"Yena, bisakah kau antar kue beras ini pada tetangga sebelah rumah?" Pinta pemuda itu saat sedang mencuci tangan.
Setelah selesai mencuci tangan, pemuda berkaos putih itu mengambil kain lap untuk menghapus sisa-sisa air yang menetes pada tangannya.
Hal yang biasa seseorang lakukan ketika kegiatan memasak telah selesai.
Setelah semua sudah beres, kemudian pemuda itu memisahkan sebagian makanan yang sudah ia buat untuk dirinya sendiri dan adiknya, lalu sebagiannya lagi untuk diberikan pada tetangga sebelah rumah.
Tangannya masih sibuk memasukkan kue beras ke dalam box yang nantinya akan diberikan pada tetangga, sedang sudut matanya sempat-sempat melirik ke arah ruang tamu. Melihat seorang adiknya yang masih asik dengan Bungeoppang di tangannya.
"Jeong Yena! Bisakah.." Kali ini Yunho meninggikan nada suaranya bermaksud agar adiknya segera menuruti perintahnya.
"Iya, iya. Tunggu sebentar lagi!" Sela Yena sambil memindahkan saluran TV dengan satu buah bungeoppang di tangannya.
"Bisakah sekali saja kau mendengarkan Oppa?"
"Sebentar lagi. Aku lupa saluran TV apa yang menayangkan wawancara San Oppa."
Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Yunho segera menghampiri adiknya yang masih sibuk mengutak-atik remote yang ada di tangannya lalu mengambil alih benda itu lantas mematikan TV.
Tentu saja hal yang Yunho lakukan pada adiknya itu membuat gadis berumur delapan tahun memasang raut muka masam.
Dengan setengah hati gadis kecil itu segera mengambil box yang sudah tertata di atas meja.
"Mau diberikan pada tetangga yang mana?"
"Bibi Han yang selalu memberi kita kimchi." Ujar Yunho sembari mengambil jaket hitam yang tersampir di punggung kursi.
Yena mengangguk paham lantas melangkah menuju pintu keluar rumah setelah box itu sudah berada di tangannya.
"Mungkin Oppa akan pulang sedikit larut. Jangan lupa untuk mengunci semua pintu."
Yena menghela napas pelan lalu berkata, "Hari ini aku sendiri lagi?"
Ketika sudah sampai di ambang pintu Yunho segera menghentikan langkahnya lalu memutar arah tubuhnya. "Kalau kau kesepian, kau bisa menelepon SunHee Eonni. Suruh dia untuk menemanimu di rumah."
"Aish, kenapa akhir-akhir ini Oppa selalu menyebut nama guruku?"
Yunho balik bertanya. "Kau sendiri kenapa mengenali SunHee Eonni pada Oppa?"
"Memangnya salah?"
"Tidak juga. Ah, iya. Nomor teleponnya sudah Oppa catat di buku kecil yang ada di laci meja. Kau mengerti?" ujarnya sambil memakai sepatu lantas melangkah pergi.
"Hm." Gumamnya dan detik selanjutnya punggung pemuda itu sudah tak terlihat dari pandangan Yena.
Setelah itu, gadis kecil dengan kuncir kuda itu bergegas menuju rumah yang dimaksud oleh kakaknya. Jaraknya sekitar tiga rumah untuk sampai di tempat tersebut. Hanya beberapa langkah saja gadis kecil itu sudah sampai di pekarangan rumah Bibi Han. Orang yang menurutnya banyak membantu untuk menyambung keseharian hidupnya. Sebagai imbalan terima kasih, kakaknya selalu membuat sesuatu walaupun nilainya tak seberapa.
Sebelah tangannya melambai ketika sosok wanita paruh baya tertangkap pandangannya.
"Bibi!" Sapa Yena.
Lantas wanita itu segera mengalihkan pandangannya dari tanaman yang sedang ia siram.
"Eoh? Yena-ya!"
