CHAPTER XXIV ■ TAKUT BAHAGIA

4 1 0
                                    

Drrrt
Drrrt
Drrttt

Ponselku begetar di atas meja dengan sigap kuraih dan melihat nama yang tertera. Setelah menggoda ku seperti itu, aku kira Arka bakal mengajakku kencan di akhir pekan. Namun nihil.

"Halo?"

"Halo Kei?"

"Ya, ada apa Echa?"

"Sibuk nggak?" Tanyanya ragu.

"Nggak sih, emang kenapa?"

"Mau nagih janji kamu sebelumnya. Hari ini jalan bareng yuk?" Ungkapnya dengan semangat.

Aku menerka mencoba mengingat kapan aku pernah berjanji dengannya.

Ah, benar. Kemarin lalu saat aku akan pergi makan siang bersama Arka. Disana ada Reza juga. Karena merasa tak enak dengan terpaksa namun ikhlas aku berjanji kepadanya.

"Hmm, Ok. Kapan dan ketemu dimana?"

"Jam 3 bentar. Nanti aku yang jemput"

"Okedeh, jangan lupa ingetin ya. Hahah" candaku tapi memang benar aku takut kebablasan tidur siang.

"Haha siap. Udah ya, bye" pamitnya lembut.

"Bye"

Sekarang pukul 12.45 wib, masih ada beberapa jam untuk bersiap-siap. Maklum Kei belum mandi pagi, jadi kurang lebih akan menghabiskan waktu.

Setelah acara mandi usai, Kei memilih baju yang akan dikenakannya. Tidak terlalu feminim seperti biasa Kei yang sederhana dengan sedikit gaya tomboyishnya. Menata rambutnya dengan hanya menyisir dan mecatok setidaknya agar tidak kelihatan seperti singa nanti.

Dari kegiatan mandi hingga bersiap-siap, sudah memakan waktu yang cukup lama. Sekarang sudah menunjukkan pukul 02.30 wib, setengah jam lagi Reza akan datang menjemputnya.

Akhirnya Kei memutuskan untuk menunggu Reza di ruang tengah. Di akhir pekan seperti ini, Nino kakaknya itu sibuk di rumah sakit sebagai anak koass. Sambil menunggu di ruang tengah, Kei bosan dan asal mengotak atik ponselnya, keluar masuk Line hanya untuk melihat kabar dari seseorang yang mengatakan perasaan kepadanya yang sudah beberapa kali itu.

Ya, mereka belum berpacaran. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa Kei menyukai Arka sudah lama sampai detik ini pun masih. Dan Arka yang beberapa bulan ini selalu menggoda Kei yang pada akhirnya menyatakan perasaannya. Kei hanya masih belum terbiasa dengan keadaanya, takut terlalu bahagia hingga semua hanyalah mimpi belaka.

Biasanya Arka akan menghubunginya tiga kali sehari di pagi hari, siang hari dan malam. Sekedar menggodanya kembali dan menagih jawabannya. Tapi hari ini ia benar-benar hilang. Kei mulai takut bahwa ia terlalu lama berdiam diri dengan pernyataan suka dari Arka. Padahal hal itu sudah sangat lama dia inginkan.

Berlarut dalam pemikirannya, terdengar klakson mobil dari luar rumah. Tersadar bahwa Reza telah datang menjemput, Kei bergegas keluar rumah.

"Hi, cantik" ucap Reza di saat Kei memasuki mobilnya.

"Gombal terosss" kata Kei sinis.

"Hahah ya memang cantik" ngotot Reza sambil menyalakan mesin mobil.

"Halah gak liat apa ini gaya kayak preman? Cantik dimana? Buta kamu." Sanggahku tak terima.

"Jadi kamu mau kemana Kei?"

"Kok aku sih za? Kan aku yang janji bakal temani kamu kemana saja"

Tanpa menjawab, Reza hanya melempar senyum manis kepada Kei. Alhasil Kei menjadi salah tingkah dengan teman masa kecilnya ini. Reza benar-benar glowing up di umurnya sekarang sangat manis dan gagah. Kei berkata pada dirinya jika saja ia bertemu Reza duluan daripada Arka, tentu saja Reza adalah orang yang akan disukainya. Namun sayang, Arka hanyalah pemilik hati Kei seorang dan itu sudah membekas.

