Warning!!
Typo, EYD dan kalimat rancu bertebran!!
.
.
.Setelah memastikan Denis dan Tengku tidak menyusul Rudi dan Citra, Rava menutup pintu rumahnya dan duduk di ruang tamu.
Ia mencoba berpikir dengan kejadian yang menurutnya begitu tiba-tiba. Ia lengah, disaat dirinya tidak bersama Renata, Om Hadi datang dan membawa gadis itu didepan komplek perumahannya.
Nyali yang dimiliki Hadi patut untuk diapresiasi sampai bisa membawa Renata ke Bandung. Rava yakin, Hadi tidak akan semudah itu membawa Renata jika tidak mengamati tempat ini.
Rava mengacak rambutnya kasar. Luka diwajah karena tawuran masih belum ia obati. Rasa sesal dan marah menggumpal menjadi satu dalam hati Rava.
Banyak kata seandainya ia gaungkan dalam pikirannya. Benar kata Rani, seandainya Renata pulang dengan Rava pasti gadis itu berada disini, bercanda dan menemani Ella belajar.
Lama ia merenung dan Rava mengangkat kepalanya saat Rani duduk disampingnya, membuka kotak obat yang ia bawa.
"Mamah nyuruh kamu ke kamar." Katanya sambil menuangkan obat anti septik ke kapas. "Papah udah pergi?"
Rava mengangguk, sedikit meringis saat Mamahnya menempelkan kapas ke wajahnya. "Papah tadi bilang mau ke kantor polisi." Rani hanya diam, fokus mengobati wajah Rava.
"Mah," Rava menyentuh tangan Rani yang masih menempelkan kapasnya ke wajah Rava. "Maaf, Mah." Rava menunduk saat Rani balas menatap mata anaknya.
Menghembuskan napasnya pelan, Rani melepaskan tangan Rava. Meletekan kapas yang sudah terpakai dan mengambil salep lalu ia oleskan ke wajah anaknya tanpa banyak bicara.
"Abang tau kesalahan yang Abang lakuin?" Akhirnya Rani membuka suara karena tidak tega melihat anaknya yang terlihat menyesal.
Rava menggeleng masih dengan tatapan menunduk. Ia enggan membuka suara untuk membela dirinya.
"Mamah mau tanya. Liat Mamah, Rava." Menurut, Rava menatap Rani. "Siapa Ayaana? Apa Ayaana orang yang kamu suka dulu, yang Mamah baca namanya dibuku kamu?"
"Iya, Mah."
"Coba jelasin ke Mamah apa yang sebenarnya terjadi antara Kamu, Ata dan Ayaana."
Rava menarik panjang napasnya sebelum mulai bercerita. "Ayaana itu lebih tua dari Abang empat tahun. Abang suka sama dia, tapi Ayaana nolak karena perbedaan umur. Lalu saat Ayaana ngundang Abang ke pernikahannya, Abang bawa Renata. Abang ngerasa dengan bawa Ata Ayaana cemburu dan membatalkan pernikahannya dan mau pacaran sama Abang." Jelas Rava dengan menjelaskan intinya saja. Bisa marah jika ibunya tahu ia pernah mengajak Ayaana pacaran saat masih SMP.
"Tapi kenyataannya?"
Rava menggeleng. "Kenyataannya enggak, Mah. Ayaana nggak cemburu."
Mengelus kepala Rava, Rani berucap. "Kamu sadar udah nyakitin perasaan Renata?"
"Tau, Mah. Ata bahkan udah tau itu dari awal." Katanya pelan.
"Setelah mendengar penjelasan kamu, bukan cuma Renata yang kamu sakiti, Bang. Tapi Mamah juga."
"Mah, Rava minta maaf." Katanya sambil menggenggam tangan ibunya. "Abang nyesel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Si cupu & Si Badboy (TAMAT)
Teen FictionPINDAH KE SINI! Hanya kisah seorang gadis remaja cupu yang tidak mempunyai tempatnya berteduh untuk berkeluh kesah tentang hidup yang tidak ia inginkan. Dan seorang remaja cowok bernama Ravaldo Kiandi yang hanya berpikir jika hidupnya hanya untuk sa...