Ia meletakkan cerek di atas meja sebelum menghampiri Yena yang sudah berdiri di depan pintu pagar pekarangan rumahnya.
"Ada apa?"
"Yunho Oppa menyuruhku untuk memberikan ini pada Bibi Han," Ucapnya ketika pintu pagar sudah terbuka lalu mengulurkan tangannya memberi box berukuran kecil pada wanita itu.
Dengan senang hati tangannya terulur untuk meraik box yang ada di tangan Yena. "Ah, terima kasih, Yena. Seharusnya kau tidak usah repot-repot membuat ini."
"Aniyo. Walaupun tidak seberapa setidaknya kami juga memberi sesuatu."
Kedua sudut bibirnya terangkat ke atas ketika mendengar apa yang baru saja gadis kecil itu ucap. Menurutnya, di zaman modern ini jarang sekali menemukan anak kecil yang berbicara layaknya orang berumur. Didikan keluarga Jeong memang luar biasa.
Tangannya terangkat untuk mengacak pelan pucuk rambutnya. "Anak pintar. Ayo masuk dulu."
Mendengar itu Yena tersenyum lantas melangkah masuk mengikuti Bibi Han dari belakang. Hal yang paling Yena senangi ketika memijaki lantai berbahan kayu, karena menurutnya kakinya jadi terasa lebih sejuk.
Yena bernapas lega ketika menemukan sofa yang berada di ruang tamu. "Bibi Han! Boleh ya aku setel TV-nya?"
"Tentu saja!" Ucapnya dari pantry dengan nada yang sedikit ditinggikan.
Tak lama setelahnya wanita itu datang dengan nampan berisikan beberapa makanan kecil dan secangkir minuman di tangannya lalu meletakkannya di atas meja.
"Pasti Bibi selalu memanggang jeruk mandarin itu." Ucap Yena saat senampan berisikan makanan telah terhidang di atas meja lalu meraih satu buah.
"Kau tahu sendiri bibi selalu memanggang semua jenis makanan." Katanya lalu mengambil tempat di sebelah Yena.
"Bagaimana kabar Oppa-mu?" Tanya Bibi Han lagi.
"Sama seperti biasanya, tidak ada yang berubah." Ucapnya masih mencari saluran TV yang menyiarkan sebuah acara salah satu teman kakaknya.
"Akhir-akhir ini dia selalu pulang larut malam. Apa ada sesuatu yang terjadi dengannya?"
"Ah, itu. Tentu saja karena pekerjaan. Memangnya kenapa?"
Wanita paruh baya itu mengangguk paham. "Tidak apa-apa."
"Ah, iya. Tolong katakan padanya untuk melakukan pola hidup sehat." Sambungnya.
Yena mengalihkan pandangan ke Bibi Han lalu berkata, "Apa ada yang aneh dengannya?"
"Kau tidak tahu? Setiap pulang larut wajahnya terlihat sangat pucat."
Yena segera mengecilkan volume suara TV untuk memastikan apa yang baru saja diucapkan oleh wanita paruh baya itu.
"Maksud bibi?"
Wanita itu menghela napas pelan. "Tolong bilang pada Oppa-mu untuk menghentikan kebiasaan itu."
"Aku masih tidak mengerti. Ada apa dengan Oppa-ku?"
Sejenak wanita itu menyesap secangkir teh sebelum mengucapkan sesuatu yang membuat gadis kecil itu semakin bingung dibuatnya.
"Tolong bilang pada Oppa-mu untuk menghentikan kebiasaan merokoknya."
TBC
Kayaknya ni ff mau aku selesain sampe 25 chap aja
KAMU SEDANG MEMBACA
Leaf and Rod [Jeong Yunho] ✔
Fanfiction[Completed] Namanya Jeong Yunho. Pemuda berusia dua puluh satu tahun. Jika kau bertanya siapa dirinya, mereka semua akan menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang kelewat biasa. "Ia adalah pemuda dan kakak yang hebat, mengalahkan orang-orang yang...