Mobil Reza melaju sedang, di Kota banyak sekali kendaraan berlalu lalang. Apalagi hari ini adalah akhir pekan merupakan waktu untuk melepas penat dari hari kerja. Ban mobil Reza pun berhenti di salah satu Resto Mewah di pusat kota.

"Wah gila, kamu bawa aku ketempat seperti ini?"

"Kenapa memangnya?" Tanya Reza bingung.

"Gak liat kamu, model preman masuk Resto elit begini? Apa kata orang?" Jelasku tak percaya diri.

"Kamu cantik kok."

"Ah Reza, kamu gak beda sama Arka" ucap Kei keceplosan. Ingin sekali Kei menghilang dari bumi. Bagaimana bisa ia menyebutkan nama Arka saat ini. Kei merasa tidak enak, karena Reza pernah menyatakan perasaanya kepada Kei sebelumnya.

"Lagi mikirin Arka nih? Haha" tawa renyah dari Reza, yang membuat Kei semakin menjadi tidak enak.

"Udah mending makan di warung mbak surti aja deh, enakan disana bisa lesehan." Maklum Kei sukanya yang lesehan.

"Sekali-kali kok Kei, yah?" Reza menatap Kei lembut dan penuh harapan, sehingga Kei pun akhirnya luluh.

Saat hendak memasuki resto tersebut, mereka bertemu dengan seseorang. Sosok yang Kei tunggu kabarnya seharian.

"Kei?! Kireina!" Teriak Deanra teman sekolah Kei, Lena, Gilang dan Arka waktu SMA dulu. Gadis yang amat dekat dengan Arka.

"Deanra?" Ucap Kei kaget, ia tidak terkejut dengan kehadiran Deanra melainkan sosok yang digandeng oleh Deanra yaitu Arka.

Benar-benar suatu pukulan telak bagi Kei dengan kedatangan Deanra saat ini. Terlebih lagi pria yang disebelahnya sedang bersama dengan gadis yang dulu berpacaran dengannya. Atau mungkin saja masih?

Jujur saja, Arka selama ini tak pernah mengungkit hubungannya dengan Deanra. Sejak Kei menjauh dari Arka waktu SMA dulu, ia tidak tahu apa yang terjadi lagi dengan pasangan itu. Disaat Kei hendak menyebut nama Deanra dalam obrolannya dengan Arka, pasti akan dipotong dan dialihkan oleh Arka sendiri.

"Pacar kamu Kei?" Tanya Deanra polos.

"Hmm itu..." Kei tidak dapat menjawab, pikirannya kosong. Yang saat ini dia rasakan adalah patah hati untuk kedua kalinya. Bertanya-tanya apakah Arka mempermainkannya selama ini.

"Hi, gue Reza. Teman dekatnya Kei" sapa Reza ramah kepada Deanra.

"Oh kirain. Kei baru mau masuk ya?"

Aku menatap Arka dalam. Dadaku entah kenapa merasa sesak, padahal Arka bukan siapa-siapaku. Tapi aku benar-benar tersakiti dan ini untuk kedua kalinya.

"Ah, tadinya sih iya. Tapi kami mau pergi mencari tempat lain karena sepertinya sedang ramai pengunjung di dalam" jawab Reza bohong. Aku merasa sangat tertolong oleh Reza yang sangat peka saat ini.

"Gue duluan ya ra." Ucapku pamit dan meninggalkan keduanya sambil menarik lengan Reza untuk segera pergi dari tempat itu.

Malam itu Reza membawaku langsung pulang ke rumah. Kami tidak jadi makan di luar. Ia hanya singgah membeli makanan dan membungkusnya. Setelah sampai di rumah Reza menemaniku, sialnya aku tidak dapat menahan air mataku untuk tidak mengalir.

Sampai ketika Reza membawaku ke dalam dekapannya. Memelukku erat dan hangat. Saat itu juga tangisku pecah dan aku berhamburan ke dalam pelukannya menangis sejadi-jadinya.


Ayo jangan lupa comment dan vote ya!
Terima kasih telah membaca💙

Sunflower [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang