Warning!!
Typo, EYD dan kalimat rancu bertebaran!
.
.
."Tante?" Panggilnya untuk ketiga kalinya. Namun hanya suara tangisan yang Renata dengar. "Tante kenapa?"
Saat ini Renata sedang bekerja, beruntung belum ada pembeli yang akan bertransaksi, ada beberapa pembeli yang masih sibuk memilih buku.
"Tante jangan nangis. Tante mau aku pulang? Aku pasti pulang, seka--"
"Nggak! Jangan pulang sayang, tente mohon. Jangan pulang." Nadanya lirih. Membuat dada Renata sesak, matanya mulai memburam. Ia duduk dibawah meja kasir, menyembunyikan dirinya saat ia merasakan air matanya mulai mengalir.
"Tante kenapa? Jangan buat aku khawatir." Renata mengigit bibirnya untuk meredam isak tangis yang akan keluar. Tantenya mulai meredakan tangisannya, Renata bisa mendengar tentenya menarik napas beberapa kali dan dihembuskan lagi.
"Tante baik-baik saja." Renta tahu tantenya tidak baik-baik saja. "Renata, dengar. Tante mau kamu pindah dari rumah itu. Bawa semua barang-barang kamu. Pastikan tidak ada satupun barang yang akan menunjukkan kalau kamu pernah tinggal disana."
"Tapi... kenapa? Itu rumah dari ayah."
"Iya, tante tau. Hanya untuk sementara. Setelah itu kamu bebas untuk menempati rumah itu lagi. Kamu paham, sayang?"
Renata mengangguk. Perasaannya mendadak tidak enak. "Apa Om Hadi akan ke sini, tante?"
Hening.
Pertanyaan yang sudah mampu Renata tebak apa jawabannya. Ia menggigit bibir dalamnya, rasa takut mulai kembali ia rasakan saat kilasan memori memasuki ingatannya. Ia pernah dipaksa untuk menjual tubuhnya kepada seorang pria tua yang memiliki perut buncit dan kepala plontos. Ata yakin, jika ia masih memiliki kakek, pria tua itu pantasnya sebagai kakeknya. Bukan pria yang harus Ata layani.
"Ata..." Renta tersentak, ia tersadar jika sambungan ponselnya masih terhubung. "Cepat atau lambat, Om kamu akan mencari kamu. Makanya tante menyuruh kamu pergi dari rumah itu untuk mencegah kalian bertemu."
Renata menghela napasnya. Kepalanya semakin pusing memikirkan hidupnya yang benar-benar kacau.
"Mbak!"
Renata beridiri dengan cepat. Terkejut saat ada yang menepuk pundaknya. Ternyata pembeli yang akan melakukan transaksi. Renata tersenyum canggung meminta maaf.
"Tante, nanti kita sambung lagi. Ata lagi kerja." Bisiknya.
"Ingat perkataan tante. Kamu harus lakuin itu, Ata."
Setelah mengiakan dan mengucapkan salam penutup, Renata mulai menyibukan dirinya sebagai petugas kasir.
-000-
Renata mempercepat langkah kakinya saat memasuki gang kecil yang temaram. Ia bisa mendengar langkah kaki dibelakangnya masih mengikuti dirinya.
Ini sudah malam. Ia baru selesai pulang bekerja. Ata kembali teringat jika omnya mulai mencari dirinya cepat atau lambat.
Mungkinkah sekarang yang mengikuti omnya?
Renata hampir tersandung dan akan jatuh menimpa paving blok jika saja tangannya tidak ditarik dari belakang.
"Om aku mohon, jangan bawa aku pergi! Aku nggak mau! Nggak mau!" Renata berteriak dengan mata tertutup. Ia meronta ingin dilepaskan karena cekalan tangan itu mecengkram tangannya sangat kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si cupu & Si Badboy (TAMAT)
Teen FictionPINDAH KE SINI! Hanya kisah seorang gadis remaja cupu yang tidak mempunyai tempatnya berteduh untuk berkeluh kesah tentang hidup yang tidak ia inginkan. Dan seorang remaja cowok bernama Ravaldo Kiandi yang hanya berpikir jika hidupnya hanya untuk sa...