Langit sudah mulai menggelap. Seulas senyum terlukis di bibir pemuda itu. Melihat gadis kecil di sebelahnya meloncat-loncat kegirangan.
Yena mengulurkan tangannya ke arah jalan. Terbuka menengadah menatap langit. Merasakan butiran-butiran salju jatuh di atas tangannya.
Yunho memandangi pohon di beranda rumahnya. Melihat dedaunan yang sudah ranggas dari pohonnya yang sudah tertutup oleh timbunan salju bekas saat musim gugur.
Yunho menghela napas pelan. Berbagai musim sudah ia lewati bersama adiknya. Mulai dari musim semi, musim panas, musim gugur, dan sekarang sudah memasuki musim dingin.
Tidak ada yang menarik dari hari-hari yang ia jalani. Hanya mengantar dan menjemput Yena saat berangkat dan pulang sekolah, bekerja di kafe dari pagi sampai sore, pergi ke laut untuk menemui temannya, Song Mingi, atau mengunjungi rumah SunHee bersama adiknya, begitu pun sebaliknya.
"Oppa, ini salju pertama."
Yunho tersenyum ke arah Yena. "Oppa mendengar kalau kau berdoa saat salju pertama turun, doamu akan terkabul."
"Benarkah?" Tanya Yena dengan mata yang berbinar-binar.
"Sepertinya."
Gadis kecil itu menautkan kedua tangannya di depan dada. Memejamkan matanya rapat.
"Kau berdoa apa, eoh?" Goda Yunho saat gadis kecil di sampingnya membuka mata kembali dan menautkan jari-jari kecilnya dengan milik Yunho.
"Aku berdoa agar aku bisa menjadi penulis hebat dan pergi ke Eropa," Jawab Yena dengan senyum sumringah.
"Benarkah? Kau tidak berdoa untuk Oppa?"
Gadis kecil di depannya menggeleng kepalanya cepat.
"Aku berdoa untuk Appa, Eomma dan juga kau." Ada jeda dalam ucapannya. Yena menatap kakaknya, mencari kata-kata yang tepat untuk melanjutkan ucapannya. Ia tidak ingin menyinggung perasaan kakaknya.
"Aku ingin Oppa bersamaku selamanya."
Setelah mengatakannya, Yena menundukkan wajahnya menatap ujung sepatunya.
Yunho membelai kepala adiknya lembut.
"Oppa, kau berdoa untukku?" Tanya gadis kecil itu membuat pergerakan tangan Yunho terhenti.
"Tentu saja."
"Benarkah? Kau mendoakan apa untukku?"
"Iya, hm.." Yunho memutar bola matanya, "Oppa dengar, Tuhan tidak akan mengabulkan doa mu kalau kau menceritakannya pada orang lain."
Yena mengerucutkan bibirnya, merengek. "Aish, lagi-lagi.."
Pemuda itu tertawa melihat tingkah adiknya, kemudian menggenggam tangan Yena erat. Berjalan berdampingan menyusuri jalanan yang sepi.
"Kajja."
Yunho tidak pernah tau apa yang akan terjadi hari ini, yang ia tahu ia harus merelakan semuanya dengan maksimal hari ini atau ia akan kehilangan semuanya besok pagi. Mengantar adiknya, menjemput adiknya, menyiapkan makanan untuk adiknya, mencuci pakaian, dan bekerja. Membahagiakan anggota keluarganya yang tersisa.
Aku berharap setiap harinya kau selalu bahagia, Yena-ya, batin Yunho.
Karena kebahagiaan Yunho adalah ketika ia melihat orang-orang di sekelilingnya bahagia. Tidak lebih.
Sembuh dari penyakitnya adalah salah satu harapan Yunho. Tapi, kali ini ia tidak terlalu banyak berharap untuk kesembuhannya. Asalkan hidup sampai besok pagi, Yunho sudah sangat bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leaf and Rod [Jeong Yunho] ✔
Fanfiction[Completed] Namanya Jeong Yunho. Pemuda berusia dua puluh satu tahun. Jika kau bertanya siapa dirinya, mereka semua akan menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang kelewat biasa. "Ia adalah pemuda dan kakak yang hebat, mengalahkan orang-orang yang...