CHAPTER XVIII ■ NANTI JUGA PAHAM

13 3 0
                                    

"Err... Gue mau balik dulu ka" jelasku dan sebelum aku melangkah menjauh tiba-tiba saja Arka menahanku

"Kei"

"Ya?" Jawabku gugup

"Sampai kapan lo mau menghindari gue?"

"Ha?" Tanyaku bingung

"Apa gue sudah bisa menghubungimu?"

Aku terdiam dan menatap netra Arka lekat. Otakku tak berkerja sama sekali.

Flashback

-Hari terakhir Ujian nasional-

Aku berada di lantai dua, memandang jauh ke arah lapangan basket sekolah. Disana kutemukan sosoknya yang begitu ku rindukan. Siapa lagi kalau bukan Arka Kenjaya.

Dari lantai dua ini, aku dapat melihat semuanya. Lena dan Gilang yang tertawa bersama dan Arka yang sibuk bermain basket sendirian di tengah lapangan. Ia terlihat begitu bahagia saat bermain basket dan disana juga dapat kulihat Deanra yang bersorak senang melihat kelincahan Arka dalam bermain basket.

Sesaat tanpa sengaja kedua mata kami bertemu. Dari arah lapangan basket yang kupandang, Arka menatap ke arahku. Kali ini kubiarkan sedikit egoku untuk mengambil alih. Kubalas tatapannya untuk beberapa waktu. Seolah mengadu bahwa aku begitu merindukannya.

Aku pun tersadar dan segera melepas pandanganku. Buru-buru kulanjutkan langkah kakiku berjalan menyusuri koridor sekolah dan pulang ke rumah.

Malamnya, Nino data ke kamarku dan berkata bahwa ada Arka sedang menunggu di teras depan rumah.

"Kei? Tuh ada Arka di depan." Kata Nino dari ambang pintu kamarku.

"Siapa? Jangan bohong. Gue lagi males bercanda" balasku acuh dan kembali menatap layar ponsel.

"Dih siapa yang bohong dek" kulihat ke arah Nino, menatapnya intens mencari tahu kebohongan dari setiap katanya.

Aku bangkit dari kasur dan menuruni anak tangga lalu berjalan ke pintu ruang tamu. Dari balik jendela kulihat sosok Arka membelakangiku yang tengah berdiri di depan teras.

Kubuka pintu perlahan, dan mendapati Arka yang berbalik ke arahku.

Sesaat kami berdua hanya diam dengan suasana yang canggung.

"Ehmm, masuk ka. Ngobrolnya di dalam rumah aja"

"Gak apa-apa. Disini juga boleh"

Aku hanya mengangguk dan mempersilahkan Arka duduk di bangku teras rumah.

Lagi-lagi suasana kembali canggung. Sudah lama aku tidak mengobrol dengannya karena sibuk belajar dan sibuk menghindarinya.

"Ada apa?" Tanyaku memecah keheningan.

"Hmm. Gak ada" balasnya.

"Terus?" Aku menatapnya bingung, kalau tidak ada hal yang ingin dibicarakan lalu apa?

Dia hanya diam tak menjawab pertanyaanku. Tentu saja aku saat ini bingung dibuatnya.

"Gak apa-apa lo kerumah gue? Nanti dicari pacar lo" Tanyaku asal

"Kenapa?" Kini dia bersuara.

Dia berbalik bertanya, membuatku kembali bingung. Sebenarnya apa tujuannya datang malam-malam begini kerumahku.

"Lo kenapa sih?" Tanyaku dengan nada kesal kali ini

"Elo yang kenapa?"

Astaga Arka. Demi apa sumpah, Kei gak paham maksudnya.

Setelah beberapa waktu tidak mengobrol bareng, dia semakin menyebalkan.

"Udah deh gue mau tidur"

"Mending lo pulang deh kalau gak ada yang penting" lanjutku.

Ia melihatku sejenak dan bangkit dari kursi.

"Panggilin bang Nino. Gue mau pamit"

"Kak!?" Teriakku dari luar memanggil Nino kesal.

"Nino! Tamunya udah mau pulang" lanjutku dengan kekesalan yang menumpuk

"Apasih dek, malam-malam teriak. Nanti tetangga lempar panci gosong gimana" Si Nino masih sempat bercanda.

Aku memutar bola mataku jengah. Lalu meninggalkan keduanya di teras dan berjalan dengan langkah kaki kesal ke dalam kamar.

Kuhempaskan tubuhku kasar ke atas kasur dan meraih ponselku. Disana ada tertera beberapa notif pesan masuk.

Line


Gue buat lo kesal ya?
Maaf.

Ada apa sih arka?
Lo mau apa tadi kerumah?

Kenapa lo bahas Dea tadi?

Nanya doang kali

Hmmm

Hmm doang?
Bodo amat lah arka.

Kenapa kamu lakuin itu?
(Read)

Aku semakin bingung karenanya. Tiba-tiba saja dia mengirim pesan, meminta maaf dan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan. Dan tiba-tiba juga dia menggunakan kata "kamu"

Line


Gue buat lo kesal ya?
Maaf.

Ada apa sih arka?
Lo mau apa tadi kerumah?

Kenapa tiba-tiba bahas Dea tadi?

Nanya doang kali

Hmmm

Hmm doang?
Bodo amat lah arka.

Kenapa kamu lakuin itu?

Apanya?

Kenapa kamu bantu Dea?

Kan teman gue.

Oh

Apasih.
Udah deh arka,
gak usah hubungi gue lagi.
(Read)


Flashback End

◇◇◇◇◇◇◇◇

"Sampai kapan lo mau menghindari gue?"

"Ha?" Tanyaku bingung

"Apa gue masih belum boleh menghubungimu?"

Aku terdiam dan menatap netra Arka lekat. Otakku tak berkerja sama sekali. Apa yang sebenarnya yang dimaksud Arka.

"Serius ka, gue gak paham" wajahku berkerut

"Gak apa-apa, cukup gue yang paham" jawabnya sambil tersenyum manis

"Nanti lo juga paham" sambungnya.




Jangan lupa vote dan commentnya~

Sunflower [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang