CHAPTER II ■ CRUSH

30 11 0
                                    


Kudengar samar-samar suara berisik Nino dari luar pintur kamar. Menggedor pintu kamarku dengan penuh nafsu. Minggu pagi ini di ganggu lagi olehnya. Dapat kurasakan cahaya masuk di sela gorden, membuat mataku semakin menyipit karena silau. Desahku secara perlahan mencoba mengumpulkan nyawa dan juga menumpuk emosi untuk memarahi Nino yang tiada hentinya menggedor gedor pintu kamar.

"Kei! Bangun! kebo emang."

"Woyy, bangooonnnnn"

"Kei zhayangg"

"Kei lu masih hidup?!!!"

Ngumpat pagi-pagi gak papa ya? Tapi ini masih terlalu awal untuk berbuat dosa. Aku bangkit dari kasur menuju pintu kamar dengan tangan kiri mengepal siap melayangkan tinju kepada hewan lepas di depan pintu saat ini.

"Kenapa lu? berisik" ku semprot Nino pagi-pagi ditambah belum gosok gigi.

"Hidup ternyata, takut aja lu gak nafas gimana" jawab Nino tanpa ada raut rasa bersalah sama sekali.

"Sat, ini baru jam 9 dan ini hari minggu. sadar gak sih"

"Astaga kamu itu pagi-pagi manggil kakak bangsat gimana si dek"

Sabar kei, sabar. Orang sabar disayang Tuhan.

"Ya makanya, jangan diganggu"

"mau ajak kamu sarapan. Nanti kambuh lagi maagnya terus nangis"

"Yaudah sana, gue nyusul."

"Turun lu. Cuci tuh muka banyak tai nya"

"Setttt" belum selesai mengumpat, Nino udah lari duluan menuruni anak tangga sambil cengengesan.

"Tannnnnn" lanjutku kesal. Males banget bangun pagi di hari minggu. Maunya rebahan, bergelut manja sama kasur. Dengan langkah terseok berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan wajah. Kaget iya sama wajah sendiri.

"Lama bener lu, cuci muka doang"

"Diam bisa gak sih? Malas ini ngomong sama elu"

"Yeuh, marah mulu. Cepat tua kamu Kei"

Nino sadar ia harus berhenti sebelum dia benar-benar remuk oleh amukan adeknya sendiri. Biasanya Nino yang masak, kadang juga Kei yang masak. Kalau gak ya biasa mesan atau makan di luar.

Saat beberapa sendok masuk kedalam mulutku, tiba-tiba benda persegi panjang di atas meja bergetar menandakan adanya notif masuk.

Line

Lu dimana?

Kenapa?

Gak, gue bosan.
Jalan yuk?

Ogah, mau rebahan.

Ya... g seru lu

O

Kampret, singkat bener.

Hm

Ayo! Pokoknya jam 10 ya.
Gak pake tapi. Ini gue siap dulu,
terus otw kesitu.

(Read)

Ini si Lena juga bikin acara ngajak jalan lagi, udah tau malas. Maksa pula. Untung sayang kalau nggak sudah saya gundulin dari dulu. Dengan sangat terpaksa setelah makan ku beritahu Nino kalau mau keluar sebentar sama Lena dan langsung menuju kamar untuk mandi dan bersiap-siap. Setelah hampir 30 menit, aku sudah siap dengan style biasa ala Kei. Kaos hitam lengan pendek, celana jeans dan converse hitam putih, rambut terurai yang asal disisir rapi. Sedikit parfume biar gak bau matahari kek anak SD.

"Dek, itu Lena udah di depan" teriak Nino dari lantai bawah depan tv sambil tatapannya tidak lepas dari game yang ia mainkan sedari tadi.

Tanpa menjawab, aku pun langsung ke lantai bawah dan berjalan ke pintu ruang tamu.

"Bro gue jalan dulu ya" teriakku dari depan pintu dan berlari kecil ke depan pagar tanpa mendengarkan lagi jawaban Nino.


◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇


"Jadi mau kemana nih? Shopping atau makan?" tanya Lena yang tatapan masih lurus ke depan

"Serah Len, lu yang ajak gue ngikut."

"Yaudah" jawabnya singkat kembali serius menyetir

Tidak sampai 30 menit, kami sudah sampai di salah satu Mall di Surabaya. Setelah mobil terparkir dengan rapi kami melangkahkan kaki menuju resto korea yang terletak dalam Mall. Dasar cewek, kami memesan segala menu yang ada, sampai kakak yang melayani terheran-heran. Lagipula yang bayar Lena, karena dia yang ngajak. Puas dengan makan siang kami, Lena memutuskan untuk berkeliling sebentar di dalam Mall mencari pakaian model baru yang sedang di gandrungi para remaja lainnya. Aku dengan malas mengikuti bocah ini yang gak ada capeknya jalan, setelah berkeliling kuputuskan untuk duduk di cafe sebelah toko pakaian yang masih ada Lena sibuk di dalamnya.

"Mau pesan apa mba?"

"Hazelnut milk tea satu mbak"

"Oiya, di tunggu mba"

Tidak sampai 15 menit, pesanan ku pun tiba. Disaat bersamaan Lena sudah berjalan masuk menuju dimana tempatku duduk.

"Wah curang lu gak pesanin gue."

"Gak tau lu mau apa "

"Ya ampun Kireina, lu jadi teman ikhlas gak sih?"

"Serah ya Len, lu pesan aja sono"

Dapat kulihat Lena yang tengah memanyunkan bibirnya sebal, lagipula aku serius gak tau mau pesan apa untuk dia. Pada akhirnya dia memesan sendiri dan kami pun menunggu pesanannya sambil bercerita panjang kali lebar yang mulai dari istri baru pak rt di tempat perumahan Lena tinggali sampai Kabar terpanas Chen exo yang sudah punya tunangan dan Lena yang siap menggedong anak Chen.

"Eh lu gak punya crush gitu kei?" Tanya Lena tiba-tiba

"Hah?"

"Iya crush, punya gak? Jangan bilang lu punya terus gak kasih tau gue. Temen macem apa lu" omelan Lena di sela aktifitas sedot menyedot bobanya.

"Apasih. Gak ada. Males"

"Tuh jawabnya males, males. Dikit-dikit males."

"Ya terus mau jawab apa Lena? Kan lu tanya, ya gue jawab gak. Gak ada."

"Jangan bilang..." ucap Lena terputus.

"Lu lesbi ya?!" Nah kan, dia gitu cantik tapi bawaanya pengen nabok.

"Astagfirullah. Lu kenapa bilang gitu sinting? Gue support LGBT tapi gue straight"

"Hehehe, kali aja kan kei. Gue kan cantik, manis, terus..." belum selesai Lena menjelaskan langsung ku tinggal keluar cafe. Sudah capek dari tadi nemenin bocah, maunya pulang rebahan saja.

Sunflower [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang