Warning!!
Typo, EYD dan kalimat rancu bertebaran!
Selalu tandai jika menemukan salah satu dari ketiga diatas:D
.
.
.Ata harap-harap cemas menanti kedatangan Rava. Cowok itu belum menampakkan batang hidungnya sejak tadi. Bahkan bel masuk akan berbunyi tiga menit lagi.
Ata hanya ingin setelah pulang sekolah mereka langsung mengerjakannya. Tak apa jika tidak langsung selesai, Ata hanya ingin mencicil tugasnya sedikit demi sedikit. Dibantu dengan waktu istirahat, Ata akan gunakan waktu itu untuk menambah menyicil tugas kelompoknya jika Rava berangkat. Namun, yang ditunggu belum terdeteksi akan keberadaannya.
Tepat bel pertanda masuk berbunyi, Rava datang dengan baju seragam yang dikeluarkan, dasi yang tidak terikat rapih dengan kancing atas tidak terkancing dengan benar. Rambut yang kemarin berantakan, sekarang lebih enak dipandang biarpun masih terlihat awut-awutan.
Ata menarik napasnya lega.
"Minggir lo!" Sentakan Rava dipagi hari membuat seisi kelas diam. Tidak ada Diki sebagai ketua kelas hari ini, Diki sedang ke ruang guru karena tadi ia dipanggil ke sana dan belum kembali.
"Gue bilang minggir!" Rava menatap lawan bicaranya sinis.
Tia yang merasa takut menyenggol bahu Ata cukup keras. Membuat Ata meringis karena tangannya yang berada dipahanya terbentur meja. "Pindah sana," suruhnya berbisik.
"Bukan dia! Tapi lo!" Tunjuk Rava saat melihat Ata membereskan peralatan belajarnya.
"Rav, i-ni bangku gue. Seharus--"
"Bodo amat! Pindah sana. Gue mau disini." Rava mengambil tas Tiara dan melemparnya ke depan tepat dibawah papan tulis dan dengan cepat Tiara berdiri mengambil tasnya.
Rava segera mendudukan dirinya dikursi yang sempat diduduki Tiara disamping kanan Renata yang masih menatapnya tak berkedip. "Ngapain liat-liat? Terpesona?"
Ata menggeleng, seolah tak percaya dengan makhluk yang ada disampingnya. "kamu beneran masuk." Ata tersenyum. Tugasnya akan ringan jika ia cicil mulai dari sekarang. Ia seperti tidak menyangka jika Rava akan berangkat.
Rava mendengus. Hanya Ata yang sepertinya tidak tergoda akan ketampanannya. Ia menolehkan kepalanya kebelakang menatap Tiara yang menangis karena perbuatan mengusirnya, cewek itu sedang ditenangkan Ririn, teman satu kelompoknya dipelajaran Bu Sivia kemarin. Tatapannya beralih ke samping kiri Ata, ia melihat Citra yang sedang menatapnya balik.
Cewek itu masih sama. Judes seperti biasanya. Citra melongos begitu saja, menatap ke depan bertepatan dengan datangnya guru agama dan disusul Diki dibelakang membawakan buku paket milik Pak Dudung dan absensi mata pelajaran. Ciri khas murid teladan. Teka kari balik edan* ucap Rava dalam hati.
Pak Dudung selaku guru agama mengucapkan salam sebagai awalan yang disambut salam balik oleh seluruh penghuni kelas. "Baiklah, sekarang Bapak mau kalian maju didepan dan baca Al-qur'an. Bapak ingin mengetahui sejauh mana tajwid yang kalian pahami," tuturnya menjelaskan.
"Yaaah Pak, saya ngaji aja cuma sampe iqro lima."
"Mending lo iqro lima, Dul. Lah gue iqro satu aja belum khatam." Samsul menimpali teman sebangkunya, disusul tawa menggema seluruh kelas.
Ata terkikik dikursinya. Rava haya menatap datar tidak berminat.
"Lho, ini ada murid baru lagi selain Renata ya?" Pak Dudung menatap Rava yang duduk disamping Ata. Biasanya tempat yang diduduki Rava itu akan diisi oleh Tia, tapi sekarang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si cupu & Si Badboy (TAMAT)
Novela JuvenilPINDAH KE SINI! Hanya kisah seorang gadis remaja cupu yang tidak mempunyai tempatnya berteduh untuk berkeluh kesah tentang hidup yang tidak ia inginkan. Dan seorang remaja cowok bernama Ravaldo Kiandi yang hanya berpikir jika hidupnya hanya untuk sa...