Warning!!
Typo, EYD dan kalimat rancu bertebran!
.
.
."Lo nggak mau pulang?"
Ata hanya diam memandangi kondisi Tantenya yang kembali tidur setelah minum obat. Saat sudah dipindahkan ke ruang rawat inap tadi, Tantenya sadar dan menangis melihat kondisi keponakannya yang terluka. Menanyakan kondisi Ata saat suaminya--Hadi-- mendatangi Ata di Jakarta.
Keduanya menangis, meleburkan rasa rindu yang sudah berbulan-bulan lamanya tak bertatap muka, takut dan sedih mereka jadikan sebuah pelukan yang sangat erat untuk menghilangkannya.
Tante Nia juga menjelaskan kronologisnya bisa bertemu dengan Tengku dan berakhir dirumah sakit ini, jadi Tante Nia tidak terlalu terkejut jika dirinya terbangun ditempat yang berbau obat-obatan.
Selepas asar tadi, Tante Nia minum obat dan tak lama Tantenya tertidur. Saat ini Ata belum memberitahukan dugaan sementara kondisi Tantenya. Ia ingin menunggu hasil tes darahnya saja yang pasti akan lebih jelas.
"Renata?"
Ata menoleh, menatap Rava yang masih berada disisinya. "Iya, kenapa Rav?"
Rava mengakui jika hari ini hari yang berat untuk Ata. Kejadian dirumah dan kondisi Tantenya yang sekarang pasti membuat pikiran Ata kacau. Beberapa kali Rava melihat Ata melamun dengan menatap Tantenya dan air mata akan selalu ikut hadir setelahnya.
"Kita pulang dulu, nanti ke sini lagi."
Ata mengangguk, "iya, terima kasih. Hati-hati dijalan." Ucapnya dan kembali menatap kembali Tantenya yang tertidur pulas.
"Kita pulang. Lo juga pulang," Rava mencoba memberi pengertian jika maksud yang ia katakan bukan seperti yang Ata tangkap.
Ata menatap Rava bingung, "nanti Tante sama siapa disini? Kalau Om Hadi datang dan bawa Tante pergi lagi gimana?" Ata terlihat mulai panik. "Aku gak mau kalau Tante dibawa pergi lagi sama Om Hadi, Tante Nia lagi sakit. Aku harus jagain Tante, aku nggak boleh kemana-mana."
"Disini ada gue dan kakak gue Ta, lo nggak usah khawatir." Tengku datang bersama kakaknya yang berjalan dibelakangnya. "Kita bakal jagain Tante lo, lo pulang aja dulu nanti ke sini lagi."
Ata menggeleng tidak setuju. "Ak---"
"Ata," kakaknya Tengku menghampiri Ata yang masih duduk dikursi sebelah ranjang, kedua tangannya yang semula berada disaku jas putihnya ia keluarkan dan ditangkupkan ke atas tangan Ata yang bergetar. Memberinya kekuatan. "Semuanya akan baik-baik saja. Kamu nggak perlu khawatir, disini banyak orang jadi kamu nggak perlu takut kalau nanti Om kamu datang ke sini bawa Tante Nia pergi." Ujarnya lembut.
"Mbak janji?" Kakaknya Tengku mengangguk pasti. "Ata titip Tante Nia ya, Mbak. Nanti Ata ke sini lagi."
Ata berdiri, kembali menatap Tantenya yang tertidur pulas. Ia kemudian bergumam dengan pelan, "cepet sembuh Tante."
-000-
"Sekalian bawa baju seragam dan peralatan sekolah buat besok lo bawa," Rava mengingatkan sebelum Ata keluar dari mobil Denis. Sedangkan cowok tersebut menuju tetanga sebelah rumah Ata untuk mengambil motornya.
Ata mengangguk dan berjalan memasuki rumahnya yang masih gelap karena lampu belum ia nyalakan, sebentar lagi maghrib. Sekalian ia mandi. Citra menyusul dibelakangnya, ia akan membantu Ata untuk mengemas baju beserta perlengkapan lainnya untuk menginap dirumah sakit nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si cupu & Si Badboy (TAMAT)
Teen FictionPINDAH KE SINI! Hanya kisah seorang gadis remaja cupu yang tidak mempunyai tempatnya berteduh untuk berkeluh kesah tentang hidup yang tidak ia inginkan. Dan seorang remaja cowok bernama Ravaldo Kiandi yang hanya berpikir jika hidupnya hanya untuk sa...