Warning!!
Typo, EYD dan kalimat rancu bertebaran!
.
.
."Ini... sebenarnya kita mau kemana?" Tanya Ata ragu. Pertanyaan itu entah Ata tujukan kepada siapa. Pasalnya Denis yang menyetir, sedangkan yang mengajak mereka pergi adalah Rava. Jadi Ata sanksi jika ada yang menyahuti pertanyaannya tadi.
"Ke rumah sakit." Rava yang menyahut. Rava ikut ke mobil Denis dan motornya ia titipkan ke tetangga samping rumah Ata.
Ata menatap cowok itu dari kursi belakang, "siapa yang sakit?"
"Tante lo masuk rumah sakit." Bukan hanya Ata yang menatap Rava, tapi Denis dan Citra ikut mengalihkan tatapannya ke arah cowok itu.
Denis hanya disuruh ke rumah sakit saja, tidak diberitahukan perihal siapa yang dirawat disana.
"Tante? Tante Nia?" Tanya Ata ragu.
"Hm..." sahut Rava cuek.
"Ta-tapi bagaimana bisa?" Tidak ada yang merespon ketidakpercayaan Ata, semuanya hening. Ata menatap keluar jendela, memikirkan kenapa bisa Tantenya bisa ada di Jakarta sedangkan tadi Om Hadi ke Bandung mencari Tantenya.
Sampai dirumah sakit, mereka berempat turun. Disambut Tengku yang sudah menunggunya ditempat parkir. Wajahnya terlihat serius saat menatap Ata, kemudian hembusan napas lelah menjadi pertanda jika tidak ada yang baik-baik saja disini.
"Tante aku mana?" Suaranya bergetar, Ata menoleh ke samping menatap Rava dan mencengkram lengan cowok itu dengan bergetar. "Tante aku beneran disini? Kamu nggak bohong kan? Aku mau ketemu sama Tante Nia,"
Rava hanya diam. Ata yang merasa tidak mendapatkan jawaban menatap Tengku yang baru Ata temui. menatap cowok itu, matanya berkaca-kaca. Firasatnya mengatakan jika cowok didepannya tahu keberadaan Tantenya. "Kamu siapa? Kamu pasti tau kan dimana tante aku? Tante aku beneran di Jakarta? Kamu bo---"
"Hey," Rava menarik pelan tangan Ata, membuat gadis itu menoleh. Menangkup wajah Ata dengan lembut, membuat kegusaran Ata terlihat jelas dimatanya. "Dia Tengku. Teman kita," kita yang dimaksud Rava adalah Denis, Citra dan dirinya. "Semuanya baik-baik saja. Lo tenang, ya. "
Ata ragu, "tapi--"
Deheman Denis terdengar membuat Ata menatap Denis dibelakang tubuh Rava. Rava melepaskan tangannya dan menatap Tengku yang masih diam.
"Jadi gimana?" Rava bertanya kepada Tengku.
"Sebaiknya kita masuk."
Mereka berlima memasuki rumah sakit dengan hening. Tengku yang mempin jalan, dibelakangnya ada Denis dan Citra yang berjalan bersiisan, disusuk dengan Ata yang berjalan sendiri dan Rava berada dibelakang Renata, mengamati punggung kecil Ata yang hari ini terlihat berkali lipat sangat rapuh.
Mereka berhenti tepat di ICU, Ata berjalan mendekati pintu yang terdapat kaca untuk bisa melihat orang didalamnya yang terbaring diatas ranjang rumah sakit. Bibirnya bergetar, tangannya ia tempelkan dikaca kecil yang berada dipintu--seolah ingin memegang wajah Tantenya yang sudah lama ia rindukan. "Ta-tante..." lirihnya.
"Ta, lo ikut gue sebentar." Meskipun ini pertamakalinya Tengku bertemu Renata secara langsung, ia mencoba memberanikan dirinya menepuk pundak Ata pelan membuat cewek itu berpaling menatap Tengku.
"Kemana?" Rava yang menjawab.
"Dokter mau ngomong sama keluarganya." Tengku menatap Rava, "ini masalah serius Rav. Lo kalau mau ikut, ikut aja. Gue nggak bakal ngapa-ngapin cewek lo kok." Ujarnya sambil menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si cupu & Si Badboy (TAMAT)
Ficção AdolescentePINDAH KE SINI! Hanya kisah seorang gadis remaja cupu yang tidak mempunyai tempatnya berteduh untuk berkeluh kesah tentang hidup yang tidak ia inginkan. Dan seorang remaja cowok bernama Ravaldo Kiandi yang hanya berpikir jika hidupnya hanya untuk sa...