"Yena! Lihat siapa yang datang."
Pemuda itu melepas sepatu yang dipakainya setelah deritan pintu rumah terdengar. Ia menoleh ke arah perempuan di belakangnya. Raut wajahnya seolah mengatakan ayo masuk.
Yena segera menyembulkan kepala di balik sofa yang ia duduki. Kedua matanya berbinar ketika mendapati siapa sosok yang telah memasuki rumahnya.
Gadis kecil itu tersenyum gembira. "Eonni!"
Dengan sigap Yena beranjak, buku diary-nya ia lempar asal, lalu menghampiri SunHee yang telah merentangkan kedua tangannya dan memeluknya erat.
"Tumben sekali Oppa mengajak SunHee Eonni ke rumah," Gumam Yena pada Yunho yang telah membuka jaket hitamnya.
Pemuda itu mengibaskan tangan di depan wajahnya, mengingat hawa malam yang sedikit panas.
"Hah, bukankah malam ini terasa panas?"
Yena mengerucutkan bibir kecilnya. Kesal dengan apa yang telah diucapkan kakaknya karena tidak ada hubungan dengan pertanyaan yang dilontarkan olehnya.
"Oppa, aku sedang bertanya..."
"Malam ini kita makan apa?" Yunho mengalihkan pembicaraan seraya membuka lemari kulkas. Mengambil bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat japchae.
Yena menatap wajah SunHee, ia menjulurkan tangannya menunjuk ke arah Yunho dengan wajah memberengut, "Lihat, dia selalu seperti itu jika aku bertanya tentang wanita."
SunHee mengikuti arah di mana tangan Yena terulur, kemudian mengacak pelan rambutnya, "Dia yang mengajak Eonni kemari."
"Benarkah? Setahuku Oppa tidak pernah mau mengajak seorang wanita untuk datang ke rumah." Gumam Yena.
"Ah, itu...," SunHee menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pikirannya mencoba mencari kalimat apa yang harus ia ucapkan. Tiba-tiba saja Yunho memotong pembicaraan ketika SunHee ingin berucap.
"Malam ini kita akan makan japchae," Ucap Yunho dengan nada yang sedikit ditinggikan bermaksud agar Yena dan SunHee mendengar suaranya dari pantry.
"Yena, seharusnya kau membuatkan minuman jika ada seorang tamu yang datang." Ujung pisau yang berada di tangan Yunho mengarah pada Yena yang masih urung melengang dari wanita itu.
Perlahan SunHee melepas dekapan tangannya, dengan langkah yang sedikit dipaksakan Yena menuruti apa yang diperintah oleh kakak semata wayangnya.
Begitu juga dengan SunHee, ia segera beranjak dan menghampiri seorang pemuda yang tengah menyibukkan diri di dapur. Berniat untuk membantunya.
Ketika ia melihat seorang laki-laki berada di dapur, saat itulah sekelabat pikiran memenuhi otaknya.
Begini, apa yang ada di benak kalian jika melihat seorang laki-laki memasak? Bagi SunHee, laki-laki yang memasak adalah hal yang berbeda dan unik dibanding laki-laki pada umumnya. Keterampilan dalam meracik bumbu dan mengolah masakan di atas kompor adalah suatu hal yang mengagumkan.
Walaupun makanan yang dimasaknya hanya menu sederhana, tapi ia bisa merasakan dari kata sederhana itulah yang menunjukkan ketulusan yang kalian yakini tidak ada duanya.
Dan satu lagi, sifat kemandirian juga tidak perlu diragukan lagi. Pandai memasak juga menjadikannya mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan juga adik semata wayangnya.
Sampai semua hal-hal manis yang ada di otaknya buyar ketika jari telunjuknya mengeluarkan cairan merah. Perempuan itu baru sadar, ia bukan memotong bawang bombay, melainkan memotong jarinya sendiri.
"Aw!" SunHee mendesis. Sontak ia langsung memasukkan jari telunjuk ke mulutnya, mencegah banyaknya cairan merah yang keluar dari jari telunjuknya.
Kedua mata perempuan itu membola ketika Yunho segera menarik jari telunjuk yang ada di mulutnya, lalu membawanya ke wastafel untuk dicuci bersih dengan air.
"Darah itu kotor, sebaiknya dicuci bersih dengan air. Bukan dimasukkan ke dalam mulut."
Yunho segera memutar arah tubuhnya berniat mengambil plester dalam kotak obat. Sedangkan perempuan itu hanya terpaku menatap punggung pemuda itu dari belakang.
Ketika sudah kembali, ia segera membuka bungkus plester lalu membawa tangan SunHee untuk dililitkan pada jari telunjuknya.
Dari jarak yang sangat dekat, SunHee hanya bisa menatap paras Yunho yang sibuk melilitkan plester di jari telunjuknya seraya menggigit bibir bawahnya.
Kini SunHee baru tahu, seorang laki-laki yang pandai mengolah bumbu di dapur adalah seseorang yang bisa menawarkan keromantisannya dengan cara yang sederhana sekali pun.
"Tidak sakit lagi, kan?"
SunHee menganggukkan kepalanya seraya tersenyum, "Terima kasih."
Yunho balas tersenyum, ia mengusap pelan jari telunjuk SunHee yang telah ia lilitkan plester, lalu meniupnya.
"Ah, sayang sekali jika jari cantik ini ternodai."
SunHee mengernyitkan alisnya, "Apa maksudmu?"
"Jari yang cantik, bukankah parasnya juga akan cantik?" Yunho berucap seolah tidak ada sesuatu yang menghambat cara pengucapannya. Bibirnya tidak merasakan kelu ketika mengucapkan sebuah kalimat itu.
Tidak mau ambil pusing. SunHee hanya tertawa dengan canggung ketika mendengar apa yang telah diucapkan oleh pemuda di hadapannya.
Yunho yang melihat SunHee tertawa bahkan juga ikut tertawa dengan posisi tangan Yunho yang masih memegang jari telunjuk SunHee. Seperti sedang menyalurkan kehangatan satu sama lain.
Seolah semua beban yang ada dalam dirinya terlepas begitu saja hanya dengan tertawa bersama dengan seseorang yang bahkan baru saja ia kenal beberapa waktu lalu.
Bukankah ini menyenangkan?
Namun, tawa mereka perlahan mereda ketika keduanya menangkap suara yang tidak jauh dari singgasananya.
"Oppa sudah berani dengan wanita, ya?"
Buru-buru keduanya melepaskan tangannya masing-masing setelah mendengar ucapan yang ternyata adalah Yena. Kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya dengan suasana canggung. Seperti keduanya tidak pernah melakukan hal yang baru saja mereka ciptakan beberapa waktu lalu.
TBCSiapa yang nungguin KQ drop teaser comeback?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Leaf and Rod [Jeong Yunho] ✔
Fanfic[Completed] Namanya Jeong Yunho. Pemuda berusia dua puluh satu tahun. Jika kau bertanya siapa dirinya, mereka semua akan menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang kelewat biasa. "Ia adalah pemuda dan kakak yang hebat, mengalahkan orang-orang yang...