Saat malam mulai larut. Suasana pun semakin senyap. Pemuda itu terbujur dalam kekakuan. Karena hati terpasung dalam kesepian. Kesedihan dengan kesendirian. Seakan menggugurkan sejuta harapan.
Sepinya malam berlalu sudah. Pagi datang mengawali hari baru. Ia terbangun dari panjangnya malam. Perlahan kedua tungkainya bergerak, berdiri dan menyingkap tirai jendela. Tersiratlah cahaya mentari pagi.
Menyinari.
Menghempaskan semua khayalan kepahitan.
Memang, ia harus tetap tegar berdiri. Untuk melawan keterpurukan yang terus menghampiri.
"Oppa! Ayo berangkat. Aku sudah telat lima menit. Aku tidak mau mendapat hukuman lagi." Rengek gadis kecil berumur delapan tahun. Dia adalah Jeong Yena. Adik dari seorang pemuda bernama Jeong Yunho.
Dengan sedikit terburu Yunho merapikan tatanan rambutnya lalu meraih sweater yang berada di punggung meja sebelum menyeret langkah menghampiri adiknya yang tengah memakai sepatu sekolah.
"Oppa, kenapa ini sangat sulit?" Gerutunya seraya mengerucutkan bibir kecilnya.
Yunho tersenyum sesaat, lalu membungkukkan badan sejajar dengan posisi duduknya. Kemudian meraih tali sepatu Yena yang tersimpul semrawut.
"Bukan seperti itu. Jika diikat seperti itu maka kau tidak akan bisa melepasnya." Yunho merubah ikat tali sepatu adiknya dengan simpul pita. Setelah selesai ia segera bangkit dari tempat semula.
"Ayolah, Oppa. Kenapa kau tidak membelikanku sepatu biasa saja?" Ia bergurau seraya mengayunkan kakinya ke depan dan belakang.
Yunho menggeleng pelan seraya mengacak pucuk rambutnya. "Jika Oppa membelikanmu sepatu biasa, kapan kau akan bisa mengikat tali sepatu, hm?"
"Itu hanya mempersulitku saja." Tangannya bergerak untuk merapikan surai hitam legamnya yang terkuncir setengah.
Tangan pemuda itu terangkat melepas ikatan rambut adiknya, lalu menyisir rambut yang sedikit berantakan akibat ulahnya sendiri menggunakan kelima jari dengan lembut dan penuh kasih sayang. Kemudian mengikatnya lagi dengan model satu ikatan penuh di atas.
"Cantik."
"Tentu saja. Bukankah wajahku mirip seperti Ibu?" Tanya Yena.
Yunho tersenyum dan mengangguk. "Ya, wajahmu sangat mirip dengan Eomma. Dan wajah Oppa tampan seperti Appa."
Ibu jarinya mengusap lembut pada pipi gembil gadis itu lalu melanjutkan, "Apa kau tahu? Kecantikan bukan dilihat dari parasnya saja," sambung Yunho.
"Tapi juga dilihat di sini. Dari hati." Yunho menempelkan telapak tangan ke arah dada Yena. Membuat arah matanya mengikuti gerakannya.
Ia mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti. Kemudian kembali bertanya.
"Kapan Eomma dan Appa akan pulang?"
Sebuah pertanyaan yang sangat sederhana. Tapi membuat ia yang mendengarnya akan bingung jawaban apa yang harus diberi.
Yunho menghela napas pelan. Perlahan ia memajukan tubuhnya selangkah lebih dekat, merapikan dasi pita berwarna merah muda yang sedikit miring lalu mengalihkan telapak tangannya dikedua bahu Yena. Menatap dalam-dalam mata sendunya.
"Mereka tidak akan kembali. Mereka sudah bahagia bersama Sang Pencipta." Yunho menundukkan kepala, kemudian melanjutkan, "Tapi mereka selalu menemani kita, di sini. Selamanya." dan kembali menyentuh bagian dada Yena.
Ia memanyunkan bibirnya sepanjang dua senti. "Aku rindu Ayah dan Ibu. Apa Oppa tidak merindukannya?" Ia kembali bertanya.
"Sangat." Kedua tangannya terangkat dan menyentuh kedua sudut bibirnya, lalu mengangkatnya membentuk kurva ke atas.
"Senyum, Jeong Yena." Ia tersenyum, menampilkan deretan gigi susunya yang rapi.
"Astaga, kau mirip sekali dengan Eomma." Imbuh Yunho.
Pemuda itu bangkit dan kembali mengulurkan tangan kanan, menawarkan gadis kecil itu untuk menggamit tangannya.
"Sepuluh menit lagi bel sekolah akan berbunyi, kau tidak ingin telat, kan?"
Yena mengangguk antusias, lalu mengangkat tangan mungilnya untuk menggamit jemari milik kakaknya.
Lalu menyusuri jalan area Haeundae-gu di akhir musim dingin.

TBC
Vomment boleh dong biar aku makin semangat up part selanjutnya😆💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Leaf and Rod [Jeong Yunho] ✔
Fiksi Penggemar[Completed] Namanya Jeong Yunho. Pemuda berusia dua puluh satu tahun. Jika kau bertanya siapa dirinya, mereka semua akan menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang kelewat biasa. "Ia adalah pemuda dan kakak yang hebat, mengalahkan orang-orang yang...