CHAPTER XI ■ SUDAH CUKUP

24 8 1
                                    


Jujur aku tidak bisa menikmati reuni singkat bersama teman masa kecilku, Reza Giantara. Aku terus memikirkan Arka Kenjaya. Aku merasa ada hal yang salah dengan diriku ketika melihat Arka meninggalkan kami kemarin. Seperti aku tengah megharapkan hal yang semu darinya.

Sial. Aku tidak bisa tidur. Pikiranku penuh dengan Arka Kenjaya selama semalam penuh. Pagi ini aku benar-benar tidak fokus dan sedang tidak mood.

Aku berjalan menuju kelas dengan lesu. Tak ada satupun tenaga walau hanya untuk berjalan. Dengan sengaja kuseret paksa kakiku untuk berjalan, kepalaku tertunduk malas.

BUKKK-

Aku merasa menabrak seseorang dari arah belakang.

"Astaga, sorry" kataku.

"Bisa jalan yang benar?"

Mendengar jawaban tersebut lantas membuat kepalaku yang tertunduk tadi langsung mengadah ke arah pemilik suara di hadapanku.

"Oh, Ar-ka" ucapku berjeda.

"Hmm"

Dia hanya berdehem sesaat lalu berjalan meninggalkanku. Ah, seperti biasa dia berbicara seperlunya saja.

Apa yang kuharapkan dari sosok Arka kemarin?

"Kei lo kenapa hari ini diam terus?" Tanya Lena di sela pelajaran.

"Gak apa-apa."

"Lu sakit ya? Mau gue ijin sama ketua kelas?" Ucap Lena cemas.

Aku terdiam, memikirkan tawaran Lena. Sepertinya hari ini aku bolos saja. Benar-benar lagi tidak bersemangat. Dan untuk pertama kalinya aku memutuskan untuk bolos. Pelajaran kedua telah dimulai, tapi aku saat ini sedang berada di perpustakaan bersembunyi. Aku tidak memberitahukan Lena dan juga Gilang mengenai tempat bolosku.

Di perpustakaan benar-benar tenang. Hawanya sejuk dan sangat nyaman. Tempat yang tepat untuk menjernihkan pikiran. Sejenak kupejamkan mataku dan menikmati tenangnya suasana perpus.

Terlintas dipikiranku saat awal masuk sekolah dulu, kehidupan awal SMA ku begitu tenang dan datar saja. Tapi semenjak adanya Arka yang pindah ke sekolah kami dan juga merupakan sahabat dari Gilang, tak dapat kupungkiri kehidupan SMA ku menjadi sedikit menyenangkan.

Siapa sangka aku menjadi terpengaruh seperti ini. Bodoh sekali, aku tahu.

Selama ini aku membodohi diriku sendiri. Aku menyukai Arka, Arka Kenjaya. Aku tahu sikapku selama ini berbanding terbalik. Selama ini aku mencoba untuk tidak mengakuinya. Namun tidak tahu sejak kapan, aku sudah terseret olehnya. Sudah cukup bagiku mengelak dan kini harus kuakui perasaan ini.

Selama ini diam-diam tanpa sepengetahuanku, mataku selalu mencuri pandang. Mengamati Arka dalam diam.

Mulai dari atas hingga bawah, semuanya. Matanya yang tajam saat membalas tatapan, suaranya yang berat, sikapnya yang acuh, perkataanya yang tajam, langkah kakinya yang ringan dan tenang, raut wajahnya ketika dia fokus dengan sesuatu, serta senyumnya yang sangat jarang kau temui. Semua itu satu persatu sukses membuatku tanpa sadar mengamati dan mengaguminya selama ini.

Pada akhirnya aku jatuh untuk seorang Arka Kenjaya.

Cukup lelah berpikir hingga membuatku terlelap di perpustakaan. Selama pelajaran kedua berlangsung aku tertidur di perpustakaan, jika Lena tak mengirimkan pesan padaku mungkin aku akan tertidur sampai akhir pelajaran hari ini.

"Kei!" Teriak Lena di bangku taman belakang sekolah. Saat ini kami tengah istirahat.

"Lu dimana sih bolosnya?" Sambungnya

"Perpus"

"Udah tenang?" Tanya Lena tiba-tiba yang membuatku heran

"Apanya?"

"Udah deh lu gak usah pura-pura Kei. Gue tau lu banyak pikiran"

Aku hanya terdiam menatapnya dalam. Aku sadar bahwa Lena sudah cukup lama mengenalku.

"Cerita sama gue Kei. Apa gunanya teman?"

"Anu Len, gue gak biasa. Sorry."

"Hmm.. yaudah kalau belum siap. Asal lu tau aja, gue selalu ada buat lo"

"Makasih" jawabku tersenyum. Sebagian diriku merasa bersalah karena tidak dapat menceritakannya pada Lena tapi sebagian diriku memang belum siap menceritakan kehidupan pribadiku kepada seseorang.

◇◇◇◇◇◇

Kubuka pintu kamarku kasar dan langsung menghempaskan tubuhku ke atas kasur. Kubenamkan wajahku kedalam bantal dan menghela nafas gusar.

Ya, setelah mengakui pada diri sendiri bahwa aku menyukai Arka terus apa yang bisa kulakukan?

Seperti yang diketahui Arka adalah cowok yang populer di sekolah, disekelilingnya dipenuhi oleh orang-orang sesamanya. Banyak sekali siswi sekolah kami yang mendekatinya. Tak sedikit dari mereka yang berparas cantik.

Sedangkan diriku? Aku hanya seorang gadis biasa, wajah pas-pasan dengan kehidupan biasa yang baru-baru ini merasa senang akan kehadiran seseorang. Terkadang aku merasa sudah cukup dekat dengannya tapi sesaat kemudian dia terasa jauh olehku, tak terjangkau.

Aku bisa apa? Salahkah aku yang selama ini mengelak dan menolak perasaanku sendiri? Aku hanya bersikap sadar diri. Karena aku tahu, dia tak bisa kumiliki.

Jangan lupa vote dan commentnya~♡

Sunflower [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang