengalihkan tatapanya ke arahku.

"Jujur deh ka, lu dendam kan sama gue? Gara-gara udah dua kali ketahuan sama gue." Jelasku sambil membalas tatapannya tajam.

"Bukan tiga kali?" Dia hanya tersenyum tipis sambil menatapku dalam.

Gak. Kayakanya pisau terlalu biasa, pake golok lebih mantap kayaknya.

"Felisyah sama gue gak ada hubungan apa-apa. Kakaknya Felisyah teman kakak gue. Dia nitip buat jagain adeknya" jawab Arka yang kuyakini adalah kalimat terpanjang yang pernah kudengar.

"Gak nanya" ucapku sok tanpa minat.

"Hmm, sengaja aja. supaya ada yang gak salah paham" gumam Arka pelan.

Jangan lupa untuk Vote dan Comment!
Thank You~♡

Sunflower [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang