Part 34

5.5K 454 11
                                    

Awas banyak typo!
.
.
.

"Loh, kok kerumah lo?" Tanya Denis bingung. "Bukannya lo bilang langsung ke kantor Om Rudi dulu, ya?"

Mobil memasuki halaman depan komplek, mengklakson satpam yang sedang berjaga diluar pos. Memberitahu jika Rava penghuni salah satu rumah dikomplek ini.

"Kita nggak mungkin langsung ke kantor bokap gue dengan pakai seragam kayak gini." Rava memarkirkan mobil milik Citra, dan tatapannya tertuju ke halaman depan rumahnya. "Bokap gue ada dirumah." Ia menoleh ke belakang menatap Denis dan Tengku lalu menoleh ke arah Citra yang berada disampingnya.

"Lalu?" Tanya Citra bingung.

Bukannya menjawab pertanyaan Citra, Rava menatap Denis dan Tengku bergantian, "kita turun. Lo berdua butuh ganti baju."

"Gue pakai kaos," kata Tengku seraya membuka baju seragamnya.

"Gue juga," Denis mengikuti Tengku yang membuka baju seragamnya.

Rava mengangguk, "ya udah gue ganti baju dulu. Citra, lo bisa pakai baju Renata dulu. Nggak mungkin lo pakai rok sekolah kan?" Setelah Citra mengangguk, Rava membuka pintu mobilnya dan memasuki rumahnya dengan Citra yang mengukuti di belakang.

-000-

".....proses pencarian Renata saat ini sudah dilakukan. Posisi Renata menguntungkan karena Rava mengaktivkan lokasi ponsel Renata." Ucapan Rudi menghentikan langkah Rava yang akan memasuki kamar yang ditempati tante Nia dan Renata. Pintu yang terbuka sedikit menguntungkan mereka mendengar obrloan dari dalam kamar.

Citra yang juga mendengar pertanyaan Rudi tadi ikut terdiam dibelakang Rava. Rava menoleh, menempelkan jari telunjuknya ke bibir menyuruh untuk diam dan menunggu.

Suara isakan terdengar. "Ba—bagaimana keadaan Renata?" Tante Nia terbata karena ia menahan tangisannya.

"Untuk sekarang kita hanya bisa menemukan lokasinya Renata. Kalau soal kondisi kita belum mengetahuinya karena polisi akan bergerak sore ini." Kembali suara Rudi terdengar.

"Sabar ya, Nia. Kita jangan putus berdoa semoga Renata baik-baik saja." Suara mamah Rani terdengar setelahnya.

"Abang?!" Teriakan dari Ella membuat Rava dan Citra terkejut karena mereka berdua sama sekali tidak mendegar langkah kaki yang mendekati pintu. Mereka tidak menyangka jika Ella juga ada didalam. Tak lama suara langkah kaki lain terdengar ke arah mereka.

"Kali—"

"Pah! Ijinin kita ikut mencari Renata." Kata Rava memotong ucapan Rudi. Ia menatap Rudi yang berdiri disamping Ella dengan mantap.

"Iya, Om. Ijinin kita. Kita janji kita akan mengikuti intruksi dari kepolisian." Citra ikut menambahkan.

Rudi menarik napas panjang sebelum menatap ke arah Citra dan Rava. "Bagaimana dengan sekolah kalian?"

"Kita bisa ijin, kok Om."

Rudi memicing curiga. "Dengan alasan apa? Sakit? Secara bersamaan, begitu?"

"Sekali-kali kita bisa gunakan dengan kekuasan Papah untuk diperbolehkan ijin dari sekolah."

"Maksud, kamu?"

"Abang yakin Papah paham." Rudi menarik napasnya pelan. Pening tiba-tiba melanda karena ucapan anaknya. "Bisa, kan Pah?"

Citra dan Rava menantikan jawaban Rudi dengan harap-harap cemas. Ella yang sejak tadi diam melihat percapakan orang dewasa didepannya hanya menatap bingung dengan mata polosnya.

"Ok—"

"Makasih, Pah!"

"Makasih, Om!"

Citra dan Rava dengan kompak berteriak bersamaan.

"Tapi!" Teriakan dari Rudi menghentikan euforia kebahagiaan yang dirasakan Rava dan Citra saat ucapan Rudi belum selesai. "Kalian janji tidak boleh mengacaukan penyelidikan ini dan selalu mengikuti intruksi dari kepolisian. Bisa?"

Rava dan Citra mengangguk, "bisa!"

"Ya sudah kalian ganti baju dulu, nanti kita berangkat ke kantor polisi lalu kita langsung ke Bandung."

"Kak Citra mau kemana?" Pertanyaan Ella kontan membuat Citra menghentikan langkahnya berniat meminta ijin memakai pakaian Renata kepada tante Nia. Ia menunduk, mengusap kepala Ella dengan sayang.

"Kak Citra mau jemput Kak Ata ke Bandung." Jelasnya seraya tersenyum.

"Ella boleh ikut?" Dengan mata polosnya ia menatap Citra dengan yakin.

"Sayang...." panggilan Rani membuat Citra dan Ella teralihkan. "Kalau Ella ikut, masa Mamah dan Tante Nia ditinggal. Ella nggak sayang sama Mamah?"

"Hmmm...." mata Ella bergulir ke kanan kiri. Tanda gusar terlihat dimatanya. "Ella sayang sama Mamah tapi Ella juga sayang sama Kak Ata." Perkataan Ella berkaca-kaca menatap ibunya yang masih duduk diranjang yang ditempati tante Nia.

"Sini, Mamah peluk."

Citra menutup pintu kamar setelah melihat Rudi dan Rava berlalu. Ia berdiri disamping ranjang tante Nia dan Ella beringsut duduk dipangkuan Mamahnya dan membalas pelukan kasih sayang dari Rani.

"Kalau Ella sayang sama Kak Ata, Ella disini aja. Bantu dengan doa. Doain Papah, Abang dan Kak Citra bisa bawa pulang Kak Ata ke rumah ini lagi. Ya Sayang," Rani mencium kepala anak tirinya.

"Iya, Mah." Ella melepas pelukan ibunya dan menatap Citra. "Kak Citra, Ella bantu doa aja ya, bilangin ke Kak Ata kalau Ella sayang sama Kak Ata."

Citra tersenyum mengangguk. "Iya, nanti Kakak pasti sampaikan." Matanya bergulir menatap tante Rani yang masih terlihat pucat. "Tante, Citra pinjam bajunya Renata ya."

Tante Nia mencoba tersenyum walaupun matanya menyiratkan kesedihan. "Boleh, pakai aja."

"Mau pakai bajunya Tante juga boleh, Cit." Katanya menawarkan.

"Makasih Tante, Citra pakai bajunya Renata aja."

"Iya, Kak! Bajunya Mamah besar-besar. Ella pakai bajunya Mamah cuma keliatan kepalanya aja." Yang dimaksud Ella adalah daster milik Rani. Teriak Ella semangat yang disambut gelak tawa dari ketiga orang dewasa yang berada dikamar itu.

"Dulu Ella pernah iseng pakai bajaunya Tante, katanya dia pernah lihat kamu pakai bajunya Tante. Dia kepengin ikutan kayak kamu. Ella akhirnya malah ambilnya daster bukan kaos yang pernah dipakai kamu." Jelas Rani mengingat kelakuan anak tirinya yang lucu.

-tbc-

Udahan deh cuma nyampe 800 kata aja, wkwkwk:p

Tahun baruan kalian kemana?? Kalo aku sih udah janjian, diajakin muter² sama kipas angin🤭 buat yg dirumah aja, semoga part ini bisa nemenin kalian ya❤

Happy new year 2021, all🥳🥳

Terima kasih yang udah mampir❤


Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang