Part 30

6.1K 456 8
                                    

Awas banyak typo!

.
.
.

Saat memasuki rumahnya dan mendapati pintunya terbuka, Rava bergegas masuk dan melihat teman-temannya berada diruang tamu.

Mamah Rani yang melihat anaknya baru pulang lantas berdiri dan menghampiri Rava. "Darimana saja kamu?"

Rava yang sempat melihat ada beberapa tetangga kompleknya bahkan Pak RT pun ikut serta mengalihkan tatapannya ke arah Rani yang sudah berdiri dihadapannya. "Mah---"

"Denis dan Tengku bilang kalian tawuran selesai nggak sampai petang gini, lalu kamu pergi kemana Rava?"

Rava hanya diam, ia menundukkan kepalanya saat ia bertemu pandang dengan Tante Nia.

"Mah udah, yang penting Rava udah pulang." Rudi, mendekati istrinya dan menyentuh pundaknya menenangkan.

Rani menggeleng, "seandainya kamu yang nganterin Renata pulang, kejadiannya nggak akan kayak gini. Sekarang lihat, Renata dibawa sama Omnya ke Bandung. Kamu juga ngancurin kepercayaan Tantenya Ata." Ia tidak habis pikir dengan anaknya.

Jika tawuran Rani masih bisa memaklumi, tapi ini menyangkut orang lain, yang sudah Rani anggap sebagai anaknya sendiri.

Rudi kembali mengusap bahu Rani, matanya menatap Rava yang hanya diam. "Kamu mandi dulu Rav, nanti ke sini lagi. Jangan lupa, muka kamu di obati." Katanya menyelesaikan pertikaian antar ibu-anak.

Rava berjalan beberapa langkah, ia berhenti, berjongkok dan menatap Tante Nia yang duduk disofa. "Maafin Rava Tante," hanya itu yang Rava katakan tapi mampu membuat tangis Nia kembali luruh. Mata yang sudah sembab kini mengeluarkan isinya, membuat Rava menyesal karena bukan ia yang mengantar Ata pulang.

Tak ada tanggapan, Rava berdiri. Paham jika kali ini Nia butuh waktu untuk berpikir setelah apa yang terjadi sore tadi. Rava berlalu ke kamarnya, melakukan apa yang disuruh ayahnya.

-000-

Saat Rava kembali ke ruang tamu, ia hanya melihat Rudi dan teman-temannya. Tidak ada mamah dan tante Nia, bahkan tetangga dan Pak RT pun sudah tidak ada.

"Om akan tanganin kasus ini. Tantenya Ata juga setuju jika pihak kepolisian melakukan penggebrekan nanti."

"Maksud Papah, apa?" Rava menatap bingung Rudi dan beberapa teman-temannya.
"Kenapa nggak sekarang aja kita ke Bandung, nggak usah bawa polisi. Itu memakan waktu Pah, Renata---"

"Polisi lebih tau dari apa yang kamu tau Rava." Potong Rudi cepat. "Papah akan langsung urus kasus ini dan Papah akan pastikan jika ini akan berlangsung cepat."

Rava diam. Ia sebenarnya ingin langsung pergi ke Bandung, mengingat Renata asli orang sana, tapi ia tidak tahu dimana tepatnya Renata disekap. Yang ia ingat, jika Renata pernah akan dijual ke pria hidung belang oleh Tante Nia. Tapi ia bisa bertanya ke Tante Nia dan menanyakan alamat yang biasanya dijadikan tempat prostitusi. Rava mengangguk yakin dan akan berlalu.

"Lo mau ke mana?" Denis mencegat Rava dengan menahan lengan cowok itu. "Duduk, Rav."

"Gue mau ke Bandung."

Tengku menatap Rava bingung, "lo emang tau dimana tempatnya? Bandung luas, bego."

"Gue nggak sebego itu. Jadi gue bakalan tanya ke Tante Nia---"

Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang