Warning!!
Typo, EYD dan kalimat rancu bertebaran!
Tandai jika menemukan salah satu dari tiga hal diatas😉
.
.
.Mereka duduk dibawah pohon rindang untuk mengerjakan tugas yang diberikan Bu Sivia. Tempat yang dipilih Rava membuat Ata terkagum melihatnya. Mereka berada dibelakang perpustakaan yang banyak ditumbuhi pohon-pohon yang rindang. Ada warung pojok yang kata Rava biasa anak-anak nakal seperti dirinya ikut membolos dan berkumpul diwarung itu.
Istirahat kedua, Ata gunakan untuk mengerjakan tugasnya. Mereka sudah mulai mengerjakan sejak Rava masuk kemarin. Ata meminta agar satu minggu ini Rava tidak membolos. Setelah tugas kerja kelompok ini selesai, Ata tidak peduli lagi dengan cowok itu.
Ata tiba-tiba terbatuk saat Rava menyalakan rokok dan asap nikotin membuat dada Ata sesak. "Jangan ngerokok, bisa nggak?" Ata berkata disela batuknya. Tangannya yang semula sibuk dibuku kini beralih tugas menghalau asap agar tidak semakin terhirup ke paru-parunya.
Rava menatap Ata malas, ia berdecak. "Lo kerjain bagian tugas lo. Nggak usah banyak omong." Rava tidak mengindahkan suruhan Ata. Mulutnya sudah gatal sejak pagi ia belum menyentuh rokok.
"Tapi aku nggak bisa berhenti batuk----"
"Ck! Crewet!" Meskipun berkata seperti itu, Rava mematikan putung rokoknya. Beruntung Rava masih memiliki sisi empati, saat batuk Renata tidak kunjung berhenti.
Tangannya terulur untuk mengerjakan bagian tugasnya kembali. Sesekali matanya berpindah dari buku dan ponsel. Materi kali ini menyangkut tentang ekosistem. Mereka harus mencari bahan tugasnya yang diberikan oleh Bu Sivi1a kemarin. Setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda. Kelompok Rava dan Ata mendapatkan bagian ekosistem.
Bel tanda masuk terdengar membuat kegiatan mereka terhenti.
Rava segera berdiri. Membersihkan celananya akibat duduk diatas rumput. Ia berjalan begitu saja meninggalkan Ata yang harus membereskan peralatan untuk mengerjakan tugasnya. Giliran ponsel saja, Rava bawa. Sudah biasa Ata mendapatkan perlakuan seperti ini. Ia seperti babu yang harus membereskan setiap kali ada kerja kelompok.
Mereka masih duduk dibangku yang sama. Pengusiran Rava terhadap Tiara membuat cewek itu semakin jelas membenci diri Ata yang seperti merebut meja bangkunya. Padahal sebelum Ata duduk dibangku itu, Tiara sudah lebih dulu mendapatkannya sejak semester satu dimulai.
"Kita lanjut habis pulang ya," Ata menatap ke arah Rava yang sudah bermain game diponselnya, "Ke rumah kamu atau ke rumah Aku?" Tanyanya.
Masih fokus dengan permainan diponselnya, Rava menjawab. "Dirumah lo aja."
"Tapi kita ngerjainnya di teras depan aja, gimana?"
Menjeda permainan diponselnya, Rava menatap Ata dengan datar. Ata dengan cepat menunduk. Ia masih tidak berani menatap jika sudah bertemu pandang dengan Rava.
"Terserah."
Ata mengangguk dan menggerakan kepalanya ke depan. Menanti guru yang belum datang. Ia harus bisa menghadapi Rava yang terkenal badung disekolahnya selama beberapa hari ke depan. Setidaknya sampai tugas mereka selesai.
-000-
"Mau minum apa?"
"Terserah."
"Aku cuma punya teh manis dingin dikulkas. Kamu mau?"
"Hmm..." responnya asal.
Mereka saat ini sudah berada diteras depan rumah Ata. Sesuai dengan perkataan gadis itu jika mereka hanya bisa mengerjakannya diluar. Katanya rumah Ata sepi, ia takut jika tetangga kompleknya akan berpikir yang iya-iya dengan Ata membawa masuk cowok ke dalam rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si cupu & Si Badboy (TAMAT)
أدب المراهقينPINDAH KE SINI! Hanya kisah seorang gadis remaja cupu yang tidak mempunyai tempatnya berteduh untuk berkeluh kesah tentang hidup yang tidak ia inginkan. Dan seorang remaja cowok bernama Ravaldo Kiandi yang hanya berpikir jika hidupnya hanya untuk sa...