CHAPTER XXVII ■ BLOOMED IN SOMEONE'S HANDS [END]

5 2 0
                                    

Liburan semester berakhir. Lena sudah kembali dari luar kota dan berkunjung ke rumah membawakan banyak cemilan sebagai oleh-oleh. Ia mengatakan bahwa ia merasa tidak enak meninggalkanku yang sebenarnya butuh kehadiran sosok sahabat waktu itu.

Gilang kini sibuk kembali menjadi mahasiswa yang aktif berorganisasi dan satu hal yang membuatku salut dengannya yaitu hubungannya dengan Lena sangat baik mereka selalu dapat menghabiskan waktu bersama walau sama-sama sibuk.

Reza, kami berteman seperti biasa. Terkadang Reza mampir untuk menjemputku, pergi ke kantin bersama tak lupa kehadiran Gilang, atau pulang bersama apabila kelas kami berakhir pada jam yang sama.

"Kei, bentar pulang bareng gak?" Tanya Gilang dan di ikuti tatapan Reza yang seolah menanyakan hal yang sama.

"Gak, gue ada janji" tolakku.

"Cieeeee, lengket betul kek lem tikus asiqq" goda Gilang kepadaku.

"Iya lu tikusnya" ungkap Reza meledek Gilang

"Jomblo sirik" sindir Gilang tak mau kalah dengan Reza.

"Ah berisik tau. Gue nikahin nanti kalian berdua" ancamku kepada dua pria dewasa yang kekanakan ini

"Sayang, kamu maunya tanggal berapa kita nikahnya? Mumpung si Kekeyi mau bantu nikahin kita." Canda Gilang dengan mengedipkan matanya centil.

"Amit-amit lang, mending gue sama mbak surti daripada sama elo" tolak Reza mentah-mentah. Lah iya memang kan dia normal.

Aku menggelengkan kepala melihat tingkah keduanya.

Drrttt...

Drrrr...

Ponselku bergetar, disana ada nama seseorang yang sangat kutunggu kabarnya.

"Halo? Dimana?" Tanyanya di sebrang telpon

"Di kantin. Ini kelasnya udah selesai." Jawabku

"Dari tadi tungguin, sudah ada di depan"

"HA?!" Teriakku keceplosan. Arka benar-benar bodoh karena baru memberitahukan tentang keberadaanya. Segera kumatikan telpon dan merapikan barang bawaanku.

Dua orang laki-laki yang tadi sibuk meledek satu sama lain kaget melihat Kei yang berteriak tiba-tiba dan heboh sendiri.

"Astagfirullah. Kaget gue Kei. Segitu rindunya iya sama mas Arka" ucap Gilang

"Kenapa sih Kei, santai kali ditelpon sama Arka udah biasa juga" kini Reza ikutan mengeluh.

Aku memutar bola mata malas, tanpa berkata apa-apa aku meninggalkan keduanya dan berlarian menuju depan Gerbang. Dapat ku dengar Gilang yang berteriak masih setia menggodaku.

Dengan nafas tersengal-sengal aku memasuki mobil Arka.

"Ha... capek" keluhku sambil menempelkan tisu di kening yang berkeringat.

Orang yang duduk di sebelahku hanya diam mengamati.

"Kangen ya? Sampai lari-lari" kata Arka sambil tersenyum jail.

"Kalian bertiga satu sel otak apa gimana?" Tanyaku sambil memperbaiki posisi duduk.

"Hah?" respon Arka bingung.

"Meledek mulu, mana godain aku terus." Jelasku

"Ah masa kamu samain aku dengan Gilang dan Reza?"

"Kan memang mirip."

"Dimananya?"

"Di otak" jawabku kesal.

"Tapi suka kan" candanya seperti biasa.

"Iya, sih." ungkapku malu namun sejak berpacaran dengan Arka, aku semakin jago juga dalam menggombal karena ternyata Arka yang diam dan irit bicara ini tukang gombal dan suka modus pemirsa.

Open me slowly, this is the first time I have bloomed in someone's hands -Gemma Troy

Terima Kasih karena telah setia membaca cerita yang tidak jelas ini.

Jangan lupa comment dan votenya💙

Sunflower [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang