"Kau tidak apa-apa? Lee SunHee?"
SunHee menghapus bulir keringat di pelipisnya sebelum mengulurkan tangan untuk mengambil dompet yang ada di tangan pemuda itu.
"Terima kasih." Ucapnya ragu, terselip napas tersengal-sengal di sela kalimatnya.
"Apa ada yang hilang?" Tanya Yunho lagi.
"Ng?" SunHee lupa ketika ingin memasukkan dompet ke dalam tasnya, ia belum memeriksa isi dompet. Kemudian ia membuka lipatan dompetnya, meneliti satu persatu kartu-kartu dan lembaran uang yang tersimpan.
Yunho tidak mengalihkan pandangannya dari langit malam dengan tangan yang berada di saku celana. "Lingkungan sekitar sini sangat rawan, kau harus lebih berhati-hati lagi." tambah Yunho lagi.
Perempuan itu dapat bernapas lega saat mengetahui isi dompetnya tidak ada yang berkurang sedikit pun. Begitu juga dengan pemuda di hadapannya yang tengah menatap dirinya entah sejak kapan. Satu senyuman berhasil terlukis di wajah pemuda itu.
"Yunho, terima kasih banyak. Aku tak tau harus apa jika tidak ada kau. Maaf telah merepotkanmu." Ucap perempuan itu lagi sambil membungkukkan badan berkali-kali.
Pemuda tinggi itu hanya terkekeh melihat tingkah perempuan di hadapannya, lalu mengalihkan pandangannya pada suasana sekitar yang semakin sunyi.
"Ah, malam yang panas ini bukankah lebih enak minum bir kaleng?"
Sejenak perempuan itu menghentikan pergerakannya yang tengah menghapus bulir-bulir keringat yang terus mengalir ketika mendengar ucapan dari pemuda bernama Yunho.
"Kalau kau tak keberatan, aku akan traktir kau minum." Ajak Yunho yang lebih dulu membawa langkahnya meninggalkan SunHee yang masih bergeming.
Perempuan itu masih berdiri di tempatnya dengan pertanyaan yang memenuhi pikirannya, seakan tahu jika ia tidak boleh menolak ajakan tersebut. Sementara Yunho lebih dulu mendirikan sepeda yang sempat terjatuh kemudian menaikinya, Yunho menatap SunHee yang bahkan masih berdiri di tempatnya.
Kepalanya mengarah pada kursi belakang sepeda seolah mengatakan ayo naik.
"Setelah itu, aku antar kau sampai rumah."
Suara itu sukses membuat pikiran SunHee buyar, tanpa membuang waktu ia membawa langkahnya menghampiri Yunho yang lebih dulu menaiki sepedanya, kemudian mengambil tempat tepat di belakang Yunho.
Ketika ingin mengayuh pedal sepeda, Yunho menghela napas berat dengan kedua mata terpejam. Sepertinya Yunho harus menahan rasa malunya saat mengetahui rantai sepeda yang ia naiki putus.
Yunho menoleh ke arah belakang, mendapati SunHee yang sedang menatap jauh ke arah lautan, kemudian membuang muka, menatap suasana laut dengan ombak yang masih semangat menghantam karang.
Yunho melipat bibirnya ke dalam, lalu menarik napas. Sudut matanya sibuk menatap sekeliling laut. Sepertinya perempuan itu belum mengetahui sepeda yang ia naiki rusak. Pikirnya.
Pemuda itu akhirnya mencoba membuat suara dengan mengayuh pedal sepeda, berharap perempuan itu mengerti dengan apa yang pemuda itu lakukan.
Pada akhirnya SunHee menoleh terkejut, kemudian beranjak dari tempatnya. Mengetahui hal itu SunHee membuka matanya lebar.
Yunho memegang pucuk kepala dengan helaan napas, sesekali mengeluarkan sumpah serapah dengan berbisik.
"Ck! Kenapa tetangga itu selalu meminjamkan sepeda yang sudah tua, sih." Gerutu Yunho.
"Kau tidak perlu mengantarku sampai rumah." Ucap SunHee kemudian.
Yunho terdiam sesaat, lalu melanjutkan. "Aku akan tetap mentraktir kau minum dan kau tidak boleh menolak hal yang satu ini."
Ucap Yunho lagi tanpa ada penolakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leaf and Rod [Jeong Yunho] ✔
Fanfic[Completed] Namanya Jeong Yunho. Pemuda berusia dua puluh satu tahun. Jika kau bertanya siapa dirinya, mereka semua akan menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang kelewat biasa. "Ia adalah pemuda dan kakak yang hebat, mengalahkan orang-orang yang...